Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6 - Cara Glen mencari mimpi


Eh, yang kepo dan belum lihat PEMERAN IQBAL DAN ACHA di FILM MARIPOSA bisa cek Instagramku yaa @luluk_hf 

Yuk, ikut-ikutan jadi Detektif disana hihihi ^^

Ditunggu yaa Besok Insyaallah bakalan ada "PRESSCON" semua PEMERAN atau PEMAIN FILM MARIPOSA AKAN DI UMUMKAN. Jangan lupa follow @luluk_hf dan @mariposafilm biar nggak ketinggalan Info FILMNYA ^^ 

OH YA SATU LAGI BOCORAN "YANG JADI GLEN DI FILM MARIPOSA NANTI GANTENG BANGET. AKU SUKA SUKA SUKA *iniobjektifyamenurutku hihihi TAPI BENERAN GLEN BANGET ^^ 

DAN, Jangan lupa menabung dan ikuti Pre-Order Novel Dua Belas Cerita Glen Anggara ya ^^

Selamat membaca dan semoga suka Amin ^^

****

"Cha," panggil Iqbal menyadarkan gadis itu. Bibir Acha perlahan menurun, seperti orang mewek. "Natasha, lo kenapa?" tanya Iqbal.

"Iqbal nggak sayang lagi ya sama Acha? Iqbal mau selingkuh? Sama Glen? Iqbal suka sama Glen? Iqbal nggak suka cewek lagi? Nggak suka sama Acha lagi? Kok Iqbal tega banget sama Acha?"

Iqbal terbengong sebentar, kaget dengan perkataan Acha yang berbondong dan lumayan cepat. Kesalahpahaman macam apa ini?

"Cha, bukan git..."

"Acha sok banget tau dari tadi. Kalau Iqbal mau selingkuh nggak apa-apa deh, Acha bolehin. Tapi jangan sama cowok, selingkuhnya sama cewek aja. Kan Acha ngerasa bersalah banget nggak tau kalau pacar Acha suka sama cowok. Ya ampun."

Iqbal mulai kelimpungan melihat air mata Acha sudah mulai merembes keluar.

"Cha gue tadi cuma bercanda, gue nggak mungkinlah suka sama cowok, apalagi sama Glen!" Iqbal terpaksa harus menjelaskan panjang lebar seperti ini. Ia merutuki perbuatannya tadi. Ini semua karena Glen.

"Iqbal nggak usah ngelak gitu, jelas-jelas tadi Acha denger sendiri kalau Iqbal ngajak Glen pacaran? Di depan Acha lagi? Tega banget Iqbal!"

"Cha, gue cuma bercanda."

"Acha nggak percaya, Acha denger jelas banget kok tad..."

"Natasha."

"Iqbal jangan potong ucapan Acha, Acha ini lagi marah karen..."

"Sayang."

Ucapan Acha terhenti seketika. Tentu saja, panggilan tersebut adalah senjata paling mujarab untuk menghadapi kegilaan Acha yang kadang diluar nalar. Perlahan Iqbal mendekati Acha, mengambil duduk tepat didepan gadisnya.

"I... Iya Iqbal?" gugup Acha.

"Gue cuma bercanda."

Acha tersenyum malu.

"Acha percaya kok sama Iqbal. Iqbal nggak mungkin suka sama orang lain selain Acha. Iqbal nggak mungkin suka sama cowok, apalagi suka sama Glen. Nggak mungkin itu. Acha yakin Iqbal tadi cuma bercanda."

Iqbal terkekeh pelan, tangannya terulur, mengacak-acak rambut Acha.

"Iqbal," panggil Acha pelan.

"Kenapa?"

"Iqbal sayang kan sama Acha?"

"Iya."

"Cinta kan sama Acha?"

"Iya."

Acha tersenyum penuh arti.

"Kalau gitu, gantiin Glen ulek rujak Acha ya."

******

Glen meletakkan ponselnya, melirik ke arah pintu kamar Iqbal, sang pemilik akhirnya datang juga. Glen mengganti posisi tubuhnya, dari rebahan menjadi duduk.

"Acha udah pulang?" tanya Glen.

"Udah," jawab Iqbal singkat. "Lo sendiri kapan mau pulang?"

Glen mendesis pelan. "Hobi banget ngusir gue Bal!"

Iqbal mengangkat kedua bahunya, tak peduli. Ia mengambil duduk di sofa kamarnya, menatap Glen dengan tatapan heran.

"Tumben kesini?" tanya Iqbal. Glen dan Rian memang jarang main ke rumah Iqbal, mereka bertiga jika ingin bermain selalu dirumah Glen ataupun dirumah Rian.

"Setres gue dirumah," jawab Glen jujur.

"Bertengkar sama Bunda lo lagi?" tebak Iqbal.

Glen mengangguk-anggukan kepalanya, mengiyakan. "Gue dipaksa kuliah."

"Emang lo nggak mau kuliah?"

Glen menggeleng lagi. "Untuk sekarang enggak."

"Terus lo mau orang tua lo nyuruh Meng yang kuliah?" decak Iqbal.

"Ya nggak gitu juga. Gue bakalan kuliah, tapi nggak sekarang! Ngerti kan lo maksud gue?"

"Lumayanlah."

"Sialan lo Kadal!"

Iqbal menghela napasnya pelan, melipat kedua kakinya dan mengangkatnya ke atas sofa, melihat raut wajah kusut Glen membuat Iqbal sedikit tidak tega. Iqbal kini mengerti jelas alasan Glen ke rumahnya dari pada ke rumah Rian. Ia tau bahwa sahabatnya itu tengah gundah.

Sangat jarang bagi Iqbal melihat wajah Glen seperti itu.

"Papa gue juga semalam tiba-tiba ceramah panjang. Gue jadi ngerasa bersalah."

Iqbal cukup kaget mendengarnya, Iqbal sangat tau bahwa Pak Anggara sangat memanjakan Glen dan hampir tidak pernah mencampuri keinginan Glen. Apapun yang diinginkan oleh Glen pasti akan dituruti dengan mudah.

"Papa lo?" tanya Iqbal memastikan lagi bahwa yang didengarnya tidak salah.

"Iya. Papa gue. Pak Anggara."

"Ceramah apaan? Rohani? Jasmani?"

"Lo lagi ngelucu?" desis Glen tajam.

"Dikit sih."

"Papa nyuruh gue untuk memikirkan apa keinginan gue, mau jadi apa gue kedepannya," jelas Glen.

"Berat! Berat!" serah Iqbal, perbincangan mereka memang terasa akan sangat berat, apalagi perbincangan seperti ini bersama dengan Glen.

"Hm, berat banget kan Bal?"

"Lumayan."

"Menurut lo gue sebaiknya kuliah jurusan apa? Pantesnya jadi apa?" tanya Glen serius.

"Lo tanya gue?"

"Iya."

"Mana gue tau. Itu mimpi lo sendiri," jawab Iqbal logis.

"Jurusan rebahan dan senang-senang ada nggak sih?" tanya Glen dengan santainya.

"Lo buat kampus sendiri aja gimana?" suruh Iqbal sarkas.

Glen mengangguk-angguk. "Ide yang lumayan cerdas."

Iqbal mendesis sinis, otak Glen memang selalu gila.

"Kalau sampai Papa lo udah bertitah, lo harus waspada!" ucap Iqbal memperingati.

Glen menghela napas panjang dan meghembuskannya. "Makanya gue tanya, gue kesini. siapa tau lo punya saran. Gue dapat pencerahan. Gue sendiri nggak tau mimpi gue apa."

"Parah! Parah!"

"Hm, parah banget kan?"

"Lumayan."

"Jadi, gue harus gimana?" tanya Glen mulai frustasi.

"Gimana apanya?"

"Ya gue harus apa?"

"Rebahan sana!" suruh Iqbal seenak jidat.

"Gue serius Bal."

"Gue lebih serius!"

Glen memberikan wajah paling melas, memohon agar Iqbal membantunya.

"Beri gue pencerahan Bal."

Iqbal menghela napas panjang, berpikir sebentar.

"Pertama yang harus lo lakuin, lo cari apa yang lo sukai saat ini," ucap Iqbal memberi saran.

"Hal yang gue sukai? Bermain," jawab Glen enteng.

"Yaudah, main aja sampai akhir hayat."

"Bal, gue serius."

"Gue lebih serius," sengit Iqbal.

Glen menghembuskan napasnya kembali, mengangguk-angguk saja.

"Saran yang kedua apa?"

"Seriusin hal yang lo sukai itu, karena bisa jadi itu akan menjadi passionlo disana dan lo pasti akan tau nanti lo ingin apa dan ingin jadi apa."

"Udah gitu aja?"

"Iya gitu aja."

"Berarti gue harus nyari apa yang bener-bener gue suka?"

"Iya."

Glen mangut-mangut, mendapat sedikit pencerahan meskipun masih belum menemukan titik terang.

"Thanks, Bro," seru Glen.

Iqbal mengangkat jempolnya, kemudian berdiri dari sofa, tersenyum penuh arti.

"Jadi, kapan lo pergi dari rumah gue?"

****

#CuapCuapAuthor

Maaf banget yaa kemarin absen posting karena memang situasinya nggak bisa posting hari kemarin. Maafkan banget ya. 

Dan sebagai gantinya, part ini ku kasih spesial Acha dan Iqbal yang kemarin bilang masih kangen mereka ^^ Semoga bapernya dapat yaaa. 

Di tunggu part selanjutnya besok ya. Mudah-mudahan SEMUA TETAP SUKA DAN TERUS BACA CERITA DUA BELAS GLEN ANGGARA ^^ 

Jangan lupa bantu SHARE ke teman-teman kalian, keluarga kalian, saudara-saudara dan tetangga kalian untuk baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.

Jangan lupa juga Comment dan Vote selalu paling ditunggu banget dari kalian semuaaa ^^

COMMENT YANG BANYAAAKKK ^^

AYOOO NABUNG NABUNG. BANYAK KEJUTAN DAN BONUS DI NOVELNYA NANTI ^^ 

Terima kasih banyak dan Loveyuu So much All ^^


Salam,


Luluk HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro