Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 1 - Perayaan Patah Hati

"Gak semua cowok bisa ditangisin. Cowok brengsek yang udah nyakitin kamu enaknya disantet, bukan ditangisin sampai kamu berubah jadi zombi."

***

TAK ADA DALAM kamus, wanita mandiri patah hati.

Cahaya Januari berusaha menyangkal kalimat itu dengan menyibukkan diri push rank sejak seminggu lalu. Akibatnya, sekarang tier Mobile Legends dia sudah sampai di Mythic Immortal bintang 189.

"Push rank terooos!" Teriakan melengking ala emak-emak mode tempur bawa gayung pink memecah keheningan kamar. "Pantes aja jomlo lama, orang kerjaanmu cuma main game."

Vera Christina, sahabat terbaiknya, muncul sambil pasang tampang galak.

Bukannya takut, Caca malah dengan santai menjawab, "Salah, oi! Aku jomlo lama karena nungguin dia peka, eh bukannya peka, dia malah milih yang lain—"

"Nyenyenye!" Vera memotong sambil berjalan anggun menuju lemari putih di sudut kamar, membukanya. "Patah hati sih patah hati, tapi lihat dulu orang yang kamu tangisin. Kalau pria gak gentle, cuma bisa umbar janji manis doang, gak pernah kasih kepastian, ngapain ditangisin? Cuma ngikat kamu dengan status 'Adik Kesayangan' terus pura-pura gak peka sama perasaanmu. Ujungnya wanita polos menyedihkan ini nembak duluan, tapi malah dibalas undangan."

Tawa Vera membahana, membuat fokus Caca jelas terganggu. Muka wanita itu mulai merah padam. Zeze, jelas sekali Vera sedang membicarakan pria yang telah menolaknya seminggu lalu.

"Udah, udah, gak usah nangis. Gak semua cowok bisa ditangisin. Cowok brengsek yang udah nyakitin kamu enaknya disantet, bukan ditangisin sampai kamu berubah jadi zombi," sambung Vera, tak membiarkan Caca buka suara.

Wanita berpakaian modis itu kemudian melempar satu kaus oversize putih, jaket jins belel, topi hitam, dan celana hitam. Kaki jenjangnya melangkah tiga kali dan sampai di dekat kursi gaming Caca, memutarnya.

"Ikut aku. Gak ada penolakan! Nolak berarti minta aku laporin semenyedihkan apa wanita ini sama si kampret Zeze," ancam Vera penuh intimidasi.

Sebelum sempat Caca menjawab, Vera lebih dulu menutup laptop yang masih menayangkan pertandingan Mobile Legends—di detik-detik krusial pula--dan merampas ponsel yang tergeletak di sampingnya.

Kalau sudah begini, Caca cuma bisa pasrah.

"Kita nyalon, ke butik, terus ngemal." Vera bicara sambil duduk tumpang kaki di kursi gaming Caca. "Hari pernikahan si kampret Zeze dua hari lagi, kamu harus tampil berbeda dan cantik kuadrat nanti."

Salon? Sepertinya Caca tertarik. Dia ingin mengubah tampilan rambutnya, yang dulu sengaja dipanjangkan karena Zeze bilang suka wanita berambut panjang.

Singkatnya, Caca mandi, keramas, dan bersiap. Dia melakukan semua itu dengan lesu. Untunglah sahabatnya seorang Vera Christina, wanita tulen yang pandai makeup—bahkan dia adalah perias pengantin yang kadang double job jadi selebgram.

Setelah dipermak Vera sedemikian rupa, berangkatlah kedua wanita itu menyusuri Bandung yang cerah. Tujuan pertama mereka adalah sebuah salon langganan Vera untuk memermak Caca.

"Potong gaya wolfcut aja, Is. Dia ini anaknya tomboi, cocok banget kalau pake gaya itu. Apalagi bentuk mukanya lonjong kecil gini." Vera mencerocos pada pemilik salon yang tak lain adalah temannya juga.

Untuk kesempatan itu, Caca memilih cosplay jadi boneka saja yang duduk diam dipermak bagaimanapun. Pun saat dituntun ke butik, dia hanya menurut, mirip anak anjing. Butik saat itu tengah ramai, Caca hanya mengekori langkah Vera yang terus berpindah dari satu toko ke toko lain.

"Ca, kamu lebih sreg yang mana?" Vera mengacungkan dua kebaya brokat—satu warna biru dongker, satunya lagi warna merah-gold.

"Aku gak suka yang mencolok," jawab Caca cuek. Matanya tentu terfokus pada ponsel, sedang menonton tayangan ulang turnamen MPL.

Melihat tingkah Caca, Vera menghela napas jengkel. Andai saja mereka bukan sedang di tengah keramaian, dia sudah ingin mereog detik itu juga. Cuma dua hal yang bisa memecah fokus Caca: Zeze dan game. Zeze tidak ada, jadilah sekarang sahabatnya hanya tergila-gila pada game.

"Terserah!" pungkas Vera.

Caca jelas paham, wanita yang lahirnya beda lima bulan darinya itu sedang marah. Jadi, bukannya membujuk, dia malah beranjak dari tempat duduk dan berjalan entah akan ke mana.

Melihat itu, Vera makin kebakaran jenggot.

KAMP

"Ver, masih ada beberapa dress serupa di dalam. Lo mau lihat-lihat?" sela seorang wanita bertubuh pendek, langganannya.

Vera mengangguk sambil menelan kembali umpatannya.

Sementara itu, Caca tiba di sebuah kursi tunggu, tetapi karena pandangannya tak fokus, dia dengan cuek duduk di sana, tanpa menyadari ada seorang pria yang juga duduk sambil mendengarkan musik melalui pelantang telinga.

Berselang 30 menit, Vera datang dan langsung melongo. Ada dua Caca? Pakaian dua orang itu sama, dari celana, jaket, sama topi, yang beda cuma sepatu dan detail lain. Namun, tak susah baginya untuk menemukan sang sahabat. Pasti yang lagi nunduk ke ponsel dan main gim, itulah Caca.

Sebelum menegur Caca, Vera mengeluarkan ponsel dan memotret keduanya. Dia cekikikan, tak kuasa menahan tawa. Namun, kedua orang itu tak sadar, satu fokus main game, satunya lagi tengah tenggelam dalam lagu bervolume tinggi melalui pelantang telinga.

"Woy, Dit!"

Seorang pria muncul dari arah lain, memanggil pria yang duduk di belakang Caca. Vera sontak mengerjap, Caca juga sepertinya baru sadar. Wanita itu langsung bangkit berdiri dan membulatkan mata begitu melihat orang yang duduk di ujung kursinya.

Apa mereka sejak tadi duduk berdua?

"Cie, udah nemu pengganti aja," bisik Vera yang tahu-tahu sudah ada di samping Caca. Saat ditengok, wanita itu tengah pasang tampang usil dengan senyum lebar menghiasi wajah cantiknya. "Mau aku mintain nomor WA atau IG-nya enggak?"

Muka Caca merah padam. Masalahnya dia juga baru sadar bahwa outfit dia dengan pria itu mirip sekali.

Pria yang tadi dipanggil pun berdiri, tidak berbalik awalnya. Namun, saat temannya memaku pandangan pada dua wanita di belakangnya, dia juga ikut berbalik.

Caca dan pria asing itu beradu tatap. Namun, dia buru-buru kabur dengan muka panas bukan main, menarik Vera yang terus melemparkan kalimat menggoda padanya.

***

Pernikahan itu harusnya membahagiakan, bukan menyakitkan. Namun, Cahaya Januari tak bisa membohongi hatinya yang sudah kebakaran bahkan sejak menerima surat undangan bertinta emas dua minggu lalu.

Hari ini, belahan hatinya menikah dengan wanita lain.

Caca memang bisa satu tempat di pelaminan dengan Zeze, sesuai mimpinya. Namun, dia hanya menjadi tamu undangan, sementara gebetannya yang mengundang. Apes. Mungkin doanya kurang spesifik.

"Saya terima nikahnya Deby Rinjani binti Adrian Yudhistira dengan mas kawin emas murni 23 gram, uang tunai Rp23.230.000, dan seperangkat alat salat dibayar tunai." Sang mempelai pria terdengar lancar dan lantang saat melantunkan akad.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

Begitu kata 'sah' menggema di pelaminan megah itu, hati Caca seperti berubah menjadi sebuah guci kaca tipis yang jatuh dari atas Monas. Air matanya berlompatan, mendesak brutal ingin keluar. Namun, mentalnya masih kuat untuk menahan segala gejolak kesedihan itu. Kedua tangannya mengepal bulat, sementara tatapannya terfokus ke depan, pada pria yang sempat dia cintai dan kagumi selama empat tahun lamanya.

Acara itu berlangsung lancar tanpa hambatan, tak seperti hatinya yang sekarang mulai dilanda banyak "bencana" sehingga memaksa senyumnya sedikit luntur.

"Bengong muluk. Kesambet Avatar, entar hancur ini pelaminan," celetuk Vera Christiani yang baru kembali setelah menemui pacarnya. Wanita ber-dress code merah yang tampak glamor itu lalu duduk di samping Caca.

"Gebetan kamu udah nikah, noh. Kamu kapan?" sambungnya, sengaja menggoda.

Caca menghela napas keras sekali. "Minggu depan, kalau gak hujan!"

"Aaamiin." Empat pria tiba-tiba muncul dan serempak menjawab celetukan asal Caca.

Keempat sahabatnya yang lain berkumpul setelah mengabadikan momen akad Ezekuel Danuarta. Mereka habis-habisan menggoda Caca yang berujung diamuk Vera.

Caca sendiri memilih fokus ke ponsel, login gim Mobile Legends. Singgasana pelaminan yang tampak megah dengan dihias warna dominan hijau toska tersaji kokoh di hadapannya. Hatinya nyut-nyutan begitu saja, apalagi pas lihat Zeze mencium wanita yang baru saja dia halalkan.

Duh, Caca mau kabur ke dunia isekai lalu ketemu Aamoon atau Lancelot.

"Per, kalau aku jadi pelakor, kamu ridho gak?" celetuk Caca.

Vera hampir saja menyemburkan es campurnya ke muka Caca. "Astagfirullahaladzim, Ca! Kamu jadi pelakor, aku rukiah tujuh hari tujuh malam!" sembur wanita berambut panjang itu. "Lagian panggilan aku itu Ver, pake V. Bukan 'Per'. Kamu kira aku per spring bed, hah?"

"Fasih banget istigfar kamu, Per. Kamu kan Kristen," kata Caca dengan tak bersemangat.

"Hadeuh, serah manusia yang hari ini paling tersakiti, deh!" Vera memasukkan sesendok es campur ke mulutnya dengan dongkol.

Antrean para tamu undangan yang hendak memberi selamat pada mempelai mulai mengular di depan pelaminan. Sebagai sahabat Zeze, seharusnya dia dan Caca segera ke sana, tetapi Vera memilih menunggu sampai Caca siap dulu.

Jauh di lubuk hatinya, Vera menyimpan simpati yang besar terhadap wanita itu. Nasib sahabatnya ini apes benar. Hari ini, tepat di tanggal 30 Agustus 2021, menjadi hari patah hati bagi Cahaya Januari. Gebetan yang diincarnya selama empat tahun telah resmi bersanding dengan wanita lain.

"Udah yok, kita ke pelaminan sekarang! Nunggu yang lain kayaknya kelamaan," ajak Vera. Keempat pria tadi pamit entah akan ke mana. Mereka menyuruh Caca dan Vera ke pelaminan duluan.

Caca mengangguk lesu kemudian menutup ponselnya.

Caca dan Vera akhirnya naik panggung.

"Yah, gandengan kamu malah sesama jenis, Ca. Awas, jangan sampai belok!" goda Zeze begitu melihat kemunculan dua wanita itu.

"Mulutmu, ya!" sembur Vera sebal. Dia seketika merengut dengan tatapan tajam.

Caca hari ini terlihat cantik, Zeze mengakui itu. Wanita itu memakai kebaya biru dongker yang senada dengan rok model batik ikat, cocok dengan kulit putihnya. Oh, tak ada rambut panjang! Caca baru potong rambut dengan gaya yang lebih tomboi. Namun, di tangan Vera, tampilannya justru lebih fresh.

"Calon aku bentar lagi dateng, kok," celetuk Caca.

Entah kenapa hatinya gengsi habis begitu mengakui bahwa dirinya memang datang sendirian dan masih jom-lo. Artinya, dia memang kalah dari Zeze. Tidak, tidak boleh. Dia sudah mengakui perasaannya dan pria itu harusnya menyesal karena tidak memilihnya.

"Hah, serius kamu?" Vera kaget. Zeze juga sama, tetapi pria itu cuma memelotot sedetik.

Caca mengedik pelan dan menyalami Zeze. "Selamat, bro, aku ikut bahagia atas pernikahan kamu. Moga samawa dan lekas diberi momongan." Dia menyalami Zeze dengan lancar dan lanjut ke wanita di samping pria itu.

Rasanya berat.

"Selamat, Mbak. Nitip si kambing, ya. Kalau dia bandel, kurung aja di kandang," canda Caca untuk menghibur hatinya yang tengah dilanda guntur, hujan badai, halilintar, tsunami, gempa bumi, kebakaran, dan segala macam bencana lainnya.

Selesai itu, mereka berfoto. Caca berusaha memainkan topeng kebahagiaannya sebaik mungkin di tengah hatinya yang sudah porak poranda. 

***
Janlup vote n komen, gais.😎

Btw, target sekarang up tiga part sekaligus.

Selamat membaca!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro