Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24 - HAPPINES AND SADNES

ASSALAMUALAIKUM SEMUANYAA. 2 JAM SEBELUM PRE-ORDER AKU UPLOAD NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ^^ 

JANGAN LUPA HARI INI ( JUMAT, 1 NOVEMBER 2019 JAM 17:00 WIB) PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA DI SHOPEE : luluk_hf 

JANGAN LUPAA IKUTAAAN YAAAA. AYOOO SEMANGAAT BANYAAK BANGET LOHH BONUSNYAA ^^

DAN SELAMAT MEMBACA SEMOGA SELALU SUKAAA CERITANYAA AMIINN ^^

******

"Mbak mawar, sini."

Suara Glen terdengar dari ayunan paling belakang, Shena dapat melihat jelas Glen melambaikan tangannya menyuruh Shena untuk mendatanginya.

"Shena!!!" pekik Shena tidak terima dipanggil seperti itu.

"Iya, Shena sini," ucap Glen sembari memaksakan senyumnya. Shena mengangguk dan melangkah mendekati Glen.

"Duduk," suruh Glen setelah Shena tiba di hadapannya

Lagi-lagi Shena hanya menurut. Shena mengambil duduk disebelah Glen, memberanikan diri untuk duduk lebih dekat. Dia ingin malam ini menjadi malam yang sangat romantis antara dirinnya dan Glen.

"Gimana? Udah romantis kejutan gue?" tanya Glen menyombongkan diri.

Yah, walaupun caranya klasik, tapi Shena benar-benar tersentuh dan sangat senang melihatnya.

"Iya, sangat romantis," jujur Shena. "Dua preman betina lagi yang bantuin?" sindir Shena.

"Enak aja. Ide gue sendiri ini. Realdari otak seorang Glen yang untuk pertama kalinya terpakai dan digunakan hanya untuk seorang Shena!"

Shena langsung dibuat tertawa, cowok ini selalu tidak malu untuk menjelek-jelekan kelemahannya sendiri. Seolah hal itu patut untuk dibanggakan.

"Lo bangga banget gitu ya jadi orang bodoh?" tanya Shena heran.

"Nggak juga sih. Ya disyukuri ajalah. Daripada jadi orang penyakitan," sindir Glen balik.

Senyum diwajah Shena langsung menghilang, ia menatap Glen dengan cemberut.

"Bercanda-bercanda. Nggak boleh marah, kan lagi ulang tahun," bujuk Glen seperti sedang merayu anak-anak kecil.

"Makanya jangan kejam-kejam kalau ngomong," desis Shena.

"Maaf pacar," ucap Glen cepat.

Shena tersenyum kecil, senang mendengar sebutan itu. Ia menatap ke depan, memandangi sekali lagi hadiah romantis yang disiapkan oleh Glen untuknya. Malam ini benar-benar terasa romantis.

Bunga mawar membentuk indah namanya, lilin-lilin kecil menambah nuansa romantisnya. Shena tidak menyangka Glen bisa menyiapkan hal seperti ini. Tapi Shena merasa ada yang kurang.

Shena segera menoleh ke Glen.

"Mana hadiah ulang tahun gue?" tagih Shena.

"Buset cepet banget malaknya. Sabar napa Jubaedah!"

"Nggak sabar gue, pingin lihat seberapa mahalnya kado yang lo siapin buat gue," ucap Shena bercanda.

"Sangat mahal dan lo pasti nangis-nangis lihat kadonya saking tersentuhnya!" decak Glen kesal.

Shena terkekeh pelan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya memberikan kode bahwa ia hanya bercanda.

"Ucapin ulang tahun ke gue," suruh Shena.

"Selamat ulang tahun," ucap Glen menurut.

"Yang romantis," pinta Shena.

Glen menghela napas pelan, kesabarannya diuji lagi oleh Shena.

"Selamat ulang tahun pacar," ucap Glen pelan dan memaksakan senyumnya.

Hanya mendengar seperti itu saja sudah cukup membuat jantung Shena berdebar dua kali lebih cepat. Shena tersenyum senang.

"Kurang romantis," rajuk Shena sengaja ingin mengerjai Glen.

Glen menarik napas panjang-panjang dan menghembuskannya, senyumnya dipaksakan lebih lebar.

"Selamat ulang tahun Shena yang katanya paling cantik sedunia yang sekarang menjabat sebagai pacar Glen Anggara yang terbukti tampan dan kaya raya," ucap Glen bangga. "Romantis kan?"

Tawa Shena meledak, bukannya terdengar romantis malah terasa sangat aneh. Glen memang paling bisa berbuat konyol seperti ini.

"Sangat romantis!" decak Shena.

"Iyadong," balas Glen angkuh.

Shena meredahkan tawanya, bibirnya mengembang, menatap Glen hangat.

"Wishgue malam ini. Semoga Glen selalu bahagia dan bisa segera menggapai mimpinya. Glen mau kuliah dan Glen selalu nurut sama Bunda dan Papa. Glen selalu jadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak."

Glen tertegun, heran dengan wishyang diucapkan oleh Shena.

"Kenapawish-nya jadi gue? Wishuntuk diri lo sendiri apa?"

Shena menggelengkan kepalanya. "Semua wishgue sudah di kabulkan sama cowok tampan yang kaya raya. Makanya, gue balas kebaikan cowok itu dengan wishulang tahun gue."

Glen tidak bisa berkata-kata, bibirnya tiba-tiba mengembang tanpa disadarinya. Ia sangat tersentuh dengan ucapan Shena. Mereka saling bertatapan cukup lama.

"Jangan dilihatin terus, nanti lo suka," goda Shena.

Mendengar ucapan Shena, Glen segera tersadarkan dan mengalihkan tatapanya ke arah lain secepat mungkin. Shena terkekeh pelan, dapat melihat Glen salah tingkah karena ucapannya.

Glen segera mengeluarkan sesuatu dari saku celanannya, menyerahkan ke tangan Shena begitu saja.

"Kado lo," ucap Glen tak ada romantis-romantisnya.

"Nggak romantis banget ngasihnya?"

"Gue nggak bisa romantis lagi! Ini udah mentok!" jujur Glen.

Shena melihat kotak warna kecil merah maroon, Shena mencoba menebak-nebak isinya. Mungkinkah cincin atau kalung?

"Gue buka sendiri nih?" lirih Shena sok melas.

"Yang nggak fungsi it...."

"Ginjal gue bukan tangan gue!" potong Shena cepat mendahului Glen. Shena melirik Glen tajam, lagi-lagi dibuat kesal.

Glen menoleh ke Shena, sedikit merasa bersalah melihat wajah Shena yang berubah sedih karena ucapannya. Glen pun perlahan mengambil kembali kotak yang ada ditangan Shena.

Glen segera membukakannya di hadapan Shena, membuat Shena langsung tersenyum senang. Shena melihat sebuah kalung dengan gantungan berbentuk bintang, sangat cantik sekali.

"Ini emas asli kalungnya?" tanya Shena dengan lugunya.

"Bisa nggak pertanyaan lo yang lebih beredukasi?" cibir Glen sedikit terkejut mendengar pertanyaan blak-blakan Shena.

"Pertanyaan gue ini udah paling edukasi, kalau gue nggak punya uang, gue bisa jual nih kalung!"

Glen geleng-geleng takjub dengan ucapan Shena, tidak heran jika gadis ini masuk ke jurusan bisnis. Otaknya memang dibuat hanya untuk memikirkan hal itu.

"Mau pakai sendiri atau dipakaiin?" tawar Glen.

"Emang mau makein?" goda Shena.

"Nggak usah sok malu-malu! Bilang aja mau," ledek Glen.

"Iya mau. Pakein ya pacar," suruh Shena sembari tersenyum kecil.

Glen mengangguk, mengeluarkan kalung tersebut dari kotaknya. Glen pun segera mengenakannya di leher Shena, memasangkannya.

Shena menyentuh gantungan bintang yang kini ada di lehernya, sangat indah, sangat cantik. Shena benar-benar suka.

"Suka nggak?" tanya Glen sungguh-sungguh bertanya seperti ini.

Shena mengangkat kepalanya, membalas tatapan Glen.

"Suka banget. Kalungnya cantik."

"Nggak mau bilang makasih?" goda Glen.

"Makasih banyak pacar."

Shena merasakan kedua matanya berkaca-kaca, ia sangat tersentuh. Tapi, Shena berusaha menahan untuk tidak menangis. Glen terkejut melihat Shena yang tiba-tiba akan menangis. Glen mengulurkan jari telunjuknya.

"Iya iya gue nggak akan nangis. Gue inget kalau gue nangis, kita putus!" potong Shena cepat mendahului Glen sekali lagi.

"Pinter. Jangan nangis," perintah Glen.

Shena mengangguk-angguk menurut, menahan kedua matanya agar kembali mengering. Bibir Shena kembali mengembang, ia menatap Glen yang juga sedang menatapnya sangat hangat. Cowok itu terlihat puas memberikan kejutan romantis kepadanya.

Mereka kembali saling berpandang cukup lama, dengan pikiran masing-masing yang tak bisa saling terbaca.

"Glen," panggil Shena lirih.

"Apa?" balas Glen.

"Gue boleh cium kening lo?"

Glen terkejut mendengarnya, namun sebisa mungkin bersikap tetap tenang. Glen memandang Shena semakin lekat.

"Sekarang?" tanya Glen.

"Iya. Mau nggak?"

Glen menggelengkan kepalanya, membuat raut Shena langsung kaku, merasa malu karena Glen menolaknya.

"Nggak mau ya?" tanya Shena memastikan.

Glen tersenyum kecil, lebih mendekatkan duduknya ke Shena.

"Gue aja yang cium kening lo."

Shena dibuat terbungkam, tak bisa berkata apa-apa. Terkejut bukan main mendengarnya. Shena meremas-remas kedua tangannya, sekujur tubuhnya mendadak panas dingin ketika Glen perlahan mulai mendekatkan wajahnya.

Shena dapat merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Shena perlahan memejamkan matanya, dan saat itu juga Shena dapat merasakan kecupan hangat menempel di keningnya.

Glen benar-benar mencium keningnya. Shena tersenyum kecil, sangat bahagia menerimanya. Glen menciumnya keningnya cukup lama. Tangan Shena menyentuh kalung bintangnnya untuk sedikit meredakan debarannya.

Tak lama kemudian, Glen melepaskan ciumannya, menatap Shena masih dengan sorot hangat.

Glen mengulurkan tangannya, mengacak-acak pelan puncak kepala Shena.

"Cepat sembuh, jangan sakit lagi."

Ucapan Glen terdengar sangat tulus dan menyentuh, membuat kedua mata Shena berkaca-kaca kembali. Kali ini Shena tidak bisa menahan air matanya yang akhirnya mengalir dengan bebas. Shena menangis tanpa bersuara.

Cepat sembuh? Jangan sakit lagi?Bisakah dia mewujudkan hal itu. Begitu menyedihkannya arti dari perkataan Glen. Walaupun Shena tau cowok itu tengah mendoakannya.

Glen tak mencegah, membiarkan saja Shena menangis saat ini.

"Gue nggak bisa sembuh. Gue akan tetap sakit," lirih Shena berusaha untuk tidak terisak.

Glen mengelus rambut Shena lembut.

"Sini."

Glen menarik tubuh Shena, memeluk gadis itu dengan hangat. Saat itu juga tangis Shena memecah. Shena meluapkan semua kesakitan dan kepedihannya selama satu tahun ini dalam tangisnya. Ingin membaginya kepada Glen.

Glen tidak tau kenapa dia melakukan hal sehangat ini. Tubuhnya menyuruhnya tanpa disadarinya. Glen menepuk-nepuk punggung Shena pelan, menenangkan gadis itu yang masih menangis.

Shena merasa bahagia di dalam pelukan Glen. Shena menumpahkan semua kesedihan sekaligus kebahagiaannya menjadi satu. Shena dapat merasakan perlakuan yang sangat tulus dari Glen.

Perlahan Shena meredahkan tangisannya, ia mengusapi bekas air matanya dan melepaskan pelukan Glen.

"Makasih," hanya itu yang bisa Shena ucapkan saat ini. Ia bahagia sekaligus sedikit malu.

"Lo percaya kan Tuhan itu selalu ada? Nggak tidur?" ucap Glen mengingatkan.

"Iya gue tau. Tapi Tuhan maukah menyelamatkan gue? Sudah setahun gue nunggu."

Perbincangan Glen dan Shena berubah menjadi lebih serius. Kedua mata mereka saling menyorot tenang.

"Tuhan sayang sama lo. Dia pasti memberikan yang terbaik untuk lo," ucap Glen bijak.

"Iya gue tau. Tuhan sayang sama gue. Kalau lo sendiri gimana?"

"Apa?" bingung Glen.

"Lo sayang nggak sama gue?"

Glen diam, tak bisa menjawab. Hatinya mendadak bergejolak. Ia melihat Shena tersenyum hambar.

"Sulit ya pertanyaan gue?"

"Iya," jujur Glen.

"Kalau nanti lo udah sayang sama gue, bilang ya. Panggil gue sayang," pinta Shena sungguh-sungguh.

"Iya."

Shena tersenyum kecil, "Karena gue udah sayang sama lo."

Glen dibuat terbungkam untuk kedua kalinya. Shena memang gadis yang menakjubkan, selalu berani mengungkapkan perasaanya secara terang-terangan. Glen menghela napasnya pelan.

"Kata lo nggak masalah kan kalau gue suka sama lo?" tanya Shena. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanya malam ini juga. Shena tidak peduli jika dia ditolak. Toh, dari awal sudah jelas Glen hanya mengasihaninya saja. Shena tidak akan berharap lebih.

"Iya nggak masalah. Lo boleh suka sama gue."

Shena senang mendengarnya, keduanya kembali terdiam, keadaan menjadi hening kembali. Shena merasa sikap Glen sudah berbeda dan lebih hangat malam ini dan membuatnya semakin tidak ingin pergi dari samping Glen, ingin selalu berada di dekat Glen. Lagi-lagi ketakutan menghampiri Shena.

Dia sudah begitu banyak merepotkan cowok ini. Semua kebahagiaan yang diberikan Glen benar-benar sangat cukup bagi Shena. Apalagi kejadian malam ini, saat ini. Glen memberikan kejutan yang romantis dan perlakuan yang hangat.

Hal yang diinginkan oleh Shena selama setahun terakhir. Semuanya sudah terpenuhi.

Haruskan Shena benar-benar menyudahi semuanya?

Glen berhasil membuatnya menjadi cewek paling beruntung dan bahagia di dunia ini.

*****

Glen menghentikan mobilnya di depan rumah Shena, ia mengantarkan gadis itu pulang setelah acara kejutan ulang tahun spesial untuk Shena. Glen menoleh ke Shena, gadis itu sedari tadi hanya diam, selama perjalanan tak membuka pembicaraan apapun seperti biasanya.

Glen sedikit khawatir, mungkinkah gadis ini kesakitan lagi?

"Lo ngerasa ada yang sakit?" tanya Glen memecah keheningan.

Shena tertunduk, tak mendengar pertanyaan Glen. Ia masih diam, membuat Glen semakin khawatir.

"Shen," panggil Glen.

Shena tersentak, ia menoleh ke Glen dengan pandangan bingung.

"Lo ngerasa ada yang sakit?" ulang Glen.

Shena menggelengkan kepalanya pelan.

"Terus kenapa diam daritadi? Kebelet? Mules? Atau mikirin gue?" goda Glen.

Shena tak bisa tertawa kali ini, ia hanya tersenyum kecil. Memang benar, dia sedang memikirkan cowok disebelahnya. Shena memandang Glen lekat.

"Glen," panggil Shena lemah.

"Kenapa? Mau ngasih tau wishlo besok apa?" terang Glen. "Gue inget kok. Wish lo besok ingin double date kan?"

Shena diam saja, tak merespon.

"Tenang aja, gue udah kabari Iqbal dan Acha, lusa mereka mau jalan-jalan bareng kita," lanjut Glen.

Shena mengigit bibir bawahnya, kepalanya mendadak terasa berat, bibirnya terasa keluh. Shena sudah membuat keputusan sejak beberapa menit yang lalu. Dan, keputusannya itu akan ia beritahukan ke Glen hari ini juga.

"Kita sudahi ya," ucap Shena tiba-tiba.

Glen terdiam, tak mengerti maksud dari Shena.

"Apanya yang sudahi? Emang sudah selesaikan kejutan malam ini?" bingung Glen.

Shena menggeleng lemah. "Bukan itu."

"Terus apa?"

"Dua belas listwish. Gue pingin udahan," terang Shena dengan berat hati.

Glen tak bisa berkata untuk beberapa detik, menatap Shena lekat. Glen dapat melihat bibir Shena sedikit bergetar, kedua matanya mengerjap tak tenang.

"Kenapa?List keinginan lo masih ada lima lagi. Tinggal sedikit lagi. Gue masih bisa ngabulin," ungkap Glen jujur.

Shena menggeleng lagi. "Nggak perlu. Gue merasa sudah cukup."

Glen menghela napasnya pelan, memandang ke arah lain. Entah kenapa mendengar Shena berkata seperti itu membuat hatinya terasa resah, mendadak ada rasa kesal mendesak di dadanya.

"Gara-gara ucapan Rian?" tebak Glen.

"Ma.... Maksudnya?" bingung Shena.

"Lo pingin menyudahi list keinginan lo karena ucapan Rian kemarin?" perjelas Glen.

"Enggak kok."

"Terus kenapa?"

"Karena gue udah ngerasa cukup. Gue udah sangat bahagia. Lo udah wujudin banyak keinginan gue, dan gue merasa itu lebih dari sangat cukup. Gue nggak perlu lagi ngerepotin lo dan bikin lo lelah kar...."

Glen menoleh ke Shena cepat. "Kalau gue merasa di repotkan, sudah dari wishkedua lo gue bakal pergi ninggalin lo!" tajam Glen.

Shena tiba-tiba tertawa sinis dan pelan. Dia menatap Glen tajam.

"Bukannya lo harusnya senang karena gue nyudahin listwish gue? Lo nggak bakal gue repotin lo lagi? Kenapa lo bersikap seperti ini?"

Skakmat! Glen langsung dibuat terbungkam. Dia tersadar akan sikapnya barusan. Kenapa dia mendadak kesal karena Shena menyudahi list-nya. Sebenarnya ada apa dengan dirinya dan hatinya?

"Lo udah suka sama gue?" tanya Shena dengan berani.

Glen menatap Shena lebih berani. "Nggak, gue sama sekali nggak suka sama lo," jawab Glen lantang.

Degh! Ada rasa sakit yang mulai menjalar di seluruh tubuh Shena, dadanya mendadak sesak mendengarnya. Shena menyorot kedua mata Glen, mencari kejujuran disana. Dan, Shena menemukannya. Cowok itu sepertinya sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Kalau lo nggak suka, kenapa lo nahan gue?"

"Karena gue masih kasihan sama lo!" jawab Glen kesal.

"Gue udah nggak lagi butuh kasihan lo. Makanya gue pingin nyudahi."

Glen menghela napas berat, kepalanya terasa berat dan panas. Dinginnya AC mobil tak lagi terasa di tubuhnya yang seperti terbakar api. Glen tak bisa berpikir jernih saat ini.

"Lo keluar dari mobil gue," usir Glen kejam.

Shena terkejut mendengarnya, ucapan Glen sangat tiba-tiba. Apakah cowok itu marah kepadanya?

"Lo ngusir gue?" tanya Shena, merasakan kedua matanya mulai memanas.

Glen menoleh ke Shena kembali. "Lo minta udahan kan? Yaudah. Lo mau ngapain lagi disini?"

Shena terperanga, tak bisa berkata-kata. Kedua matanya berkaca-kaca. Ia merasa seperti baru dicampakkan oleh seseorang. Sangat sakit sekali.

"Nggak bisakah lo nyuruhnya baik-baik?" tanya Shena lirih.

"Nggak bisa!"

"Ucapan lo kasar banget," ucap Shena lemah.

"Sesusah itukah keluar dari mobil gue?" tanya Glen semakin emosi.

Perlahan tangan Shena bergerak, menyentuh kalung yang beberapa jam yang lalu diberikan oleh Glen. Shena menahan untuk tidak meneteskan air matanya.

"Habis ini lo nggak mau lagi bertemu sama gue?" tanya Shena.

"Buat apa? Kita udah nggak ada urusan lagi kan?"

Sakit dan bertambah sakit. Shena meremas tangan kirinya, tubuhnya mulai bergetar.

"Tapi kita masih bisa berteman kan? Dari aw..."

"Gue dari awal cuma kasihan sama lo, nggak usah berharap lebih!"

Shena mengigit bibir bawahnya semakin kuat, ingin menangis rasanya. Ucapan Glen sudah sangat keterlaluan.

"Lo marah banget ya? Kenapa? Kan haru..."


"Lo bisa nggak keluar sekarang?!"

*****

TO BE CONTINUE.... DI NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA ^^

#CUAPCUAPAUTHOR 

TERIMA KASIH BANYAK SEMUANYA YANG UDAH IKUTIN PART PERTAMA SAMPAI PART 24. 

DAN SEPERTI YANG SAYA BILANG KEMARIN, SAYA STOP UPLOAD CERITA DUA BELAS GLEN ANGGARA SAMPAI PART INI YA. 

DAN PART SELANJUTNYA.... BISA DIBACA DI NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA YANG AKAN PRE-ORDER 1 NOVEMBER 2019 JAM 17:00 DI SHOPEE : LULUK_HF 

DIJAMIN NGGAK BAKALAN NYESEL SAMA CERITA KELANJUTANNYA YANG LEBIH NGEBAPERIN, LEBIH BIKIN GEMES DAN BANYAK KEJUTANNYAA ^^ 

PENASARAN KAN SAMA KELANJUTANNNYA? PENASARAN KAN BAGAIMANA KISAH SELANJUTNYA GLEN DAN MBAK MAWAR? 

YUK BELI NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA SEKARANG JUGA. SEMANGAATT ^^

MINTA DOANYA JUGA YA SEMOGA NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA BISA JADI NOVEL PALING BOOMING, MEGABESTSELLER DAN BERKESAN DI HATI SEMUA PEMBACA. 

SUKA TERUS YAA SAMA NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ^^ 

JANGAN LUPAAA KOMEN  DAN VOTE SEBANYAK MUNGKINNN DI PART INIII ^^ 

TERIMA KASIH BANYAAK SEMUAANYAAA. DAN SELALU CINTAA KALIAAN SEMUA. 

TERUS DUKUNG SEMUA KARYA LULUK HF DAN DUKUNG NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ^^ 

THAANKYUUU AND LOVE YOU ALL. SEEYOU DI NOVELNYAAA ^^

AYOOOO SEGERA BAWA PULANG ABANG GLENNYAAA. 


Salam,


Luluk HF


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro