Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21 - MENG OH MENG

Assalamualaikum semuanya. Kembali lagi bersama Author Luluk HF ^^

Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu dan bahagia selalu ya ^^

Dan, jangan lupa terus semangat nabung. udah H-5 loh sebelum Pre-Order Novel Dua Belas Cerita Glen Anggara ^^

Jangan lupa yaa ikuti Pre-Ordernya tanggal 1 November 2019, jam 17:00 WIB di Shopee : luluk_hf . Yang mau Link Shopeeku bisa lihat di BIO INSTAGRAMKU YAA. Instagramku : @luluk_hf

Jangan sampai ketinggalan dan kehabisan Novelnya ^^ DIjamin kalian akan dibuat baper dan HATI KALIAN DIBUAT NANO NANO waktu baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara ^^

JANGAN LUPA JUGA TINGGALKAN KOMEN DAN VOTE SEBANYAK-BANYAKNYAA ^^

DAN, SELAMAT MEMBACA SEMOGA SELALU SUKA DENGAN NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ^^ 

****

Setelah makan malam romantis, Shena tak ingin langsung diantar pulang. Shena ingin jalan-jalan malam ke pantai. Glen sebenarnya sudah lelah dan ingin pulang, tapi Shena terus memohon. Glen pun mengalah dan menuruti permintaan Shena.

Mereka berdua berjalan beriringan menelusuri jembatan pantai yang sangat sepi tak ada siapapun. Hanya ada Glen dan Shena saja. Mereka berdua terus berjalan dalam diam, mendadak sama-sama canggung.

Glen sendiri tidak pernah datang kesini berdua dengan cewek, jadi terasa sedikit aneh.

"Glen," panggil Shena memecah keheningan mereka.

"Apa?"

"Nggak ingin genggam tangan gue?" tanya Shena menyodorkan tangannya dengan berani.

Glen menatap Shena sebentar, gadis itu terlihat gugup.

"Kalau gue nolak, lo bakal malu nggak?" goda Glen.

"Lu... Lumayan."

Glen terdiam, belagak berpikir serius.

"Nggak mau ya?" lirih Shena mulai cemas.

Glen tertawa pelan, kemudian menerima tangan Shena dan menggenggamnya. Shena tersenyum senang, ia dapat merasakan hangatnya genggaman tangan Glen disetiap jemarinya. Shena berusaha mengontrol detakan jantungnya yang tak karuan.

"Lo masih kuat jalan lagi?" tanya Glen mencoba tidak canggung.

Shena menggelengkan kepalanya, ia mulai merasakan napasnya tak beraturan.

"Kita berhenti sebentar ya," ajak Shena.

Glen mengangguk, menuruti saja. Mereka berhenti ditengah jembatan, bersandar di kayu jembatan. Mereka menikmati sepoi angin malam dan ombak laut yang cukup tenang. Tangan mereka masih sama-sama tergenggam. Tak ada yang berani melepaskan genggaman tersebut.

Shena merasakan pipinya memanas, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Glen.

"Ngapain ngejauh?" tanya Glen menyadari gelagat aneh Shena.

Shena mematung, tertangkap basah. "Ngg... Nggak apa-apa."

Glen menarik Shena, agar lebih mendekat ke dirinya kembali. Shena pun hanya menurut tak berkutik. Ia berusaha mengontrol detakan jantungnya, desiran aneh menjalar cepat disekujur tubuhnya.

"Ma... Makasih buat hari ini," ucap Shena tulus.

"Sama-sama," balas Glen seadanya.

"Gue beneran bahagia dan merasa hidup normal kembali," ungkap Shena.

"Dan itu berkat gue?" tanya Glen menyombongkan dirinya.

Shena berdecak sinis, namun tetap menganggukan kepalanya.

"Iya, semuanya karena lo."

"Karena lo juga Bunda gue ngadain tumpengan sekampung," decak Glen merasa kesal kembali jika mengingat kejadian pagi itu.

Shena mengernyitkan kening tidak mengerti.

"Tumpengan? Bunda lo? Dalam rangka?"

Glen menoleh, "Dalam rangka gue punya pacar yang katanya cantik sedunia!" sindir Glen.

Tawa Shena langsung meledak, ia tidak menduga hal seperti itu bisa terjadi kepada Glen.

"Emangnya lo udah berapa lama nggak pacaran?" tanya Shena

"Lama banget. Gue cukup nikmatin dunia gue sendiri makanya gue belum ada tertarik untuk pacaran," jelas Glen.

"Kalau sekarang gimana?"

"Gimana apanya?"

"Lo... lo bahagia nggak pacaran sama gue? Ya... Walaupun lo harus terpaksa ngelakuinnya."

Glen terdiam tak langsung menjawab, sedangkan Shena merasa gugup menunggu jawaban dari Glen yang pastinya cowok itu akan berkata sangat jujur. Shena berusaha menyiapkan hati dan mentalnya.

"Bahagia," jawab Glen jujur.

"Serius?" tanya Shena tak percaya.

"Iya. Tentu aja gue bahagia. Karena gue setiap harinya dapat pahala dengan menolong dan membuat bahagia gadis yang hidupnya tidak tau kapan akan berakhir."

Kan! Apa Shena pikirkan tadi sangatlah benar! Kejujuran Glen sangatlah menusuk! Shena tidak tau harus senang mendengarnya atau harus bagaimana.

Glen mengamati raut wajah Shena yang hampa, tidak ada reaksi.

"Apa gue terlalu jujur?" tanya Glen sedikit besalah.

Shena menggeleng lemah. "Lebih baik lo jawab seperti itu. Daripada ngasih harapan yang bisa buat gue salah paham."

"Tapi gue beneran bahagia," ungkap Glen lagi.

"Kali ini dalam artian apa?" sinis Shena tak ingin mengharapkan jawaban yang membahagiakan hatinya.

"Bahagia karena akhirnya gue punya teman cewek setelah sekian lama, yang selalu telfon gue pagi-pagi, tanya gue ada dimana, tanya gue udah makan atau belum. Kehidupan gue terasa tidak monoton lagi," jujur Glen.

Shena akhirnya bisa mengembangkan senyumnya, melegah mendengarnya. Memang benar, selama mereka memutuskan untuk berpacaran Shena lumayan sering mengirim chatduluan ke Glen. Menanyakan keberadaan cowok itu, apa yang dilakukan cowok itu. Seperti halnya orang pacaran. Yah, walaupun selalu Shena duluan yang melakukannya.

"Terima kasih," ucap Glen tulus.

"Untuk?"

"Karena udah buat hidup gue lumayan lebih berwarna."

Shena mengangguk-anggukan kepalanya, pipinya kembali memanas. Shena menunduk pelan, mengigit bibir bawahnya untuk menahan senyumnya agar tidak mengembang.

"Tuh kan, lo salah tingkah lagi," tuding Glen.

"Ng... Nggak. Gue biasa aja," elak Shena cepat.

Glen tertawa pelan. "Jangan-jangan, lo udah suka sama gue?" tanya Glen iseng.

Tubuh Shena membeku, tak bisa menjawab. Entah kenapa otaknya berhenti berpikir, bibirnya pun terasa keluh.

"Lo beneran udah suka sama gue?" desak Glen terkejut karena Shena sama sekali tak bereaksi ataupun mengelak.

Shena belum yakin dengan perasaanya. Namun, jujur beberapa hari ini, ia terus memikirkan Glen, tak sabar ingin berjumpa lagi dengan cowok itu, jalan berdua. Apakah ini sudah bisa diartikan bahwa Shena menyukai Glen?

Glen kembali tertawa, ia mengacak-acak kepala Shena dengan gemas, berusaha mencairkan suasana diantara mereka berdua.

"Gue udah bilang kan, lo boleh suka sama gue, gue nggak masalah. Tapi, gue nggak bisa ngasih harapan, gue akan suka lo balik. Ngerti?"

Shena mengangkat kepalanya, akhirnya memberanikan diri untuk menatap Glen lekat.

"Kalau gue berhasil buat lo suka sama gue bagaimana?" tanya Shena merasa tertantang.

Dahi Glen mengerut, cukup terkejut mendengar pertanyaan Shena.

"Emang lo bisa?" ejek Glen.

"Ten... Tentu aja bisa," jawab Shena gugup.

Glen menyentil dahi Shena, membuat gadis itu meringis kesal.

"Nggak usah sok-sokan. Lo nggak akan bisa!"

Shena melirik Glen tajam, cowok itu benar-benar sangat menyebalkan. Shena merasa seperti baru saja ditolak sebelum berjuang.

"Ayo pulang," ajak Glen, mengeratkan genggaman tangan Shena.

Glen baru saja akan melangkah, namun tangannya tiba-tiba ditahan oleh Shena, membuat Glen membalikkan tubuhnya, menatap Shena bingung.

"Kenapa?"

Shena perlahan berjalan mendekat dan lebih dekat. Tatapan Shena begitu lekat hingga membuat Glen gugup sendiri. Apa yang akan dilakukan gadis itu. Shena berdiri tepat dihadapannya dengan jarak kurang dari sepuluh senti.

"Ki... Kita nggak terlalu dekat kah?" tanya Glen canggung dengan posisi mereka sekarang.

"Gue beneran bisa buat lo suka sama gue sekarang," ucap Shena serius.

"Ma... Maksudnya?"

Shena perlahan mendekatkan wajahnya, menyapu napas hangatnya ke wajah Glen. Hingga akhirnya.

Cupp

Kecupan lembut mendarat di pipi kanan Glen. Perlahan Shena menjauhkan tubuhnya, ia melihat kedua mata Glen terbuka sempurna, cowok itu membeku ditempat, terkejut dengan yang dilakukannya.

Shena tersenyum puas. Ia melepaskan genggaman tangan Glen dan berjalan duluan meninggalkan Glen. Shena sendiri merasa sangat malu dan sangat gugup ketika melakukannya.

Glen berusaha menarik napasnya kuat-kuat dan menghembuskannya. Ia hampir tidak bisa bernapas selama beberapa detik karena kejadian barusan. Glen menyentuh pipi kanannya, masih terasa hangat.

"Apa yang dilakukan gadis itu?"

Glen membalikkan badannya kembali, melihat Shena berlarian kecil menjauhinya. Glen menggeleng-geleng, masih tidak paham dengan kejadian barusan.

"Jangan lari! Lo bisa jatuh!" teriak Glen mengingatkan.

Bukkk

"Tuhkan jatuh beneran," lirih Glen melihat Shena tersungkur ke depan.

Glen merasa dirinya mungkin mendapat kekuatan calon cenayang dari Shena. Glen segera mendekati Shena, gadis itu merintih kesakitan memegangi lututnya.

Glen langsung berjongkok di hadapan Shena.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Glen melihat lutut Shena yang sedikit memerah.

Shena tertunduk, menggeleng lemah, tak berani menatap Glen.

"Baru nyium pipi gue aja lo udah lemes sampai terjatuh, gimana nyium bibir gue. Pingsan mungkin kali ya," ledek Glen berusaha membuat situasi mereka tidak canggung.

Shena memberikan lirikan tajam, ingin sekali menampol kepala Glen. Shena berusaha untuk berdiri, Glen membantunya pelan-pelan.

"Gimana dong? Lo pasti kecewa," lirih Glen prihatin.

"Apanya?" desis Shena masih kesal.

"Harusnya tadi jadi kenangan yang romantis buat lo. Tapi nggak jadi."

"Apasih! Nggak usah dibahas!" seru Shena sangat malu.

"Mau diulang lagi nggak?" goda Glen. "Cium pipi gue."

Shena menepis kasar tangan Glen dari lengannya, kekesalanya bertambah, ia ingin cepat-cepat kabur dari hadapan Glen.

"Nggak usah dibahas lagi! Gue malu!!" teriak Shena meluapkan emosinya.

Glen tertawa terbahak-bahak puas melihat Shena kesal. Di mata Glen, Shena terlihat menggemaskan jika bersikap seperti itu. Pipinya yang selalu memerah dan kegugupannya yang kentara.

Glen berjongkok dihadapan Shena, "Ayo naik," suruh Glen.

"Berat gue nambah lima kilo. Gue masih bisa jalan kaki," tolak Shena masih sebal dengan Glen.

"Nggak usah sok-sokan. Cepetan! Bunda gue udah nyuruh pulang dari tadi."

Shena mendesis pelan, ia pun mengalah dan dengan pasrah naik ke punggung Glen. Mereka berdua berjalan kembali menuju mobil.

Baik Glen dan Shena sama-sama diam, tak ada yang membuka pembicaraan lagi. Shena masih malu karena kejadian tadi dan Glen sendiri masih terkejut dengan tindakan spontan Shena yang tiba-tiba mencium pipinya.

Glen merasakan jantungnya berdetak cepat kembali. Apalagi saat ini Shena sangat dekat dengan tubuhnya, membuatnya berusaha untuk tidak salah tingkah.

"Listlo selanjutnya apa?" tanya Glen membuka pembicaraan.

Shena mengingat-ingat sebentar. "Kenalin gue ke teman-teman lo."

"Teman-teman gue?"

"Iya. Gue juga ingin diakui sama teman-teman lo kalau gue pacar lo. Nggak apa-apa kan?"

"Nggak masalah. Gue akan kenalin lo ke mereka."

Shena berteriak senang dalam hati. Hampir separuh list-nya di kabulkan oleh Glen.

"Gue harus dandan yang cantik atau biasa aja waktu ketemu teman-teman lo?" tanya Shena iseng.

"Yang cantik," jawab Glen cepat.

"Kenapa?"

"Biar gue bisa pamerin pacar gue yang katanya cantik sedunia ini."

Taaakk!

Glen meringis merasakan kepalanya dijitak oleh Shena.

"Gue cuma bilang gue cantik, bukan paling cantik sedunia!" kesal Shena karena Glen sering sekali meledeknya.

Mereka pun terus bercekcok tidak jelas hingga sampai di mobil. Setelah itu, mereka segera beranjak untuk pulang ke rumah.

*****

Glen membaringkan tubuhnya diatas kasur, sedari tadi otaknya tak bisa berhenti memikirkan kejadian di jembatan, ketika Shena tiba-tiba mencium pipi kanannya. Glen menyentuh pipinya sekali lagi, bibirnya terangkat membentuk senyuman. Jujur, ini adalah pengalaman pertama bagi Glen.

Glen menyentuh dadanya. "Kenapa gue jadi deg-degan sendiri gini?"

Glen menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinnya agar tidak terlarut dalam perasaan tidak jelas ini.

Glen melirik ke lemari etalase yang terpajang disebelah meja belajarnya. Disana tertata deretan koleksi kamera-kameranya. Glen memang sedari dulu sangat suka dengan fotografi, memotret apapun. Pemandangan, makhluk hidup bahkan Glen pernah sekali memenangkan kompetisi fotografi waktu kelas satu SMA.

Glen jadi terpikir ucapan Shena beberapa waktu lalu.

"Kenapa nggak masuk perfilman atau seni rupa atau ilmu komunikasi? Lo suka fotografi kan? Suka kamera kan?"

Hanya mengingatnya sekali lagi, membuat detakan jantung Glen berdebar, seolah menyukai saran itu. Kenapa dia dari dulu tidak terpikirkan hal itu? Dia sudah menemukan yang disukainya.

Tokktokkk

Suara pintu kamar Glen di ketuk, tak lama kemudian pintu terbuka. Bu Anggara masuk ke dalam kamar Glen sembari menggendong Meng.

"Anak Bunda sebenarnya Glen apa Meng sih?" sindir Glen sembari mendudukkan tubuhnya.

"Jangan berkata jelek kepada adikmu."

"Sejak kapan bunda ngelahirin kucing?" protes Glen lagi.

"Nggak usah banyak protes. Dengerin Bunda. Bunda mau ngomong penting," ucap Bu Anggara sok serius.

"Apa? Meng mau dinikahin?" sahut Glen malas.

"Bukan, Bunda serius ini!"

"Iya apa Bunda tersayang?"

"Lusa bunda mau adain syukuran ulang tahun Meng yang ke tujuh tahun, kamu undang teman-teman dekat kamu dan pacar kamu untuk datang ke rumah."

"U... Ulang tahun Meng?" kaget Glen.

"Iya. Kasihan dari kecil bunda belum pernah adain pesta ulang tahun untuk Meng."

"Terus ngapain Bunda nyuruh Glen undang teman-teman Glen? Teman-teman Glen bukan kucing Bunda. Bunda undang aja kucing-kucing tetangga, biar mereka meong-meong bareng," ucap Glen memberikan ide terbaiknya.

"Glen! Bunda serius!"

"Glen juga lebih serius!" tajam Glen.

"Ucapan kamu bisa melukai perasaan Meng. Jangan jahat sama adik kamu sendiri!"

Kedua mata Glen melebar, takjub dengan perkataan Bundanya.

"Wah! Jangan-jangan si Meng udah Bunda daftarin ke Kartu keluarga kita?" curiga Glen.

Bu Anggara tersenyum manis. "Pinginnya gitu, tapi nggak bisa. Menyebalkan!"

"Bunda yang menyebalkan!" teriak Glen tak bisa menahan kekesalannya lagi.

Bu Anggara mengarahkan jari telunjuknya, menatap Glen tajam.

"Bunda nggak mau tau. Lusa undang sahabat-sahabat kamu dan pacar kamu. Sekalian Bunda ingin kenal dekat dengan calon mantu Bunda."

Setelah itu Bu Anggara langsung keluar begitu saja dari kamar Glen, meninggalkan Glen yang berteriak-teriak frustasi karena Bundanya.

"MENG OH MENG!!"

****

#CuapCuapAuthor

Aduhhh. Cie Shena udah berani nih. Ada yang Blushing dan malu-malu. Ciee.

GIMANA PART INI? BERHASIL BUAT BAPER NGGAK?

GEMES NGGAK BACA PART INI?

TERHIBUR NGGAK LIHAT CINTA SEGITIGA ANTARA BU ANGGARA, GLEN DAN MENG HAHAHA ^^

Kira-kira besok gimana ya reaksi Iqbal, Rian, Acha dan Amanda waktu dikenalin ke Shena? 

PENASARAN? DITUNGGU PART SELANJUTNYAAA ^^

Jangan lupa bantu SHARE ke teman-teman kalian, keluarga kalian, saudara-saudara dan tetangga kalian untuk baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.

Jangan lupa juga Comment dan Vote selalu paling ditunggu banget dari kalian semuaaa ^^

SEPERTI  BIASANYA TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE SEBANYAK MUNGKIN. BIAR AUTHOR SEMANGAT TERUS UPDATE TIAP MALAM ^^

SELALU BACA DAN JANGAN BOSAN-BOSAN YA BACA NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ^^

 SELALU CINTA SAMA KARYA-KARYA LULUK HF JUGAA ^^ 


TERIMA KASIH BANYAK SEMUANYAA. SELALU SAYANG DAN CINTA KALIAN SEMUAAA ^^ 


Salam,


Luluk HF



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro