Bagian Dua Puluh Dua
Hallo-ha, happy reading!
***
Bertetapan dengan padamnya lampu, tangan Syana seperti ditarik oleh seseorang. Gadis itu menurut saja, tak peduli apakah yang menariknya adalah musuh atau pun teman, yang pasti Syana bisa lepas dulu dari raja gila itu.
Ternyata benar kata Rita, kedatangan Raja Anjrite memang mencurigakan. Sekarang Syana mengerti jika dirinya yang menjadi incaran.
Setelah berjalan jauh, akhirnya seseorang yang membawa Syana pergi itu memberhentikan langkahnya.
Tampaknya dia seorang laki-laki, karena tertutup jubah, Syana tak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu.
"Terima kasih," ucap Syana.
Laki-laki itu mengangguk. "Pergilah!" suruhnya. Terdengar suaranya diberat-beratkan. Seperti orang misterius saja, apakah sebenarnya dia mengenal Syana?
"Kamu siapa?" tanya Syana.
"Pergi sejauh-jauhnya!" suruh laki-laki itu lagi dan berlari pergi.
"Eh, tunggu!" Namun, terlambat sudah. Larinya begitu kencang.
"Aku mau pergi ke mana?" tanya Syana.
Gadis itu memilih tetap berjalan saja, bulan tampak bersinar terang. Apakah sekarang memang akan terjadi fenomena bulan biru lagi? Akan tetapi tidak ada tanda-tandanya.
"Mungkin itu hanyalah mitos," ucap Syana.
Tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Syana dari belakang, gadis itu segera membalikkan badannya karena terkejut.
"Ma--maaf mengagetkanmu," ujarnya.
Syana menghela napas lega, ternyata orang yang mengejutkannya dari belakang adalah Kyo.
"Syana, kamu dari mana saja? Beberapa hari aku tidak melihatmu."
"Aku ... itu tidak penting sekarang. Kyo ... bawa aku pergi dari sini!" ujar Syana menarik tangan Kyo, lalu menggenggamnya.
"Eh, ke mana?"
"Ke mana saja! Aku mohon. Aku takut di desa ini!" ujar Syana.
"Takut? Takut kenapa? Ada apa sebenarnya?"
"Nanti akan kuceritakan semuanya, sekarang bawa aku pergi dulu dari sini!" pinta Syana.
"Baiklah."
Kyo pun menarik tangan Syana untuk berlari. Walaupun tanpa tujuan yang jelas, yang pasti Kyo bisa membawa gadis itu pergi jauh dahulu, ke mana tempatnya pikirkan nanti saja.
"Kita ke desa lain saja?" tanya Kyo.
"Boleh!"
"Ya sudah, ayo ke perbatasan!"
Kyo semakin melajukan larinya. Namun, Syana tampak sudah tak kuat. Napasnya memburu. Gadis itu berhenti sejenak, memegangi lututnya.
"Kamu tidak sanggup lari lagi, ya?" tanya Kyo.
"I--iya."
Kyo langsung membungkukkan badannya. "Naik!" suruhnya. Kepekaan Kyo dari kecil memang tidak ada lawan.
Syana tersenyum kecil, tetapi dia enggan untuk naik.
"Ayo!"
"Boleh?"
"Iya!"
Syana pun mengalungkan tangannya ke leher Kyo. Cowok itu langsung mengangkat badan Syana dari belakang.
"Pegang erat-erat, ya!"
"Iya!"
Syana menjatuhkan dagunya di bahu Kyo. Terasa sangat nyaman sedekat ini dengan laki-laki yang disukainya dari kecil.
Kyo langsung berlari, dia tak tahu apa yang membuat Syana takut dan ingin pergi sejauh-jauhnya, tetapi Kyo yakin pasti Syana sedang dalam bahaya. Tentu saja dia tak ingin gadis itu terluka.
Untung saja badan Syana kecil, sehingga Kyo tidak kesusahan menggendong gadis itu.
Tak terasa sudah hampir menuju batas. Memang dari jarak pertama mereka bertemu tadi tidak terlalu jauh sampai ke perbatasan.
Namun, suatu yang tak diduga Syana sebelumnya ada di depan mata.
Para prajurit Raja Anjrite tampak sudah menunggu kedatangannya. Ah, sial! Kenapa Syana tak bisa berpikir dahulu sebelum bertindak? Tentu saja mereka mengetahui jika jalan satu-satunya adalah kabur dari desa pasti melewati batas.
"Kyo putar balik!" suruh Syana.
Kyo pun terkejut menatap ada banyaknya orang-orang berbadan kekar di sana.
"Mereka bukannya prajurit Kerajaan Arland?"
"Iya! Mereka mengincarku, kita harus pergi dari sini!"
"Tapi ke mana?"
"Putar balik dulu aja!" teriak Syana panik.
Setelah putar balik pun, sudah ada prajurit lain yang mengepung mereka. Syana segera turun dari punggung Kyo.
"Syana, kamu tetap saja di belakangku!" ucap Kyo. Dia siap menghadapi orang-orang itu jika hendak mencelakai Syana.
"Tidak ... Kyo. Kamu yang harusnya berdiri di belakangku!" ucap Syana hendak berpindah posisi.
"Jangan lakukan itu! Aku akan melindungimu."
"Tapi, Kyo ... jumlah mereka terlalu banyak. Kamu tidak akan bisa melawan mereka seorang diri."
"Yang menjadi target mereka kamu, kan? Sembari aku melawan mereka, kamu bisa lari, Syana."
"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri!"
"Jangan pikirkan aku. Pikirkan dirimu sendiri, aku pasti baik-baik saja!"
"Hai ... gadis manis! Mau ke mana? Ayo balik ke hadapan Yang Mulia!" Salah satu prajurit itu bersuara.
"Syana ... setelah ini larilah!"
"Tapi ... Kyo!"
"Aku mencintaimu dan aku tidak mau kamu terluka." Kata-kata itu akhirnya keluar dari mulut Kyo. Syana terkejut mendengarnya.
"Kyo ...."
Kyo pun memberanikan diri untuk melawan prajurit itu, walaupun dia yakin tidak akan bisa menang, setidaknya Kyo bisa membuka celah untuk Syana lari.
Gadis itu langsung memanfaatkan situasi untuk lari, dengan air mata yang mulai membasahi pipi.
Saat hendak berpisah, kenapa harus kata-kata itu yang dikeluarkan oleh Kyo? Syana jadi tak sampai hati meninggalkannya sendirian.
Namun, tungkai kakinya terus berlari. Syana tidak mungkin menyia-nyiakan perjuangan Kyo agar dia bisa kabur dari orang-orang itu.
Langkah kaki Syana berhenti saat mengetahui para prajurit yang dihalangi oleh Kyo tadi sudah kembali mengejarnya. Syana menoleh sebentar. Benar! Itu mereka.
Berarti ... artinya? Kyo sudah dikalahkan?
Lari Syana melambat saat memikirkan Kyo, apakah laki-laki itu baik-baik saja? Apakah dia terluka parah? Apakah Kyo ....
Syana memberhentikan langkahnya, dia berlari berbalik menuju para prajurit yang mengejarnya itu.
Prajurit yang mengejar Syana pun dibuat heran, target yang dikejar malah mengejar balik? Apa tidak salah. Namun, kini mereka melihat ada cahaya biru mengikuti gadis itu.
Syana dengan mata birunya berlari mendekati mereka. Semakin dekat ... dekat ... tidak ada jarak lagi.
Syana menembus mereka semua dengan kilatan, membuat semua prajurit itu jatuh bersamaan, tergeletak tak berdaya.
"Mataku bisa mengendalikan. Akan kukendalikan kalian semua!" ujar Syana, dia membuat para prajurit itu melawan satu sama lain. Kenapa tidak dilakukannya saja tadi? Tidak bisa! Mata biru Syana munculnya tidak bisa dipaksakan.
Syana mengencangkan larinya menuju ke tempat Kyo tadi.
Gadis itu terkejut menatap Kyo sudah tergeletak dengan sebuah pedang yang tertancap di lengannya. Syana segera mencabut pedang itu. Untung tidak menancap terlalu dalam.
"KYOOO!" teriak Syana histeris.
Gadis itu menarik Kyo ke pelukannya.
"Kyo, bangun!" isak Syana.
Namun, tampaknya laki-laki itu sudah kesusahan mengatur napasnya.
"Syana ...."
"Kyo! Aku akan menyembuhkanmu. Bertahanlah!" ujar Syana. Dia bisa menggunakan mata birunya untuk menyembuhkan, bukan?
"Ja--jangan, Syana. Nanti kau ...."
"Kamu diam dulu! Aku harus berkonsentrasi."
Saat pertarungan Kyo dengan para prajurit tadi. Prajurit itu memberitahu Kyo jika Syana adalah pemilik mata biru dan nantinya akan ada fenomena bulan purnama biru yang akan meningkatkan kekuatannya. Raja Anjrite ingin mengambil alih kekuatan mata itu untuk menghancurkan desa.
Namun, sebelum datangnya gerhana, kekuatan mata biru itu akan menipis dan jika sampai melemah, maka efek sampingnya akan mencelakai Syana.
Maka dari itu Kyo tidak ingin Syana menggunakan kekuatan matanya itu sekarang!
"Syana ... henti--kan!" Kyo dengan sekuat tenaga mendorong Syana.
Cowok itu mengambil pedang yang berada di sampingnya, lalu menikamkan sendiri ke perutnya membuat darah langsung memuncrat dari mulut Kyo.
"KYOOO! Apa yang kamu lakukan!" bentak Syana.
"Syana ... jaga dirimu," ucap Kyo. Setelah itu, mata laki-laki itu pun tertutup dan tak akan terbuka lagi.
"KYOOO!" teriak Syana histeris. Syana tak merasakan denyut nadi Kyo lagi, bahkan napasnya tak berembus lagi.
"Kyo jangan pergi!" teriak Syana.
Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, giginya gemertak. Tatapan mata Syana mengarah ke langit, tepat menatap bulan purnama yang warnanya perlahan berubah menjadi biru.
Ya, saat ini, detik ini bulan purnama biru terulang kembali.
Syana menatap bulan itu dengan mata birunya. Senyum sinis tergambar di wajah gadis itu.
"Hancurkan ... desa ini," ujarnya.
Tepat saat itu. Bunyi ledakan pun terdengar.
***
Bersambung!
Halo-ha. Maaf kalau tidak sesuai ekspetasi, ya. Huhu.
Oke, ini adalah kejadian akhir sebelum Syana tersadar ditemukan Aca, Guys! Nah, biar gak bingung baca aja next chapter.
See you!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro