I Still Love You
Bisik-bisik tetangga terdengar dalam kerumunan anak cowok pada barisan belakang, ada yang jomlo, masih sendiri dari lahir sampai sekarang, bahkan ada yang sudah punya gandengan. Mereka bercampur menjadi satu dalam urusan cewek cantik. Sekolah menengah Garuda Jakarta atau yang biasa disebut Grata oleh penghuninya, dihebohkan oleh kedatangan murid pindahan baru yang wajahnnya cantik bin manis.
Tersebar bahwa nama cewek cantik itu ialah Wulandari Syafitri, gadis tinggi dengan senyum manis dan juga lesung pipi. Sayangnya senyumnya yang manis berbanding terbalik dengan sifatnya yang bucin dan ceroboh.
Bryan yang sudah tahu kedatangan Wulan di sekolahnya hanya diam membisu, kedua telinganya hanya berfungsi mendengarkan obrolan teman-temannya tanpa perlu mencerna setiap kata mereka.
Murid cowok yang berkumpul di barisan belakang seketika bubar barisan setelah mendengar bel yang terdengar nyaring di penjuru sekolah. Kelas 11 ipa 2 mulai menanti-nanti seperti apa murid baru yang dibicarakan, apakah sesuai dengan ekspektasi mereka? Atau mereka akan tertampar dengan kenyataan?
"Perkenalkan nama saya Wulandari Syafitri, saya pindahan dari Makassar. Semoga kedepannya kita bisa berteman baik." Perkenalan singkat yang keluar dari bibir Wulan membuat anak cowok bersorak girang.
"Cantik! Bagi nomornya, dong."
"Manis banget, jadi gandenganku, yuk!"
"Bibirnya itu lohh, minta diapain gitu!"
Sorakan-sorakan lainnya mulai berdatangan, Wulan yang masih berdiri di depan bersama Pak Jono mulai merasa enek mendengar gombalan garing yang tak ada habisnya.
"Kalian ngga lihat, Wulan udah mulai ngerasa ngga nyaman? Sudah hentikan?!" Pak Jono menatap tajam anak cowok yang masih saja melancarkan aksi mereka.
Setelah beberapa saat hening, Pak Jono mengalihkan pandangannya ke arah Wulan yang masih tersenyum canggung. "Kamu mau duduk sama siapa?"
"Saya aja, Pak." Bukannya Wulan yang menjawab, cowok berkulit putih dengan rahang tegas dan hidung mancung malah menjawab pertanyaan Pak Jono yang langsung disoraki oleh teman sekelasnya.
"Bukannya kamu kenal seseorang di kelas ini? Makanya kamu mau di kelas 11 ipa 2? Walaupun nilai kamu sangat mumpuni di kelas 11 ipa 1," ucap Pak Jono yang langsung saja dihadiahi oleh bisikan dan pujian kagum.
Penempatan kelas di Grata diukur dari nilai yang kalian kumpulkan saat ujian kenaikan kelas berlangsung, dengan rata-rata nilai di atas sembilan akan ditempatkan di kelas 11 Ipa 1. Jika nilai rata-rata di bawah sembilan, maka akan ditempatkan di kelas 11 Ipa 2.
"Saya kenal sama Bryan, tapi kayaknya dia udah ada teman duduk. Padahal sebelum saya sampai di Jakarta saya sudah bilang mau duduk bareng dia," adu Wulan membuat orang yang mendengarnya tersenyum karena suaranya yang lucu, diikuti oleh suara patahan hati anak cowok yang sudah berniat menggaet Wulan.
"Pacarnya Bryan?" tanya Pak Jono tanpa sadar.
Wulan menggeleng, "Saya sahabat kecilnya Bryan, Pak."
"Yahh, Yan sabar ya. Kamu cuman dianggap sahabat doang," ledek Ivan yang semeja dengannya.
"Nanti juga dari sahabatan jadi gandengan," ucap Pak Jono membuat anak cowo lainnya tak terima.
"Sudah, sudah. Kamu duduk sama Anna saja. Selamat datang di Grata, Wulan. Semoga betah, ya." Ucapan Pak Jono diangguki oleh Wulan dan juga senyuman terima kasih yang menampilkan lesung pipinya.
***
Meja Wulan dan Anna seketika dikerubungi oleh anak cowok setelah bunyi bel isthirahat berdering. Wulan yang baru saja ingin bangkit dari duduknya dan menghampiri Bryan hanya bisa terduduk kembali dengan senyum pasrah.
"Wulan? Nanti pulang bareng siapa?" tanya Ahmad yang berdiri tepat di samping mejanya.
"Rumahnya di mana, sih? Sekalian nganter, bisa sekalian kali kenalin diri sama calon mertua." Celetukan-celetukan kembali terdengar bersautan.
Wulan memasang wajah melasnya, ia menatap anak cowok yang mengerubunginya, mencoba menghafal wajah mereka satu-satu. "Aku boleh minta tolong ngga?"
"Apa sih yang ngga boleh, Lan?"
"Mau minta tolong apa, Sayang?"
Gombalan dari anak cowok semakin menjadi-jadi, "Bisa diem, ngga?! Maaf banget, tapi kalian ngegerumbulin kayak gini tuh bikin aku sama Anna engap. Selain itu, kita berdua juga mau isthirahat. Sekali lagi aku minta maaf, bisa tolong permisi?" pinta Wulan yang sudah tak kuasa ingin menghirup udara segar tanpa perlu udara percampuran keringat dari cowok-cowok yang mengerubunginya.
"Yan? Temenin ke kantin, tapi sebelum itu ... gimana kalau kita ketemu Kumala dulu?" Bryan hanya mengangguk, kedua tangannya memegang pundak Wulan dan mendorongnya dari belakang menuju kelas Kumala.
"Kumala?!" panggil Wulan sedikit berteriak.
Kumala yang sedang menyalin tugas dari buku temannya, seketika fokusnya teralihkan mendengar suara seseorang yang ia kenal.
"Wulan?! Sumpah, kangen banget tahu?!" Kumala segera berlari menuju Wulan dan memeluknya erat.
Wulan membalas pelukan Kumala, Bryan yang melihat adegan pelukan seperti teletabis hanya bisa mendengus malas. Dirinya juga ingin dipeluk oleh Kumala seperti Wulan.
"Apa kabar, Wulan? Makin imut aja, sih?!" Kumala yang berteriak histeris malah mengundang rasa penasaran dari anak-anak yang ada di kelasnya sendiri.
"Malu tahu," ucap Wulan pelan.
Kumala tertawa, "Biasanya juga malu-maluin, kok malah jadi jaga image gini?"
"Takutnya ada Dhamar, kan aku juga kangen dia," jawab Wulan membuat Kumala semakin tertawa nyaring.
"Kamu emang ngga pernah berubah, ya? Jujur banget." Entah itu sebuah pujian atau ledekan yang keluar dari bibir Kumala, tetap saja bibir Wulan manyun mendengarnya.
"Kalian ngga laper? Aku laper banget, pengen ke kantin." Dua perempuan yang baru saja bertemu itu langsung tertawa mendengar suara melas Bryan.
"Yan? Aku mau nanya tentang Dhamar." Bryan dan Kumala serempak menengok ke arah Wulan yang masih saja menatap ke arah depan.
"Dhamar sekarang kayak gimana? Makin cakep ngga? Terus dia makin jago main basketnya? Aku ngga mau nanya soal kepintarannya, karena aku yakin dia pintar banget. Jadi ... dia banyak berubah atau ngga?" lanjut Wulan dengan senyum polos yang tercetak di bibirnya.
"Karena aku cowok dan dia juga cowok, bagiku masih cakepan aku dibanding Dhamar, dia udah jarang main basket karena Dhamar lebih sering belajar dibanding main keluar sejak kamu sama dia putus. Untuk pertanyaan terakhirmu, dia ngga banyak berubah. Tetapi, semenjak kamu ninggalin dia ... hidupnya melempem, isinya cuman belajar." Jawaban Bryan yang terdengar olehnya membuat kaki Wulan spontan berhenti.
"Segitu ngefeknya?" tanya Wulan yang tak percaya, anggukan serempak dari Bryan dan Kumala membuat Wulan berteriak kegirangan.
"Berarti ada kemungkinan balikan, dong?!" Wulan semakin berteriak kegirangan, kakinya melompat-lompat kecil bak anak tk yang baru saja mendapatkan gulali berwarna merah muda.
***
"Ada Bryan, ngga?" Suara yang sangat Wulan rindukan tiba-tiba saja terdengar sangat merdu di telinganya. Itu suara Dhamar!
Kepala Dhamar yang mengintip ke dalam kelas 11 Ipa 2 terlihat begitu lucu.
"Masuk aja kali, Mar. Jangan kayak maling gitu," ucap Ivan yang baru saja masuk ke dalam kelas.
Wulan yang tahu Dhamar akan menuju meja Bryan, langsung melancarkan aksinya.
"Bryan? Nanti pulang nebeng, ya? Kita kan sekomplek." Ucapan Wulan yang baru saja lolos dari bibirnya membuat teriakan-teriakan tak terima yang berasal dari cowok-cowok 11 Ipa 2 mulai bersautan kembali
Bryan yang tahu akal bulus Wulan, jarinya langsung menyentil dahi Wulan hingga sedikit berubah warna.
"Bryan?! Sakit, jidatnya jadi berubah warna merah muda," gerutu Wulan membuat Bryan tertawa.
Dhamar yang melihat aksi tersebut hanya diam, tak berniat mengomentari apa pun.
"Pacar barumu, Yan? Aku kok ngga pernah liat?" tanya Dhamar dengan lempengnya.
Bryan dan Wulan yang mendengar pertanyaan Dhamar kompak melotot tajam. Mereka berdua sama-sama menggerutu dalam hati, "Ini orang bego apa tolol? Mantan sendiri lupa."
Wulan menggigit bibir bawahnya gemas. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah, mengapa Dhamar bisa melupakannya? Atau jangan-jangan dia mengalami amnesia?
"Yan? Kepalanya Dhamar pernah kebentur tembok atau keseret aspal?" Dahi Dhamar mengerut bingung.
"Menurutmu dia amnesia?" tanya Bryan dengan mata menyipit.
"Masa iya, dia begonya kebangetan?"
"Dia anak akselerasi loh, Lan. Ngga mungkin dia bego," celetuk Ivan yang ikutan nimbrung dalam obrolan Bryan dan Wulan.
"Loh? Dhamar anak akselerasi? Kok Bryan ngga ngasih tahu Wulan?" tanya Wulan yang kaget mendengar fakta baru tentang mantannya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro