Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PERGI

Happy reading :)
Maafkan typo .-.

~

Pergi. Satu kata, lima huruf, tapi berefek besar bagi sebuah hati.

*****


Mentari masih setia menyapa bumi. Bintang pun masih siap menemani bulan. Namun, sepertinya hal-hal itu tak sama dengan Dima.

Ghatsa sudah berkali-kali menegur gadis itu. Kalau dihitung, ini sudah hari ketiga Dima menyuekinya. Jika ketus, Ghatsa paham karena memang seperti itu karakter Dima. Akan tetapi, untuk kali ini, bukan ketus layaknya biasanya. Dima benar-benar mendiamkannya.

Padahal Ghatsa berniat untuk memertemukan gadis itu dengan Ana sebab ingin minta maaf. Semua rencana yang semula disusun tapi, terpaksa ditunda karena Dima sulit sekali diajak komunikasi. Setiap Ghatsa mendekat, gadis itu menjauh. Seakan benar-benar ingin menciptakan jarak antara keduanya.

Kali ini Ghatsa sudah tidak bisa menahan niatnya. Ia geram sekali. Bukan dengan Dima, tetapi Saka. Cowok itu malah gencar mendekati Dima. Benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!

"Eti!" Ghatsa mencekal pergelangan tangan kanan Dima. Kiranya lima belas menit ia menunggu Dima keluar dari perpustakaan dan melewati jalan ini, lorong yang biasa dilewati untuk menjangkau perpustakaan. Katanya angker, makanya banyak yang memilih putar jalan lewat sebelah toilet buat sampai ke perpustakaan. Berlainan dengan Dima yang memang tak ingin jalan jauh dan nggak percaya mitos seperti itu, jadi cewek itu pasti pilih jalan ini. Ghatsa sudah mendapat kesimpulan ini setelah menjadi stalker Dima.

Dima berniat ingin lari, sayangnya pegangan Ghatsa terlalu kuat. Mau tak mau, ia harus meladeni. "Apa?" Tidak ada yang berubah. Ketus, dingin dan jutek seperti biasanya.

Bukannya tersinggung, Ghatsa malah menyengir lebar. "Akhirnya lo mau ngomong, Ti. Gue pikir lo abis makan lem, jadi bibirnya gak bisa dipake buat ngomong," balasnya.

Garing. Dima masih menatap ke arah Ghatsa dengan kebencian yang tersirat.

"Oke-oke, nggak bercanda lagi. Gue cuma pengen nanya."

Dima menaikkan sebelah alisnya.

"Lo kenapa ngejauh dari gue?"

"Ngejauh gimana maksud lo?"

"Ya gue ngerasa lo bikin jarak antara kita. Bukannya kemarin-kemarin kita baik-baik aja? Jadi, sebenernya alasan lo jauhin gue apa?"

Dima menatap Ghatsa sengit. "Sepertinya ada beberapa kesalahan dari semua ucapan Anda tuan Trighatsa Andalusia."

"Kesalahan? Satu-satunya yang paling salah di sini adalah sikap lo yang tiba-tiba jauhin gue, Ti." Ghatsa menaikkan sedikit nada bicaranya. Kesal dengan kata-kata Dima yang terlalu sengit.

"Pertama. Kemarin gue sama lo bukan baik-baik aja. Emang lo nggak ngerasa kalo gue berniat jauhin lo dari dulu? Kalopun, beberapa hari lalu gue mau ngobrol sama lo, itu cuma sebatas sapa, nggak lebih."

Ghatsa masih diam mendengar penuturan Dima. Rasa kesal yang tadi ada, bukannya menghilang, justru semakin bertambah. Bagaimana bisa sebuah kedekatan yang terasa nyata, ternyata hanya sekadar saling sapa?

"Kedua. Kita? O ayolah, Ghat! Bukannya dulu semasa SMP, waktu gue tanya lo ada rasa apa enggak sama gue dan lo jawab enggak? Jadi, sejak kapan kata 'kita' itu ada? Ah, gue lupa kalo lo tukang baper yang handal." Dima mengakhiri ucapannya dengan kekehan sinis.

Ghatsa menatap sendu. Rasa kesalnya tergantikan dengan kecewa. "Jadi, kemarin itu sebatas sapa aja? Bukan karena lo mulai cinta? Terus nggak pernah ada 'kita'?" tanya Ghatsa, "Ti, kayaknya ada yang perlu lo tau tentang gue."

"Nggak ada yang perlu gue tau tentang lo karena semua udah gue ketahui. Bahkan, hal terburuk dari lo."

"Pertama. Kemarin-kemarin gue udah seneng sama kedekatan kita, eh, gue sama lo maksudnya." Ghatsa sengaja meralat ucapannya, entah bermaksud apa.

"Kedua. Kata 'kita' itu udah ada sejak dulu, nggak perlu status apa pun karena 'kita' nggak butuh pengakuan."

"Lo bego, Ghat!" bentak Dima, "nggak semudah itu kita bisa ada antara gue sama lo. Semua perlu perjuangan dan gue udah berpikir kalo lo emang gak layak untuk hal itu."

Ghatsa tak menjawab. Dima pun masih mengatur deru napasnya. Keduanya hanyut dalam pemikiran masing-masing.

"Kita emang gak satu pemikiran, Ghat," ucap Dima membuka percakapan lagi, "seharusnya kalo lo gak bisa ngelepas Ana, jangan deketin gue. Sekarang, jaga dia dan jauhin gue."

Dima meninggalkan Ghatsa. Cowok itu sudah tak menahannya lagi.

Sementara itu, Ghatsa sudah mengambil kesimpulan dari perubahan sikap Dima belakangan ini. Ana.

***

Meja yang ada di warung pojok sekolah milik Mbok Tun itu bersuara keras dan membuat tiga orang yang ada di sana terlonjak kaget. Ghatsa datang dengan kekesalan yang mengumpul, memukul keras meja itu.

"Anjir! Lo kenapa, sih, Ghat? Kuah mie gua tumpah, nih!" protes Rey sambil menatap sayang kuah mie yang sedikit tumpah karena Ghatsa menggebrak meja terlalu kencang.

"Masih gila, kan, Ghat?"

Sontak Ghatsa melongo. Bisa-bisanya Anan menanyakan hal seperti itu. "Lo nggak salah nanya, Nan?"

Anan menggeleng. "Nggak, kok. Dari dulu kan lo gila, makanya gue tanya lo masih gila apa enggak. Takutnya lo jadi waras," balas Anan santai. Tak ayal, itu mengundang gelak tawa Rey dan Dika.

"Mendadak gue suka lo yang diem aja, Nan. Sekalinya ngomong, pengen gua robek tuh mulut," kesal Ghatsa. Teman-temannya ini memang laknat.

"Lagian lo dateng-dateng gebrak meja, ada apaan?" Dika pun angkat suara. Pertanyaannya mewakili kedua temannya yang juga bertanya-tanya dalam pikiran mereka.

"Kalian tau mantan gue?" tanya Ghatsa pada ketiga temannya. Ia sudah mengambil posisi duduk di dekat Rey.

"Mantan yang mana? Lisa?"

"Atau Monika?"

"Apa si Kira? Dinda? Mita? Atau siapa, Ghat?"

Dengan bergantian, ketiga teman Ghatsa menyebutkan satu per satu mantan cowok itu.

Ghatsa mendengkus. Para temannya terlalu baik hingga menyebutkan semua nama mantannya. Kan, kelihatan kalau dia playboy!

"Woi! Kenapa jadi ngerentetin mantan-mantan gue?" geram Ghatsa.

"Kan tadi lo nanya mantan lo," timpal Dika yang disetujui oleh Anan dan Rey.

"Ya dipikir pake logika aja, mantan tersayang gue kan cuma si Eti. Walaupun, cuma mantan gebetan, tapi kan paling berkesan." Ghatsa menatap ketiga cowok di depannya dengan sebal.

"Gaya lo pake logika, otak lo tinggal separo aja pake logika segala," cibir Rey.

"Yang otaknya tinggal seperempat diem aja ya, tolong," balas Ghatsa tak mau kalah.

"Jadi si Dima kenapa?" Anan segera menengahi perdebatan yang akan terjadi antara dua manusia kurang waras.

"Jadi gais, Eti tuh berubah jadi jutekin gue belakangan ini. Tadi waktu gue minta penjelasan sama dia, malah katanya selama ini gue sama dia cuma saling sapa, nggak lebih. Gue sakit hati gais, sakit," tutur Ghatsa, tetap memertahankan kesan kurang waras karena ia mendramatisisasi raut wajahnya.

"Ya bukan salah Dima," komentar Dika.

"Emang bukan salah Eti, tapi salah Ana. Tadi Eti nyuruh gue buat jauhin dia dan jagain Ana. Gue jadi yakin kalo Ana ngelakuin hal yang enggak-enggak. Duh, kenapa itu anak nekat terus, sih," decak Ghatsa frustasi sambil mengacak rambutnya.

"Ana nekat karena pengen merjuangin cintanya. Jadi, nggak salah juga." Lagi, hanya Dika yang menanggapi. Sementara Rey dan Anan masih berdiam diri.

"Aduh, Dik! Lo dukung siapa, sih? Tadi katanya Eti gak salah, sekarang bilang Ana nggak salah juga. Jadi, siapa yang salah? Masa gue?" Ghatsa semakin kesal. Omongan Dika benar-benar ambigu.

"Nggak ada yang salah, cuma waktu yang salah. Dia pertemuin lo sama Ana lagi, saat udah ada orang lain di hati lo." Kali ini ganti Rey yang menjawab.

Ghatsa menatap Rey heran. "Itu lo mikir sendiri apa copas?"

"Gue seriusan, Bego! Masalah lo tuh rumit, gue aja pusing mikirnya," kata Rey.

"Sama." Dika dan Anan menimpali ucapan Rey.

"Argh ...! Terus gimana ini? Padahal gue udah percaya kalo Ana bakal berubah, gak taunya begini."

Anan yang sejak tadi diam, mulai bicara, "Mending lo tanya ke Ana, dia ngapain si Dima sampe tuh cewek nyuruh lo jauhin dia."

Beberapa menit pun hening. Ghatsa tadinya akan berlari meninggalkan kantin dan menemui Ana. Sayang, tangannya ditahan oleh tangan lain. Itu adalah Rey. "Nanti dulu, Bego. Udah mau bel, masuk kelas dulu!"

*****

Halo!
Gimana part kali ini? Setelah geng STAR diumpetin, sekarang nongol lagi😂
Yuk, ramein komentar!
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri dan tunggu part selanjutnya, ya~
Terima kasih sudah membaca❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro