Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Dua Puluh Satu

Halo-ha. Happy Reading!

***

Diprediksi malam ini akan terjadi fenomena bulan purnama biru, setelah enam belas tahun yang lalu. Namun, banyak yang tak percaya jika fenomena itu memang akan muncul.

Raja Anjrite sangat menantikannya. Tujuannya kemari adalah menyaksikan itu, serta menculik gadis pemilik mata biru untuk dimanfaatkan.

Raja Anjrite juga sudah mengirim pasukan sebanyak-banyaknya untuk mencari Syana di mana pun berada. Pastinya gadis itu masih berada di desa ini, karena tak semudah itu pindah ke desa lain.

"Cepat temukan dan bawa gadis itu kemari sebelum bulan purnama nanti malam!" suruh Raja Anjrite tegas.

Semua suruhan Raja Anjrite sudah menggeledah desa. Namun, mereka sulit menemukan Syana, karena gadis itu berada di tempat Zen saat ini.

Ada untungnya juga dengan bawahan Zen menculik Syana, karena jika tidak Syana sudah berada di tangan Raja Anjrite sekarang.

Di samping itu, Rita dan ayahnya dikurung dalam ruangan agar tak bisa keluar. Gadis itu sudah tersadar dari pingsannya.

"Benar dugaan aku kan, Yah? Kedatangan mereka hanya akan menjadi bencana untuk kita. Untuk apa Ayah menyetujui kedatangan mereka kemari?"

"Ayah juga diancam, Nak. Maafkan Ayah."

"Kenapa Ayah tidak memberitahuku sejak awal? Lalu bagaimana dengan nasib desa ini sekarang? Bukankah Ayah sudah gagal menjadi kepala desa?"

"Maafkan Ayah, Nak. Ayah memang terlalu lemah."

Rita mengembuskan napas gusar. Sekarang di pikirannya tengah sibuk memikirkan nasib Syana. Bagaimana jika gadis itu benar-benar tertangkap? Apa yang akan terjadi pada desa ini?

"Sekarang bagaimana caranya kita kabur dari sini, Yah?"

"Ayah akan mencari solusinya, kamu tetap tenang saja."

Ya, bagaimana caranya bisa tenang jika situasinya begini, bukan?

Siapa pun tolong keluarkan Rita dari sini, dia ingin melindungi Syana agar gadis itu baik-baik saja.

"Syana, di mana pun kau berada sekarang, kuharap kau baik-baik saja," ucap Rita berdoa semoga Syana tidak ditemukan oleh pasukan Raja Anjrite.

"Rita, kamu tampaknya terlalu mengkhawatirkan temanmu itu."

"Ya, andai saja Ayah tau siapa Syana sebenarnya."

"Memangnya siapa?"

"Akan kuceritakan saat kita sudah keluar dari sini, Yah."

"Baiklah."

***

Syana tak mau makan, ketika pelayan Zen memberikannya makanan.

Syana hanya ingin pulang ke rumahnya. Namun, keluar dari ruangan ini saja Syana tidak bisa.

"Ayolah, Nona. Kau harus makan agar tidak sakit," ucap Zen turun tangan membujuk Syana makan.

"T-i-d-a-k m-a-u!" tekan Syana sambil mengeja. Zen menghela napas pelan.

"Jika kau tidak mau makan, nanti kau sakit, mati kelaparan. Aku tidak ingin kehilangan pemilik mata biru," ucap Zen dengan
santainya.

Syana hanya memutar bola matanya malas.

"Malam ini dikabarkan akan ada fenomena bulan purnama biru. Kau jangan keluar dan tetap menahan diri, ya!" ucap Zen.

Alis Syana mengkerut. "Dari mana kau tahu akan adanya fenomena itu?"

"Dari kabar yang kudapatkan."

"Ya kabar dari siapa?"

"Kau tak perlu tahu, yang penting tetap jaga dirimu. Jangan sampai terlepas kendali, jika tidak bisa membahayakanmu."

Syana tak mengerti maksud ucapan Zen hanya mengangkat bahu.

"Aku tak peduli, lagi pula aku tidak percaya dengan ucapanmu!"

"Terserah kau mau percaya atau tidak. Aku hanya memberitahu, demi keselamatanmu. Sudah ... ayo dimakan!" suruh Zen menyendokkan satu sendok makanan itu ke Syana, tetapi gadis itu membungkam mulutnya.

"Tidak mau!"

Zen pun menyerah, percuma saja membujuk gadis yang keras kepala seperti Syana.

"Ya sudah, terserah."

Saat Zen berbalik badan. Mata Syana menatap punggung cowok itu, membuat Zen tak bisa bergerak.

"Hei, apa yang kau lakukan?" ujar Zen panik, pasti Syana menggunakan kekuatan matanya.

"Dugaanku benar, kau tak bisa diserang dari depan karena mata merah kau bisa menangkal kekuatan mata biruku, tapi aku masih bisa menyerangmu dari belakang!" ujar Syana. Gadis itu memanfaatkan itu untuk kabur.

Zen hendak mengejar, tetapi badannya masih sulit digerakkan.

"Hei, kalian kejar Syana!" suruh Zen. Cowok itu berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari kekuatan mata biru Syana.

Sepertinya Zen bisa melakukannya dengan cara mengaktifkan mata merahnya pula.

Syana dengan mudah mengendalikan semua pengawal Zen, dia membuat orang-orang itu terkapar di lantai dengan badan menegang tak bisa digerakkan.

Akhirnya gadis itu berhasil kabur dari rumah itu. Dia berlari kencang meninggalkan tempat itu sebelum Zen mengejarnya.

Mata biru Syana kembali normal. Gadis itu pun sudah sangat jauh dari rumah Zen. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk punggung Syana dari belakang membuat gadis itu tak sadarkan diri.

"Akhirnya ketemu juga!"

"Cepat bawa dia!"

"Angkat dan bawa ke tempat Yang Mulia!"

***

Syana mengerjap-ngerjapkan matanya. Di mana lagi dia sekarang? Syana hanya mengingat jika ada yang memukulnya dari belakang.

Apakah dia berada di tempat Zen lagi? Sepertinya Syana memang tidak bisa lepas dari pria pemilik mata merah itu.

Namun, ruangan kali ini sangat gelap. Bahkan Syana kesulitan melihat dirinya sendiri.

Sepertinya ini bukan di rumah Zen. Syana meraba-raba di sekitarnya.

Pintu terbuka, menampakkan seseorang dengan jubah hitamnya melangkah masuk. Syana siap siaga melawan jika orang itu hendak mencelakainya.

Ruangan itu tiba-tiba terang, membuat Syana bisa melihat dengan jelas orang yang masuk ke ruangannya itu.

"Ra--raja Anjrite?" tanya Syana terkejut. Apakah sekarang dirinya sudah aman atau malah sebaliknya?

"Sebentar lagi akan ada fenomena bulan purnama biru. Kau adalah gadis yang kucari selama ini," ucap Raja Anjrite membuat Syana berubah menjadi takut.

Suara dan hawa yang ditampilkan Raja Anjrite tak seperti biasanya. Pasti ada yang tidak beres.

"Gadis manis ... perlihatkan mata birumu!" suruh Raja Anjrite semakin mendekati Syana. Gadis itu memundurkan badannya.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Aku hanya ingin menatap mata biru itu!" jawab Raja Anjrite.

"Aku tidak mau!"

"Kau berani menolak permintaanku?"

"Minggir Bapak tua!" teriak Syana.

"Baiklah ... akan kupaksa mata biru kau itu muncul dengan ... ini!"

Raja Anjrite menjentikkan jarinya. Lalu, prajurit membawa Rita masuk ke dalam ruangan itu. Syana terkejut menatap sahabatnya yang sudah babak belur. Mungkin saja gadis itu dipukuli, karena terus memberontak.

"Syana tak usah pedulikan aku! Jangan sampai kau perlihatkan mata birumu!" ujar Rita.

"Kubilang diam!" ucap bawahan Raja Anjrite itu menampar pipi Rita.

Melihat itu tentu saja Syana tidak tega.

"Syana ... jangan menatapku seperti itu!" ujar Rita marah, dia tak perlu dikasihani.

"Baiklah jika memang Yang Mulia ingin melihat mataku, akan kutunjukan tetapi lepaskan dulu Rita!" ucap Syana.

"Jangan, Syana! Bulan purnama sebentar lagi, kau bisa dalam bahaya!" ujar Rita. Lagi dan lagi Rita menerima tamparan di pipinya.

"Ayo ... tunjukan mata biru itu!" suruh Raja Anjrite.

"Baik."

Syana memejamkan matanya sebentar. Dia menarik napas. Saat hendak membuka matanya, tiba-tiba ... lampu padam.

***

Bersambung!

Esok ada purnama bulan biru di next chapter. Kira2 apa yg terjadi sama Syana? Chapter berikut adalah penutup flashback dari satu tahun sebelum Syana bertemu dengan Aca yang ngaku bernama Kyo gaes. Masih inget kan?

Oke see you!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro