Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Dua Belas

Happy Reading, Guys!

***

Negeri Arland yang dipimpin oleh Raja Anjrite didampingi oleh Ratu Raiha, memiliki anak calon penerus kerajaan yang bernama Rayn Gemasya.

Aca adalah panggilan kesayangan yang diberikan oleh Raiha pada anak semata wayangnya itu. Hingga kini, tiga belas tahun sudah berlalu, Aca masih menjadi anak Raiha satu-satunya, karena dia tidak beranak dengan Raja Anjrite.

Maka dari itu, Aca atau Pangeran Rayn adalah penerus raja masa depan. Namun, sejak kecil Aca tidak menginginkan hal itu. Ia lebih memilih hidup sederhana di Desa Merpati dengan ibunya dulu, karena Aca bisa bermain sepuasnya.

Membayangkan betapa sulitnya menjadi raja saja, Aca tidak mau. Lagi pula dia mengaku tidak berbakat.

Akan tetapi, walaupun Aca menolak itu semua, tetap saja tidak bisa mengelak, karena dia sudah diangkat menjadi putra mahkota kerajaan.

Seperti sekarang, Aca sedang menghadiri rapat bersama sang ayah. Namun, dengan santainya Aca malah datang terlambat.

"Rayn! Kau harus tepat waktu!"

"Ya, Ayahanda."

"Jika salah kau hendaknya minta ampun."

"Ampun, Ayahanda."

"Silakan duduk!"

Aca mendumel dalam hati. Dia paling tidak suka jika disuruh rapat seperti ini.

"Mungkin menurutmu, usiamu yang sekarang masih sangat muda jika harus mengetahui semua persoalan tentang kerajaan. Asal kamu tahu, Ayahanda umur tiga belas tahun sudah ikut latihan perang."

Aca hanya diam tanpa menanggapi. Harus memberi tanggapan apa, memangnya?

"Tapi Ayahanda maklum saja, karena kamu tidak memiliki darah bangsawan."

Hal itulah yang membuat Aca tidak menyukai kerajaan ini. Raja Anjrite selalu memandang rendah dirinya, karena bukan darah dagingnya sendiri. Lalu, jika tak bisa menerimanya, kenapa dulu menikahi ibunya?

Jika Aca melakukan kesalahan, pasti Raja Anjrite mengejeknya seperti 'beginilah anak dari rakyat biasa.'

"Bisakah Ayahanda langsung saja ke topik pembicaraan kali ini?"

"Ya, baiklah."

Aca pun menatap datar. Mempersiapkan telinga yang pastinya akan memanas, karena Raja Anjrite pasti akan berbicara panjang lebar.

"Kejadian tiga belas tahun yang lalu masih menjadi misteri, kenapa pasukan yang dikirim kerajaan tiba-tiba tewas sebelum menyerang Desa Alwaly."

Aca pun mengangguk paham. Lagi dan lagi masalah itu. Dari dulu tak kunjung selesai. Bahkan Aca sudah turun tangan langsung ke Desa Alwaly tersebut memata-matai, tetapi dia tak menemukan apa-apa. Ya tentu saja, karena Aca ke desa itu hanya untuk menenangkan pikiran dan bersenang-senang, bukannya menjalankan misi yang diberikan.

"Jadi, apa yang bisa kamu informasikan, setelah meneliti desa itu bertahun-tahun?"

"Tidak ada," jawab Aca santai, tanpa beban.

Raja Anjrite berdeham pelan, di balik dehamannya ada emosi yang tertahan.

"Bagaimana caranya menjadi raja, jika diberi misi itu sekian lama tidak juga mendapatkan informasi apa-apa."

"Lalu, bagaimana dengan Ayahanda? Bukankah kita sama-sama gagal?" ujar Aca yang menohok hati Raja Anjrite.

"Jaga sikapmu dan jaga bicaramu, Rayn!"

"Baik."

"Kita harus mengubah strategi. Satu-satunya cara adalah membawa paksa salah satu warga desa itu."

"Apa yang Ayahanda pikirkan? Itu sama saja Ayahanda berbuat jahat seperti kasus penculikan."

Aca baru menyadari, jika kerasnya Raja Anjrite ternyata maksudnya seperti ini, suka semena-mena terhadap hal apa yang diinginkan.

"Rapat kita sudahi sampai di sini, kamu silakan kembali."

"Baik, Ayahanda." Aca membungkukkan badannya sedikit, lalu keluar dari ruangan itu.

***

Sore ini Syana memilih untuk berjalan-jalan keliling desa. Langit senja mendukung suasana. Gadis itu asyik berkeliling menyapa siapa saja yang lewat.

Dia hanya berjalan sendirian, karena Syana tidak tahu temannya ke mana, mendadak hilang satu persatu. Ada yang pindah ke kota, ada yang sudah bekerja, ada juga yang tak pernah keluar rumah. Namun, Syana masih mengagumi Kyo---sahabat kecilnya yang sangat perhatian.

Tepat sekali. Mereka pun tak sengaja bertemu. Tampak Kyo sedang mengayuh sepedanya. Syana melambaikan tangan, laki-laki itu pun langsung merespons. Dia mengayuh sepedanya ke arah Syana.

"Hai, kamu sedang apa?" tanya Kyo.

"Aku hanya jalan-jalan sore. Kamu dari mana?"

"Aku tadi membeli buah. Kamu mau?" Kyo membuka kresek yang tergantung di sepedanya. Laki-laki itu lalu menyodorkan buah naga ke arah Syana.

Gadis itu pun tersenyum. Pipinya merona, karena tersipu. Dia pun mengambil buah itu.

"Terima kasih, Kyo."

"Sama-sama."

Syana lalu menggenggam buah itu, dia akan memakannya nanti saja.

"Silakan naik!" suruh Kyo. Syana mengerutkan keningnya.

"Naik ke sepedaku. Ayo, kita jalan-jalan bersama!" ajak Kyo yang membuat Syana tersenyum senang.

"Baiklah!" Syana pun segera menaiki sepeda Kyo. Dia harus berdiri di belakang, karena tidak ada tempat duduk untuk boncengan.

"Pegang pundakku erat-erat, ya!"

"Baik!"

Kyo pun mulai mengayuh sepedanya kembali, mereka pun berkeliling desa bersama.

Rambut Syana ditiup angin yang berembus. Gadis itu menikmati angin itu. Sebenarnya bukan karena angin yang menerpa wajahnya, tetapi karena dibonceng oleh Kyo-lah yang membuat Syana sangat menikmati perjalanan ini.

Sepeda Kyo lalu berhenti di warung kelapa muda. Apakah laki-laki itu akan mengajaknya minum air kelapa muda?

"Syana, boleh turun sebentar?"

"Eh, iya. Baik!" Syana lalu turun. Kyo pun ikut turun. Laki-laki tampan berkulit putiu itu lalu membungkuk, memencet ban sepedanya.

"Bannya kempes," ujar Kyo.

Syana langsung membuang muka. Sangat malu, karena tidak sesuai ekspetasinya. Dia pikir Kyo ingin mengajak minum air kelapa muda, ternyata hanya ingin mengecek ban sepedanya yang mengempes.

"Maaf, ya. Apakah karena aku ban-nya kempes?" tanya Syana tidak enak.

"Bukan, kok. Sebenarnya dari pagi tadi juga sudah mulai kempes. Aku mau mengisi anginnya dulu di bengkel itu, ya!" ujar Kyo.

Ternyata ada bengkel di sebelah warung kelapa muda. Syana mengerti, tujuan Kyo ke sini hanya ingin ke bengkel.

"Iya, Kyo. Silakan!"

"Tunggu sebentar, ya."

"Iya."

Kyo lalu mendorong sepedanya menuju bengkel itu. Syana memilih tetap berdiri di sana menunggu.

Tak lama kemudian, Kyo pun mengayuh sepedanya dengan lancar ke arah Syana kembali. Ban-nya tampak sudah tidak kempes.

"Sudah," ujar Kyo.

"Iya." Syana hanya diam. Apakah Kyo tidak peka, jika dia sebenarnya ingin mengajak minum air kelapa di sana?

Kyo menatap Syana yang tampak lain. Laki-laki itu pun menatap adanya warung kelapa di depan.

Tangan Kyo tiba-tiba menyentil dahi gadis itu pelan. Syana pun langsung menatap ke arahnya.

"Mau minum air kelapa?" tanya Kyo. Mata Syana berbinar.

"Ayo!"

Kyo terkekeh pelan. "Jika ingin, kenapa tidak bilang?"

"Aku malu mengatakannya."

Kyo pun hanya tersenyum tipis. "Ya sudah, ayo!"

"Iya."

Kyo turun dari sepedanya, memilih mendorong saja, agar bisa berjalan bersama-sama dengan gadis itu. Lagi pula dekat.

Tidak tahukan Kyo, jika Syana sangat senang hari ini.

***

Yang ngeship Syana dengan Kyo, cung tangannya!

Ada, kah?👀

Atau pada ngeship Syana dan Aca?

Uhhuy, kira-kira siapa ya jodoh Syana?

Bersambung.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro