PROLOG
Selamat membaca :)
Semoga suka 😙
***
Cardigan abu-abu dengan dalaman kaos polos putih dan bawahan jeans semata kaki telah melekat dengan pas di tubuh seorang gadis yang tengah mengoleskan lip balm pada bibirnya. Tak lupa sepatu converse berwarna hitam dengan corak putih membungkus kakinya. Juga, rambut yang ia biarkan tergerai membuat tampilannya semakin komplit. Setelah selesai, ia memerhatikan tampilannya di cermin sekali lagi. Ketika dirasa sudah cukup pas untuk acara jalannya kali ini, ia mengambil sling bag lalu keluar dari kamarnya.
"Ma, Dima berangkat dulu, ya. Mau jalan sama Ghatsa," pamit gadis yang bernama lengkap Retisalya Adima itu.
"Hati-hati di jalan. Pulangnya jangan kesorean," pesan sang mama pada anak gadisnya. Perempuan setengah baya itu sudah cukup mengenal pria yang akan jalan dengan anaknya. Jadi, tidak perlu terlalu mengkhawatirkan putrinya jika jalan dengan cowok bernama Ghatsa tadi.
Dima mengangguk, kemudian menyalami mamanya. Ia tidak pamit ke papanya, sebab beliau tengah sibuk dengan beberapa proyek di luar kota. Papanya pun sudah mengenal Ghatsa. Jadi, pastinya juga tidak masalah jika dirinya pergi keluar dengan cowok itu.
"Ghat, yuk, berangkat!" ajak Dima begitu sampai di sebelah motor sport berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya.
"Pake helmnya, Eti. Gue takut kepala lo kebentur nanti lupa sama gue," canda pria bernama lengkap Trighatsa Andalusia itu.
"Nama gue Dima, Ghat. Bukan Eti," protes Dima. Selalu saja begitu, Ghatsa memanggilnya dengan nama Eti, padahal namanya Dima.
"Gini ya, Eti, nama lo kan Retisalya Adima. Jadi, ada kata Etinya. Lagian bagusan Eti kok, lebih indonesia banget," jelas Ghatsa.
Dima tertawa pelan karena penuturan Ghatsa, pria itu ada-ada saja. Mengabaikan hal tadi, biar saja Ghatsa memanggilnya apa, ia lalu memakai helm yang diulurkan Ghatsa untuknya.
Suara deru mesin motor berbunyi beberapa waktu kemudian. Ghatsa segera menarik gasnya membawa kuda besinya ke tempat tujuan. Ia dan Dima berencana pergi ke mall untuk jalan-jalan sekalian nonton bioskop. Ceritanya kencan, tetapi hubungan mereka saja belum ada kepastian. Ya, kadang juga bikin hati Dima nyesek karena terjebak friendzone seperti ini. Tapi, tak apalah. Dekat dengan Ghatsa cukup menyenangkan hatinya meskipun tanpa sebuah ikatan yang pasti.
"Gimana, Ti, lo seneng?" tanya Ghatsa pada gadis yang duduk di hadapannya. Mereka telah selesai nonton di bioskop dan sekarang tengah berada di sebuah kafe untuk mengisi perut.
"Seneng kok, bagus filmnya. Baperin gitu," timpal Dima, namun nadanya terdengar hambar. Gimana bisa senang kalau daritadi yang ada di pikirannya, sebenarnya hubungannya dengan Ghatsa ini apa? Hubungan Tanpa Status atau HTS banyak bikin nyesek. Mau cemburu, bukan siapa-siapa. Mau marah, nggak bisa. Lalu harus apa?
Menyadari hal tersebut, Ghatsa pun bertanya, "Yakin seneng? Kayaknya lo nggak seneng gitu wajahnya."
Dima membasahi bibirnya yang kering. Mungkin ini saatnya untuk meminta kepastian hubungan pada Ghatsa. "Ghat, hubungan kita ini apa sebenernya?"
Ghatsa mengernyit. Seingatnya hubungan dirinya dengan Dima ya teman. Dari dulu, kan, begini. "Ya temenlah, Ti. Masa mau apaan," jawabnya tenang. Ia memasukkan sesuap cake yang sebelumnya ia pesan ke mulutnya.
Teman. Seolah kata itu berulang kali terucap di pikiran Dima. Jadi, selama ini mereka cuma teman? Ini Ghatsa yang berlebihan kasih perhatian, apa Dima yang baperan? "Lo nggak ada perasaan apa gitu ke gue? Sayang misalnya." Dima kembali bertanya untuk memastikan perasaan Ghatsa padanya.
"Lo baper sama gue?"
Tak ada jawaban dari Dima. Dan Ghatsa simpulkan bahwa jawaban dari pertanyaannya tadi adalah iya. "Astaga gue baperin anak orang. Gue berdosa Ya Allah," cerocos Ghatsa. Ia meminum jus jeruk untuk menetralkan perasaannya.
Gadis di depannya hanya melirikkan bola mata malas. Mode alaynya sedang dalam keadaan ON. Padahal, dia sedang serius. "Terserah lo. Gue pergi. Jangan berpikir gue bakal balik lagi," ucap Dima dingin. Inilah susahnya terjebak friendzone, kitanya udah baper malah dianya cuma anggap teman. Mau marah, tapi kita yang salah udah baper duluan. Mau nggak marah, tapi sakitnya kebangetan!
Setelah menyambar sling bag yang ia letakkan di meja, Dima segera pergi meninggalkan Ghatsa di tempatnya tanpa menunggu reaksi cowok itu. Sudah cukup untuk semuanya. Luka dan kecewa yang baru didapatnya. Ia pikir, kisah cintanya di masa SMP ini akan bahagia, nyatanya tidak sama sekali. Ia putuskan untuk melupakan semuanya, fokus pada cita-citanya di masa depan. Cita-cita jelas lebih penting untuk dikejar daripada kisah cinta, begitu pikirnya.
Gadis itu berjalan gontai memasuki pekarangan rumahnya setelah turun dan membayar taksi. Ia mengerutkan keningnya saat melihat sebuah mobil hitam terparkir di depan rumahnya. Tentunya hafal kalau itu merupakan mobil papanya.
"Assalammualaikum," salamnya begitu memasuki rumah. Ia dapat melihat kakak perempuannya tengah berada dalam pelukan mamanya, kakaknya sedang menangis. Dan papanya, pria itu mengeraskan rahangnya, tampak sekali sedang menahan emosi.
"Pa, ada apa?" selidik Dima. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Pasti ada hal besar, sebab papanya sampai harus pulang di saat ada proyek di luar kota.
"Kakakmu hamil." Jawaban bernada dingin dari mulut papanya itu mengagetkan Dima. Kakaknya hamil. Seolah ada ribuan pertanyaan dalam benaknya. Hey! Kakaknya belum menikah, bagaimana bisa hamil?
"Kok --"
"Mulai sekarang, papa nggak akan izinkan kamu dekat dengan sembarang lelaki. Kamu harus dalam pengawasan papa," tegas pria itu. Tak melanjutkan pembicaraan, ia segera meninggalkan tiga perempuan terkasihnya lalu menuju kamar.
Saat sedang mengerjakan proyek kemarin, Yudi, papa Dima, mendapat kabar bahwa putrinya hamil. Sebuah berita yang berhasil membuat ia naik pitam. Putrinya hamil di luar nikah. Itu bukan hanya memalukan, tetapi menghancurkan masa depan anaknya. Berdasarkan cerita dari istrinya, anak gadisnya dijebak oleh kekasihnya hingga hamil. Benar-benar tidak bisa diterima oleh Yudi. Ia akan meminta pertanggung jawaban dari pria kurang ajar yang mengambil kehormatan anaknya.
Sementara itu, Dima masih diam di tempatnya. Dunianya seolah menggelap. Cinta pertamanya baru saja patah. Sekarang kakaknya mendapat musibah. Ah, hal itu juga berakibat dalam kehidupan Dima ke depannya. "Gue hancur."
***
Selamat datang di cerita baru aku.
Semoga suka dengan pembukannya.
Jangan lupa VoMent, ya!
Tengkis😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro