Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[1] Jadian

[Full Name], berusia 16 tahun tahun ini. Seorang manajer tim basket Seirin dengan warna rambut [H/C] dan mata [E/C] ini berada dalam sebuah masalah besar. Tubuhnya menegang saat tubuh pemuda yang lebih tinggi darinya itu hanya berjarak beberapa centi dengan salah satu tangannya berada di atas kepalanya.

Orang bilang itu posisi romantis. Kabedon namanya.

Tapi bagi [Name] saat ini, itu adalah ketakutan terbesarnya hari ini. Terutama saat mata heterochrome itu menatapnya dengan tatapan datar dan juga tajam. Ia bisa merasakan tubuhnya gemetar dan ia hanya mendekap papan alas menulis itu dengan erat.

"A-Akashi-san?"

"Aku menyukaimu. Jadilah kekasihku..."

...

"E-eh?"

.
.
Dua Sisi Koin
Rate : K+
Genre : Romance/Friendship
.
.

"Klub basket! Siapa yang ingin ikut klub basket?"

Dua orang menawarkan kertas pendaftaran klub basket sambil mempromosikannya dengan keras. Namun gadis berambut [H/C] itu tampak hanya berjalan sambil menundukkan kepalanya menenggelamkan wajahnya dalam syal yang membalut lehernya.

Ia masih memikirkan bagaimana bisa ia dalam keadaan dimana seorang Akashi Seijuurou mengkabedonnya dan mengatakan kalau pemuda itu menyukainya. Meskipun ini sudah 1 minggu lamanya, dan selama 1 minggu itu ia kenal dengan seorang Akashi yang tidak sengaja ia temui di jalan saat ia sedang berbelanja untuk kebutuhan apartmentnya yang baru ia tempati.

Lamunan sekaligus buyar saat ia menabrak tubuh seseorang yang tinggi dan memakai gakuran sekolah tempat ia berada sekarang.

"Ah, ma--"

"Haaa?" [Name] mendongak dan mendapati pemuda berambut merah dengan gradasi hitamnya yang menatap dengan tatapan yang menurutnya tajam dan menyeramkan.

"Ma-maafkan aku!"

"Oi," [Name] baru saja akan kabur berbalik saat pemuda itu menahannya dengan menyentuh pundaknya. Berbalik perlahan, [Name] menatapnya dengan takut-takut, "pendaftaran klub basket."

"E-eh?"

"Kau tahu dimana?"

.
.

"K-kurasa itu..."

Entah bagaimana, [Name] yang ketakutan berakhir mengantar pemuda itu hingga sampai di salah satu meja yang terdapat papan kecil bertuliskan 'klub basket' di sampingnya dengan dua orang pemuda pemudi yang duduk disana.

"Uh, ka-kau bisa menurunkan senpai itu bukan?" [Name] menoleh pada pemuda yang di tengah perjalanan 'menyandera' kakak kelas yang sedang mempromosikan klub basket karena mereka berdua sendiri tidak tahu dimana pendaftaran klub basket berada.

"Nanti setelah aku selesai mendaftar," pemuda itu tampak merogoh saku gakurannya dan celananya untuk mencari sesuatu sebelum menoleh pada [Name], "ulurkan tanganmu."

"Eh?"

[Name] dengan refleks mengulurkan tangannya membuat dua pemuda dihadapannya membayangkan seekor anjing yang selalu menuruti kemauan majikannya. Pemuda itu menaruh sebuah permen di telapak tangan [Name].

"Ucapan terima kasih karena sudah membantuku," [Name] membulatkan matanya dan menoleh pada pemuda itu yang menggaruk kepala belakangnya. Ia tersenyum pelan namun segera membungkukkan tubuhnya.

"A-Arigatou..."

"Hei, kau juga mau ikut klub? Kami membuka tempat juga untuk manajer klub," kakak kelas yang masih diangkat kerah belakangnya itu menoleh pada [Name].

"U-uh, akan kupikirkan..."

Dan keduanya tampak berbalik meninggalkan [Name] yang memutuskan berdiri saja dan melihat kearah keduanya. Ia melihat kearah permen dengan bungkus polos itu sebelum membuka dan memakannya.

'Enak...'

"Terima kasih," suara itu terdengar saat ia akan berjalan setelah berbalik ke belakang. Mendengar itu seolah suara itu berbicara dengannya, [Name] menoleh untuk menemukan tidak ada orang yang berbicara dengannya. Merasa itu hal yang mengerikan, wajah [Name] pucat dan ia mengusap leher belakangnya.

Ia berbalik dan akan berjalan lebih cepat sebelum suara handphone di sakunya terdengar. Ia membuka handphonenya dan melihat pesan yang bertuliskan nama [Akashi-san] disana.

'Ha-harus kubuka dan kubalas dengan cepat...'

From : Akashi Seijuuro-san
Text :
"Aku baru saja selesai mengapply pendaftaran untuk masuk klub basket. Atau lebih tepatnya, mereka memintaku masuk klub mereka. Bagaimana denganmu?

'Basket?' Entah kenapa [Name] harus mendengar tentang itu cukup banyak hari ini. Toh, ia tidak tahu apapun tentang Akashi meskipun sekarang ini ia berstatus sebagai pacar dari Akashi.

...Ya, ia masih ingat bagaimana secara tidak sadar ia menerima pernyataan cinta dari seorang Akashi Seijuurou.

.
.

"E-eeeeh!"

[Name] menutup mulutnya saat menyadari suaranya terlalu keras. Ia menoleh pada Akashi yang masih berada dalam posisi yang sama.

"Ma-maaf Akashi-san, te-tetapi ki-kita bahkan baru berkenalan 1 minggu yang lalu bukan?"

"Tidak masalah bukan? Kurasa menyukai seseorang bisa saja terjadi bahkan saat pertama kali bertemu," Akashi tampak menatap dengan pandangan serius. Sudah jelas jika apa yang dikatakan olehnya tidaklah main-main. Tapi ratusan pertanyaan yang ada di pikiran [Name] terlalu banyak hingga membuatnya hanya bisa terdiam.

"Bagaimana? Kau mau?"

Tatapan dari dua mata heterochrome di depannya seolah memabukkannya. Gadis itu semakin bisa merasakan hembusan napas pemuda itu, dan wajahnya terlalu merah dan ia merasa pusing mendadak.

"[Name]?"

.
.

'Karena takut aku malah tanpa sadar menjawab ya,' [Name] memang selalu menjadi pesuruh saat SMP karena sifatnya yang tidak bisa menolak apapun yang dikatakan orang lain. Ia hanya bisa meratapi nasibnya dan membalas pesan Akashi dengan cepat. Takut empunya terlalu lama menunggu.

Reply :
Aku juga tadi pergi ke tempat pendaftaran klub basket. A-ah bukan karena aku ikut klub. Hanya mengantarkan orang yang tersesat...

'Tidak perlu rinci bukan?' mengecek berulang kali, [Name] baru memutuskan untuk mengirimnya pada Akashi.

Hanya menunggu beberapa menit bahkan ia tidak sempat memasukkan handphonenya ke dalam saku celana atau pakaiannya dan tentu handphone itu juga hampir terlempar.

'Cepat sekali...'

From : Akashi Seijuurou-san
Text :
Mengantarkan orang? Dia laki-laki?

'Eh? Akashi-san tidak mungkin cemburu kan? Ia mungkin hanya ingin pesan yang lebih rinci,' [Name] tampak kembali menggerakkan jemarinya di atas tombol handphone dan berusaha untuk membuat penjelasan serinci yang ia bisa jelaskan.

Reply :
Ti-tidak Akashi-san, ia bertanya padaku dimana pendaftaran klub basket dan aku mengantarkannya. Oh, dan... senpai di klub basket juga menawariku mendaftar sebagai manajer. Tapi sepertinya akan kutolak.

'Begini cukup kan?'

Ia mengirim pesan itu dan berjalan kearah bangunan sekolah. Kali ini tampak pesan dari Akashi cukup lama hingga ia sempat mencari kelas dan tempat duduk di bagian barisan nomor 3 dari belakang di pinggir jendela.

"Oh, kau yang tadi pagi kan?"

Ia menoleh kearah belakang saat mendengar suara yang cukup familiar. Wajahnya seketika kembali memucat saat pemuda berambut merah tua dengan gradasi hitam itu duduk di belakangnya.

"Namaku Kagami Taiga. Salam kenal!"

"Sa-salam kenal, namaku [Full Name]," gadis itu menunduk dalam seolah ia tidak ingin wajahnya dilihat oleh pemuda itu. Ia akan mengobrol lagi saat bunyi handphonenya terdengar.

'Ah, Akashi-san membalasnya.'

From : Akashi Seijuurou-san
Text :
Ketua OSIS disini memintaku untuk menjadi anggota. Maaf pesanmu tidak kubalas cepat. Dan sebenarnya, kupikir itu ide yang bagus. Untukmu menjadi manajer klub basket. Dengan begitu kau akan tahu banyak tentang basket.

Dan wajah [Name] memucat saat membaca pesan itu. Dan satu hal yang ada di benaknya saat ini hanyalah.

...perintah baru lagi. Dari Akashi Seijuurou.

(...bukan.)

.
.

From : [Name]
Text :
Ma-maaf karena aku ragu menerimanya Akashi-san. Aku akan menerimanya dan menjadi manajer klub basket.

'Kenapa ia malah meminta maaf? Aku hanya memberikan pendapat,' pemuda berambut merah dengan mata heterochrome itu tampak melihat pesan di handphonenya dengan tanda tanya besar imajiner di atas kepalanya. Pada dasarnya Akashi hanya ingin gadis itu mengenal dunia basket, dan jika memang tidak ingin melakukannya ia akan maklum. Lagipula, tidak semua orang mau menjadi manajer klub basket. Ngomong-ngomong ia baru membaca pesan itu saat pelajaran usai. Karena saat pesan sebelumnya ia kirimkan, pelajaran sudah dimulai dengan perkenalan dan juga bagaimana anggota tim basket Rakuzan memohon padanya.

Meskipun ia sudah katakan kalau ia memang bermaksud untuk mengikuti klub basket disana.

Reply :
Baguslah. Aku akan mengirimkan buku tentang dasar-dasar permainan basket untuk kau pelajari.

"Sei-chan~ kau jadi ikut klub basket bukan? Aku kemari menjemputmu~" pemuda yang agak melambai itu tampak menghampiri Akashi yang sedang berjalan menuju lapangan basket. Tidak menyadari saat ia memasukkan handphonenya ke saku, handphone itu tidak masuk dengan pas dan akan terjatuh sebelum seorang pemuda menangkapnya.

"Hei, handphone--" seolah keberadaannya tipis, Akashi sudah menghilang berbelok di salah satu lorong dan menghilang meninggalkan pemuda berambut biru pucat itu dengan handphone di tangannya, 'kalau tidak salah itu Mibuchi Reo. Dia anggota klub basket...'

Ia segera berjalan hendak menuju ke lapangan indoor basket sebelum matanya mengarah pada pesan yang belum ditutup oleh Akashi dan sudah dibalas oleh [Name].

From : [Name]
Text :
Ka-kau tidak perlu terburu-buru Akashi-san, aku tidak ingin merepotkanmu.

...

"[Name]?"

.
.

"Oh, apakah kau juga akan lewat sini [Name]?"

[Name] menoleh saat mendengar suara yang untuk ketiga kalinya ia dengar hari ini saat ia akan kembali ke apartmentnya. Lagi-lagi pemuda dengan gradasi hitam merah rambutnya yang ada disana. Kalau tidak salah, namanya Kagami Taiga.

"O-oh begitulah Kagami-san..."

"Bukankah kelas sudah selesai daritadi? Kenapa kau baru pulang?"

"Me-menghabiskan waktu di perpustakaan," jawabnya bergumam dan menundukkan kepalanya pelan. Dan Kagami hanya mengangguk dan bergumam sebelum berjalan kembali kali ini tanpa ada percakapan yang berarti. Lebih tepatnya Kagami lebih banyak bertanya pada [Name].

Hingga beberapa saat kemudian, mereka berdua baru menyadari jika mereka berhenti di depan apartment yang sama.

"Eh? Kau tinggal disini juga [Name]?"

"Be-begitulah..."

"Lantai berapa?"

"Lima belas...?"

"Whoa kita selantai! Jangan-jangan kita tetangga lagi," [Name] hanya tertawa canggung dan menunduk kembali. Dalam hati, tidak mungkin ia berpikir kalau mereka tetangga.

.
.

"Kamarku disana, disebelah kanan kamar yang ada seseorang berdiri disana. Aku baru pindah dari Amerika," Kagami dan [Name] naik ke lantai 15 dan tampak menunjuk kearah kamar yang dimaksud. Sementara [Name] tampak mengerutkan dahinya saat melihat kamarnya yang berada di samping Kagami. Namun bukan kaget karena itu melainkan orang yang berdiri di depan ruangannya.

"Chihiro-nii?"

"[Name]."

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro