Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TOKOH BARU

Happy reading :)
Maafkan typo.-.

~

Tokoh baru seringkali mengambil alih apa yang dimiliki atau bahkan apa yang baru saja akan diperjuangkan.

*****

Nostalgia? Apa Dima tidak salah dengar kata-kata Ghatsa tadi? Apanya yang mau dikenang, kalau semua memorinya menyakitkan? Ck, mungkin Ghatsa otaknya semakin tidak waras, jadi seperti ini.

"Nostalgia palamu!" ketus Dima. Ia meninggalkan Rey, Ila, dan Ghatsa di halaman rumahnya. Kakinya ia bawa ke pinggir jalan, karena tidak mau menerima tawaran Ghatsa untuk berangkat bersama.

"Dima!" seru seseorang dari atas sebuah motor yang baru menghentikan lajunya di samping Dima.

Dima hafal betul dengan pemilik motor itu. Sudut bibirnya mengembang mengetahui hal ini. "Dika! Tumben jemput?" tanyanya dengan raut antusias.

Sementara Dika yang masih ada di atas motor pun hanya menatap bingung ke arah Dima. Seingatnya dan ia tidak mungkin lupa, beberapa menit yang lalu Dima mengirim pesan padanya supaya menjemput gadis itu. Lalu, kenapa sekarang Dima melontarkan pertanyaan seperti itu?

"Ayo, berangkat!" ajak Dima. Tanpa menunggu lama lagi, ia segera menaiki kuda besi milik Dika.

Sedangkan, tiga orang yang masih berada di halaman rumah Dima pun hanya menatap aneh ke arah Dima dan Dika yang seakrab itu. Ini kejanggalan kedua, setelah beberapa hari lalu Dima mengajak Dika untuk mengatarnya pulang. Tidak ada yang bisa menemukan jawaban dalam pikiran mereka masing-masing tentang keanehan ini.

"Woy, berangkat, yok!" seru Ghatsa memecah keheningan di antara ketiganya. Deru mesin motor mulai terdengar sesaat setelahnya. Diikuti Rey yang juga menyalakan motornya.

Dalam hati, Ghatsa merasa kesal. Entah perasaan ini namanya apa, yang jelas melihat kejadian tadi membuat kondisi hatinya tak menentu. Apa itu cemburu?

***

Sepasang sepatu converse menyusuri koridor SMA Cenderawasih pagi ini. Pemiliknya menyunggingkan senyum ramah pada setiap murid yang menatapnya. Tempat baru baginya, tetapi sebisa mungkin ia menunjukkan kesan baik di kali pertama masuk ini. Terlalu sibuk mengenali setiap sisi sekolah barunya ini, ia sampai tak memerhatikan jalannya, hingga ia merasakan benturan kepalanya dengan sebuah benda.

Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap benda yang ditabraknya. Ternyata dada seorang pria. Niatnya ingin menjauh pun urung, begitu mengetahui pemiliknya. "Kak Ghatsa!" jeritnya senang. Ia malah membawa kedua tangannya untuk memeluk cowok di depannya ini.

Sementara itu, Ghatsa masih memaku di tempatnya. Dia kembali. Sanaya Klarista, sahabat sejak kecilnya. Umur keduanya beda setahun dan ketika SD, Ana harus dibawa ke London karena keluarga gadis itu harus menyelesaikan pekerjaan di sana. Ana meninggalkan sahabatnya, ya Ghatsa. Ketika itu, Ghatsa benar-benar merasa kehilangan, bahkan Ana tidak menepati janji untuk mengabari Ghatsa ketika gadis itu di London. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, gadis itu kembali lagi. Reaksi seperti apa yang harus Ghatsa tunjukkan?

"Kak Ghatsa kangen aku nggak?" tanya Ana denga antusias. Matanya berbinar menemukan orang yang dicarinya. Setelah sekian lama tak bertemu, Ana merindukan pria ini. Sosok yang menjadi pelindungnya ketika ia diganggui anak lain waktu bermain dulu. Ah, perasaan Ana masih sama, menyayangi cowok ini.

Ghatsa masih belum bereaksi. Sampai Rey yang berada di sebelahnya harus menyenggol lengan kirinya. Setelah sadar, Ghatsa masih bingung harus menunjukkan respons bagaimana. Alhasil, ia hanya menyapa ala kadarnya, "Hai."

Benar-benar bukan Ghatsa sekali! Canggung dan mati gaya. Masalahnya, kisah masa kecil Ghatsa dan Ana kembali membayang di pikiran Ghatsa. Janji keduanya untuk selalu bersama sampai tua. Lalu, sekarang bagaimana nasib janji itu, jika hati Ghatsa saja sudah diisi oleh gadis lain?

"Kak Ghatsa, Ana seneng banget ketemu kakak. Kita bisa tepat--,"

Suara bel masuk terdengar nyaring dan memotong ucapan Ana. Tak ingin berlama-lama lagi di sana, Ghatsa segera pamit kepada gadis yang menjadi sahabat kecilnya itu. Dia tidak mau berurusan lebih jauh lagi. Mengkhawatirkan kalau nanti malah menimbulkan masalah baru. Sekarang, beberapa masalah sudah mengisi pikiran Ghatsa. Ia jadi tahu bagaimana perasaan Dima saat orang di masa lalu yang tak diharapkan kehadirannya, justru kembali lagi. Rasanya amat menyesakkan, karena dengan tak sengaja, memori otak berputar menayangkan kenangan-kenangan masa itu. Ghatsa gundah!

***

Surya menyingsing berangsur memanas. Teriknya menambah rasa malas pada tiap murid untuk belajar semakin besar. Pikiran mereka hanya satu. Pulang.

Lain halnya dengan Dima. Seharian ini, pikirannya hanya pada satu orang, Ghatsa. Sengaja atau tidak, tetapi perubahan sikap Ghatsa seharian ini membuat ia berpikir lebih. Apakah tadi pagi dia terlalu jahat meninggalkan Ghatsa di rumahnya, padahal cowok itu sudah bela-belain datang ke rumah untuk menjemputnya? Tapi, kan, itu bukan permintaan Dima. Sekarang justru terjadi perdebatan antara hati dan pikiran Dima. Bagaimanapun, orang yang kelihatan cuek pasti punya sisi lembut dalam hatinya.

Jam istirahat kedua ini, rencananya Dima ingin ke perpustakaan untuk membaca buku. Namun, niatnya urung ketika melihat Ghatsa sama sekali tidak beranjak dari tempat dudum cowok itu. Mungkin kali ini hati Dima menang, ia sudah berniat menanyakan alasan Ghatsa diam saja hari ini.

"Ghat-,"

"Kak Dima!"

Suara teriakan itu memotong ucapan Dima. Matanya beralih menatap pintu kelasnya. Di sana terlihat seorang gadis berambut sebahu berdiri dengan melambaikan tangan padanya. "Ana!" seru Dima.

Ghatsa yang semula tak peduli, mendengar seruan Dima tadi, bola matanya segera menatap Dima dan mengikuti arah pandang gadis itu. Tubuhnya memaku. Dia lagi.

"Loh, Kak Ghatsa!" sapa Ana, begitu sampai di dekat bangku Dima.

Dima mengernyit. Kok, Ana bisa kenal Ghatsa? batinnya memertanyakan hal yang ia anggap aneh. "Lo kenal sama Ghatsa?"

"Ya kenallah, Kak. Ini yang cowok yang jadi pelindung aku dari kecil. Yang sering aku ceritain ke kakak," papar Ana. Ada nada antusias ketika menceritakan hal ini.

Kali ini tubuhnya sama seperti Ghatsa. Mematung mendengar penjelasan Ana. Hatinya mendadak sesak, mengetahui bahwa masa lalunya merupakan bagian dari masa lalu orang terdekatnya.

"Kak Dima kenal Kak Ghatsa?" tanya Ana, "Ah, pasti kenal ya, orang sekelas," sambungnya.

Sementara hati Dima dan Ghatsa kalang kabut. Ada berbagai pertanyaan dalam benak keduanya. Tentang Ana, tentang mereka, tentang semuanya.

Ana mengalihkan pandangannya kepada Ghatsa. Ia menduduki bangku samping kanan cowok itu yang kosong. Matanya menatap penuh kagum pada cowok di sebelahnya. "Kak Ghatsa, ini Kak Dima, kakak sepupu aku."

Bagai tersambar petir di siang hari. Ghatsa mendengar penyataan yang membuat ia amat terkejut. Sepupu? Sudah. Bayangan akan masalah yang bisa terjadi di waktu selanjutnya semakin membuat Ghatsa gundah.

Mata Ghatsa menatap ke arah Dima yang ternyata juga memandangnya. Bola mata milik Ghatsa dan Dima bertubrukan. Seolah menyiratkan kebimbangan yang sama. Ghatsa jelas bimbang karena harus berhadapan dengan orang di masa lalunya yang tiba-tiba kembali dan juga seseorang yang memiliki hatinya. Sedangkan Dima? Entah apa yang dibimbangkan oleh gadis itu. Ada ego besar yang menghalanginga untuk tidak mengakui rasa ini. Rasa yang dikatakan oleh orang cemburu.

Dima segera memutus kontak mata itu. Ia bangkit dari duduknya, berniat melanjutkan rencananya saja, membaca buku di perpustakaan. "Gue duluan, ya. Kalian baru ketemu setelah sekian lama. Nostalgia aja berdua, ya. Gue ke perpustakaan dulu," pamitnya.

"Kak Dima akhirnya peka," canda Ana.

Tanpa diketahui Ana, dua hati yang baru dipertemukan itu kembali menjarak. Padahal, Ghatsa baru saja ingin berjuang, tetapi sudah harus mundur duluan, karena memikirkan ada hati lain yang akan kesakitan. Ya, takdir memang terkadang menyesakkan.

Dan semuanya benar-benar akan berubah tidak lagi demikian.

*****

Halo!😁
Gimana part kali ini? Cuslah komen😊
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri, ya!❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro