Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Dua Puluh Tiga

Halo-Guys!

Cuma mengingatkan jika bab kemarin adalah penutup flashback bab 9 ya gaes.

So, setelah ini lanjutan dari Bab 9, yg satu tahun setelah flashback. Kalau bingung baca aja bab 9. Okey. Happy reading!

***

Ledakan itu menghancurkan separuh Desa Alwaly.

Syana tergeletak tak sadarkan diri setelah melepaskan semua kekuatan matanya yang tersambung ke bulan purnama biru.

Di desa, banyak korban berjatuhan. Ledakan itu seperti sinar biru yang menyilau bersamaan dengan bunyi dentuman keras. Namun, akibat yang ditimbulkannya adalah runtuhan.

Jadi, bukan api yang menyala, tetapi tanah yang berguncang.

Ya, seperti adanya gempa bumi, tetapi terdengar seperti ledakan dan kilatan petir yang menyambar.

Aca---ya cowok itu, sahabat Syana, sekaligus yang tadi membawa Syana lari dari Raja Anjrite---melangkah mendekati Syana.

Cowok itu sudah memprediksi hal ini akan terjadi, makanya dia hanya bisa memantau Syana dari jauh dan sekarang ... bencana itu datang.

Aca mengangkat badan Syana, membawanya pergi dari situ. Aca hendak membawa gadis itu ke kerajaannya, tetapi hal itu tidak mungkin.

Bisa-bisa kepala Aca dipenggal, karena sudah keluar dari jalan misi yang seharusnya dia jalankan.

Lalu, ke mana sebaiknya Aca membawa Syana? Perumahan di desa ini sudah banyak yang runtuh, warga pun kini sedang panik dan mencari tempat pengungsian.

Yang pasti Aca sekarang membawa Syana pergi menjauh saja dahulu. Saat di perjalanan, ternyata ada yang menghambat jalannya.

Aca melirik pedang yang bertengger di punggungnya. Jika yang di depan cowok itu adalah musuh, Aca tak akan segan menghabisi mereka.

"Mau kau bawa ke mana gadis itu?" tanya salah satu dari mereka.

"Bukan urusan kalian."

"Tentu menjadi urusan kami, karena kami diperintahkan untuk menyelamatkan Nona pemilik mata biru."

Aca hanya diam mengamati, tampaknya mereka bukan berasal dari desa ini dan juga bukan dari kerajaan. Tampak seperti orang biasa yang menjadi bawahan seseorang.

Lalu, mereka tadi menyebutkan jika ingin menyelamatkan pemilik mata biru? Berarti mereka tahu, jika Syana adalah ....

"Bawa aku menghadap Tuan kalian," ujar Aca membungkukkan badannya sedikit.

Mereka tampak bertatap-tatapan satu sama lain, meminta persetujuan.

"Baiklah. Kami akan mengawal dari depan dan belakang!"

"Baik, terima kasih."

Aca yang masih menggendong badan Syana ala bridal style melangkahkan kaki mengikuti orang-orang itu.

Mungkin Tuan mereka bukanlah orang sembarangan. Aca bisa mengajaknya bersekutu, jika memungkinkan.

***

"Aku Zen ... pemilik mata merah."

Ya, memang orang-orang tadi adalah orang suruhan Zen untuk menangkap Syana kembali, dengan tujuan menyelamatkan gadis itu.

Aca sempat terkejut mendengarnya. Ternyata yang memiliki mata aneh itu bukan hanya Syana saja.

Zen menampilkan mata merahnya pada Aca, agar cowok itu percaya.

"Apa yang bisa kau lakukan untuk membantu Syana?" tanya Aca.

"Mata Syana dan mataku masih berkaitan, walaupun ada sedikit tolak-belakangnya. Akan tetapi, aku bisa menjamin nyawanya aman jika berada di sini."

"Butuh waktu berapa lama?"

"Mungkin sangat lama. Mata biru itu harus melakukan pemulihan, karena kekuatan terbesarnya baru saja keluar. Maka dari itu, peran mata merahku di sini adalah menetralkan mata biru itu kembali."

"Apakah bisa kupercayakan pada kau?" tanya Aca.

"Ya, karena kita sama-sama membutuhkan. Saat Syana terbangun nanti, aku akan meminta bantuannya."

"Baiklah."

"Aku akan melalukan penetralan itu pada Syana selama satu minggu saja. Kekuatan mataku juga terbatas. Jadi, setelah itu kau bisa membawa Syana terlebih dahulu dan merawatnya di suatu tempat. Akan kukunjungi tempat itu sebulan sekali sampai Syana benar-benar sembuh total."

"Baik. Terima kasih."

Maka dari itu, Acalah yang merawat Syana selama satu tahun setelah kejadian itu. Mereka tinggal di rumah kosong desa sebelah sementara, lalu Aca kembali membawa Syana ke Desa Alwaly, setelah desa itu bangkit kembali dari kehancurannya. Ya sedikit demi sedikit bangunan itu diperbaiki, walaupun nyawa yang melayang tidak bisa kembali.

***

"Kyo ... desa ini sudah banyak berubah, ya?" tanya Syana. Saat ini Aca mengajak Syana berjalan-jalan mengelilingi desa.

Kemarin Aca bertemu dengan Zen dan Zen mengatakan jika Syana mungkin kehilangan memorinya sementara, sebelum semuanya kembali sempurna. Jadi, saat ini memori yang hilang hanya satu tahun sebelum Syana tersadarkan.

Memang Syana tidur panjang selama setahun. Kekuatan besar itu memang menguras banyak tenaga Syana, untung saja gadis itu masih hidup sekarang.

"Iya," jawab Aca. Dirinya kan saat ini memang menyamar menjadi Kyo.

Aca malah berharap Syana memang melupakan kejadian satu tahun yang lalu saja. Agar gadis itu tak terpuruk, apalagi jika tahu Kyo meninggal dan Rita lumpuh, karenanya. Bukan karena Syana juga sebenarnya tetapi kejadian itu disebabkan awal mula karena dirinya.

Raja Anjrite ditemukan tewas beserta prajurit-nya.

Ya, memang sasaran awal Syana adalah mereka semua yang berasal dari kerajaan. Sebab merekalah Kyo meninggal. Jadi bulan itu pun merespons dan mengejar target utama.

Banyak rakyat yang berduka, karena raja mereka sudah mati, tetapi lebih banyak rakyat yang bersorak bahagia karena raja seperti itu tak diperlukan lagi. Kekerasan dan ketamakannya selama ini sudah sangat membuat rakyat menderita.

Kerasnya aturan tak sesuai dengan perasaan yang dimiliki rakyatnya.

Pelantikan raja baru belum juga dilaksanakan. Tentu saja  Aca, sebagai penerus sah-nya, kan? Akan tetapi Aca masih menolak, karena dia malu naik tahta seperti itu saja. Lagi pula Aca tak tertarik menjadi raja.

Untuk saat ini kerajaan dipimpin oleh sang ratu. Walaupun aktivitas kerajaan tak berjalan optimal, tetapi ratu tak sekeras raja.

"Kyo ... aku ingin bunga itu!" ucap Syana menunjuk taman bunga yang ditumbuhi bunga matahari.

Aca pun memetik satu tangkai bunga di sana, lalu memberikan pada Syana.

"Terima kasih, Kyo!"

"Aku rindu kau memanggil nama asliku." Begitulah batin Aca sekarang, tetapi Aca harus berpura-pura menjadi orang yang dicintai Syana, agar gadis itu bahagia.

Tak terbayang, jika Syana mengingat semuanya. Bisa-bisa Syana murka dan mengakibatkan bulan purnama biru kembali.

Syana tiba-tiba memegang kepalanya, Aca yang melihat itu dengan sigap menahan badan gadis itu dari belakang, takut jika Syana pingsan.

"Syana, kamu tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, hanya saja tadi kepalaku berdenyut sedikit."

"Sekarang bagaimana?"

Syana mengerjapkan matanya berkali-kali. Namun, saat membuka matanya dengan sempurna. Syana melihat seseorang yang sudah berada di depannya.

"Kamu ... siapa?" tanya Syana, seperti pertama kali baru melihat pemuda itu.

Aca yang tahu hanya diam. Lebih baik dia tak membuka suara terlebih dahulu.

"Hai, Syana. Lama tidak bertemu. Mungkin kau sudah melupakanku, ya?"

Syana mengernyitkan dahinya pelan. Siapa? Syana benar-benar tidak ingat. Apa mungkin orang di hadapannya sekarang salah orang?

"Memangnya kau siapa?" tanya Syana.

Laki-laki itu tersenyum sembari berkata ....

"Aku Aca, kekasihmu." Itulah yang diucapkan oleh laki-laki yang sebenarnya adalah Zen.

***

Bersambung!

Wah wah gimana tuh. Aca pura-pura jadi Kyo, dan Zen malah ngaku jadi Aca.

Menurut kalian gimana, nih?

Zen ngaku Aca jadi kekasihnya Syana pula. Kira-kira apa ya tanggapan Syana?

See you next chapter!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro