Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Everything has Changed

Lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi yang saat ini tengah naik daun makin menambahkan suasana hiruk yang berada di tengah-tengah pusat pembelanjaan ternama.

"Udah lama?" sapa Wulan menghampiri Abrar yang tersadar akan kehadiran Wulan dan mengalihkan pandangannya yang semula menatap penyanyi ternama dan malah menatap cewek cantik yang menjadi pujaan hatinya.

Abrar menggeleng kecil, ia menatap Wulan dari bawah ke atas. Aura cantik, imut, dan feminin terpancar dari Wulan yang saat ini tengah memakai gaun yang panjangnya selutut lalu dipadukan dengan kardigan tipis.

"Brar? Kok bengong? Aku aneh, ya, pakai ini?" tanyanya menghancurkan tatapan kekagum Abrar.

"Hah? Kenapa? Engga!" akunya dengan cepat membuat Wulan tertawa.

Pengunjung semakin ramai mendekati panggung hiburan di pusat perbelanjaan tersebut. Abrar yang merasa jaraknya dengan Wulan semakin dekat membuatnya gugup tak karuan, berbeda dengan Wulan yang merasa suasana canggung mengitarinya.

"Kamu masih mau nonton konsernya?"

Abrar menggeleng, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ada yang kamu mau beli?"

"Temenin cariin kado buat Dhamar, malam ini dia ngadain pesta ulang tahun, kan?" Abrar menengok ke arah Wulan. Bagaimana Wulan bisa tahu bahwa Dhamar menyelenggarakan pesta?

"Karena gender kalian sama, saran yang biasanya cowo butuhin, dong."

"Baju? Sepatu? Jam? Kalau mau gampang sih, kadoin duit juga pasti dia udah seneng. Zaman sekarang siapa yang ngga suka dikasih duit?" tanya Abrar dengan tampang wajah tanpa dosanya.

"Ngga gitu juga konsepnya," cibir Wulan menarik tangan Abrar untuk keluar dari kerumunan.

Wulan dan Abrar sudah mengunjungi tiga toko yang menjual berbagai macam kebutuhan remaja. Naasnya, Wulan belum menemukan sesuatu yang cocok untuk dihadiahkan kepada Dhamar.

"Wulan?" Suara yang terdengar tak asing memasuki indra pendengaran Wulan.

"Wulan, kan? Apa kabar? Aku udah lama ngga lihat kamu, loh!" Tiba-tiba perempuan yang menyapanya memeluknya erat, seolah-olah mereka sudah saling mengenal dalam jangka waktu yang panjang.

Nada melepas pelukannya, ia memegang kedua pundak Wulan yang menatapnya bingung. "Ini aku Nada! Kakaknya Dhamar, kamu apa kabar?"

Wulan mencoba mengingat-ingat nama Nada di dalam otaknya, ia tersenyum. "Aku baik, Kak. Kak Nada gimana kabarnya?" tanya Wulan, sopan.

"Kamu masih imut aja, ngga ngerti lagi, deh! Aku, kan gemes. Ngomong-ngomong kamu di sini mau ngapain? Jangan bilang ... kamu lagi pacaran, ya?" tebak Nada membuat Wulan menggeleng cepat.

"Aku mau beli kado buat Dhamar, makanya aku ngajak temannya Dhamar."

Nada tersenyum sembari mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menarik tangan Wulan menuju salah satu toko sepatu. Berbagai macam merek sepatu ternama tersusun rapi di sisi dinding yang sudah tertempel dengan rak satuan.

"Kamu beliin dia sepatu aja, tetapi belinya dua pasang. Buat kamu sama buat Dhamar. Sebelum kamu kasih ke Dhamar, nanti dicustom, biar lebih spesial."

"Seni aku jelek, Kak. Ngga bisa ngelukis, nyocokin warna aja kadang masih ngga padu," ujar Wulan membuat Nada tertawa.

"Siapa yang nyuruh kamu yang lakuin, Lan? Pacarku bisa ngecustom, ini bisa kasih ke aku dulu, hari ini aku mau ketemu cowokku. Sebelum kamu ketemu Dhamar di rumah, kamu nemuin aku dulu, ngambil sepatunya." Nada menatap sekelilingnya, bau yang khas dari sepatu baru sangat kental menguar. Ia melanjutkan kalimatnya, "sekarang, kamu perlu milih sepatunya."

***

Banyak pasang mata menatap Wulan dengan tatapan kagum. Ia saat ini tengah tertawa bersama Nada yang mengenakan gaun berwarna merah muda dihiasi bordiran kecil berbentuk bunga mawar. Berbeda dengan Wulan yang memakai gaun selutut berwarna ungu muda yang dipinggangnya dilengkapi dengan pita berwarna senada.

Nada yang meraskan euforia di dekat Wulan tak ingin melepaskan lengan Wulan yang sedari tadi ia tautkan dengan lengannya. "Kak Nada cantik banget, pantes kita dilihatin orang-orang."

Nada tertawa mendengar pujian Wulan. "Kamu tahu, yang dilihatin mereka, aku mah apa? Cuman butiran opak."

"Merendah untuk meroket," ledek Wulan membuat Nada tertawa.

"Assalamu'alaikum, teman-teman semuanya. Terima kasih banyak yang sudah berkenan untuk hadir memeriahkan pesta ulang tahun saya kali ini dan terima kasih juga untuk pacar saya yang membantu  saya dalam persiapan pesta ini." Ucapan yang baru terlontar dari mulut yang empunya pesta, membuat semua pasang mata menatap Dhamar yang kini tengah memegang mikrofon.

"Panggil pacarnya, dong!"

Sorakan para tamu undangan semakin menjadi, Dhamar menatap Wulan yang sedari tadi menatapnya. "I still love you," ujar Wulan lirih.

Dhamar menjauhkan mikrofon yang ia pegang, ia tetap menatap Wulan yang mengucapkan kalimatnya berulang-ulang. "Everything has canged," balas Dhamar membuat Wulan diam seribu bahasa.

Nia yang menyadari ada yang tak beres dengan Dhamar, langsung saja ia menghampiri Dhamar dan mengambil mikrofon yang masih di genggaman Dhamar digantikan dengan telapak tangannya. "Hai, saya pacarnya Dhamar. Perkenalkan saya Nia!" ujarnya riang disusul dengan sorakan yang menggoda mereka berdua.

Wulan masih menatap Dhamar yang sudah memalingkan wajahnya. "Lan? Kamu ngga papa?" tanya Abrar yang baru saja menghampiri Wulan.

Wulan tersenyum, ia tak menghiraukan pertanyaan Abrar. Ia berjalan menemui Dhamar untuk memberikan sepasang sepatu yang sudah ia siapkan.

"Dhamar," panggil Wulan. Dhamar yang sedang mendengarkan obrolan temannya langsung menoleh dan menghampiri Wulan, membawanya sedikit menjauh dari keramaian.

"Kenapa?" tanya Dhamar saat dirasa ia sudah membawa Wulan cukup jauh dari keramaian.

"Aku tidak peduli pada apapun!
Aku akan menutup telinga dari semua berita yang bermuara luka. Belajar banyak hal karena terkadang luka bisa hadir tanpa perihal. Dan jika nanti kamu telah menemukan hati untuk pengganti, aku tidak peduli lagi. Aku hanya peduli bahwa aku masih mencintaimu hingga saat ini!" Wulan menarik tangan Dhamar, ia memberikan sepasang sepatu yang sudah ia bungkus rapi bersama Nada dan pergi meninggalkan Dhamar yang sedang mencerna kalimat Wulan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro