20 - DINNER ROMANTIS
Assalamualaikum semuanya. Kembali lagi dan lagi. semoga kalian selalu sukaa yaa dengan cerita Dua belas Glen Anggara ^^
Kali ini aku bawa INFO PENTING BANGET. MOHON DILIHAT BAIK-BAIK POSTINGANNYA DAN DIBACA BAIK-BAIK DENGAN SEKSAMA DAN BENAR-BENAR DI PAHAMI CAPTIONNYA YA. MAKASIH BANYAK.
INI DIA KEJUTANNYA :
DUA FOTO DIATAS MERUPAKAN BONUS-BONUS PRE-ORDER untuk NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARAA.
Di Pre-Order nanti ada 2 paket yaitu PAKET GLEN A DAN PAKET GLEN B.
- PAKET GLEN A DAPAT 10 BONUS DAN HANYA TERSEDIA 3000 NOVEL.
- PAKET GLEN B DAPAT 8 BONUS DAN HANYA TERSEDIA 4000 NOVEL (Tidak ada Bonus Boneka Cireng dan Totebag Glen Anggara)
SUDAH MAKIN SIAPKAN UNTUK MENYAMBUT PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA ??
UNTUK PERTANYAAN-PERTANYAAN MENGENAI PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA, YANG MASIH BINGUNG BISA LIHAT DI STORY INSTAGRAMKU YA. DI HIGLIGHT "PO GLEN"
UNTUK YANG MINTA LINK SHOPEEKU JUGA BISA LIHAT DI INSTAGRAMKU : @luluk_hf
JANGAN LUPA IKUTI PRE-ORDER NOVEL DUA BELAS GLEN ANGGARA TANGGAL 1 NOVEMBER 2019 JAM 17:00 WIB, DI SHOPEE : luluk_hf .
SEMANGAAT NABUNGNYAA. KURANG 5 HARI LAGI PRE-ORDER AKAN DIMULAI ^^
DAN, SELAMAT MEMBACA JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KOMEN DAN VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA. ^^
*****
Kedua mata Glen fokus di depan layar laptop, mencari referensi tentang "Makan malam romantis dengan pacar". Glen mungkin memang sudah gila hingga melakukan semua ini dengan serius. Padahal awalnya dia hanya iba saja dan ingin membantu. Tapi, apa yang dilakukannya saat ini? Ada apa dengannya?
"Dirumah lo nggak punya laptop?" sinis Iqbal yang mulai jengah melihat Glen duduk di meja belajarnya sejak satu jam yang lalu.
Yah, setelah mengantarkan Shena, Glen tak langsung pulang. Ia memilih ke rumah Iqbal mencari pencerahan disana. Untung saja saat ini Rian juga sedang berada di kamar Iqbal, jadi dia tidak akan ditendang keluar begitu saja oleh Iqbal.
Glen memutar kursinya, menatap Iqbal yang tengah duduk bersender diatas kasurnya.
"Lo pernah ngajak Acha makan malam romantis nggak Bal?" tanya Glen serius.
"Kak Shena minta makan malam romantis?" tebak Iqbal.
"Iya."
"Lo beneran serius turutin semua permintaan dia?" sahut Rian dengan nada tak enak.
"I... Iya."
Rian menghela napas berat, menaruh ponselnya. Jujur, Rian mulai lelah melihat Glen yang tiap hari mengeluh karena kesusahan untuk mengabulkan list keinginan Shena. Meskipun cowok itu tetap berusaha untuk melakukannya. Rian kasihan dengan sahabatnya itu yang memang dari dulu tidak tegaan dengan siapapun.
"Segitu ibanya lo sama Kak Shena atau lo mulai suka sama Kak Shena?" pancing Rian.
"Gue murni hanya kasihan sama dia," terang Glen.
"Kasihan? Lo nggak sadarkah dia manfaatin lo?" Rian terlihat mulai emosi.
"Sadar, gue tau kalau gue dimanfaatin."
"Terus ngapain lo masih turutin permintaan dia? Itu bukan tugas lo! Lo juga nggak kenal sama dia Glen! Jangan buat diri lo susah sendiri seperti ini! Buang-buang waktu!"
"Lo kenapa sih Yan? Lo kalau lagi bertengkar sama Amanda nggak usah luapin emosinya ke gue!" balas Glen ikut-ikutan mulai kesal.
"Gue nggak lagi bertengkar sama siapapun. Gue cuma kasihan sama lo dan gue juga nggak mau lihat lo dimanfaatin orang! Gue berusaha nyadar..."
Iqbal menepuk bahu Rian, menyuruh cowok itu untuk diam, mau tak mau Rian langsung menghentikan ucapannya.
"Lo pulang aja sekarang," suruh Iqbal. Ia berusaha mencegah pertempuran darah di rumahnya.
Tanpa banyak kata, Rian langsung berdiri mengambil jaket, ponsel dan kunci mobilnya.
"Sadarin temen gila lo itu!" teriak Rian sebelum keluar dari kamar Iqbal.
Kamar Iqbal mendadak hening, baik Iqbal dan Glen tak ada yang membuka suara terlebih dahulu. Glen berusaha mendinginkan kepalanya, sedangkan Iqbal menunggu hingga emosi Glen meredah.
Mereka bertiga memang jarang bertengkar, namun sekali bertengkar pasti seperti ini. Iqbal mengerti yang dikhawatirkan oleh Rian, cowok itu dari awal memang tidak setuju ketika Glen menyetujui untuk membantu Shena. Rian takut Glen hanya dimanfaatkan saja.
"Dia kenapa sih? PMS?" tanya Glen akhirnya buka suara.
Iqbal mengangkat kedua bahunya, tidak tau. "Nanti juga baikan sendiri."
"Buat kepala gue tambah pusing aja!" decak Glen.
Iqbal menatap Glen lekat. "Gue boleh tanya?"
"Apa?" balas Glen singkat.
"Alasan lo sebenarnya mau bantu Kak Shena apa? Jujur sama gue."
Glen terdiam sebentar, berpikir untuk mencari jawaban yang benar-benar dari hatinya sendiri. Tak lama kemudian, ia membuka suara kembali.
"Hidup dia tinggal sebentar lagi, gue beneran kasihan sama dia yang selama ini hidup menderita. Memang nggak ada keuntungannya buat gue bantu dia, tapi setidaknya sekali dalam seumur hidup, gue benar-benar ingin bantu orang yang sangat butuh pertolongan gue. Sekali aja dalam hidup gue, ingin jadi orang yang bermanfaat."
Kali ini Iqbal yang dibuat terbungkam, ia cukup takjub mendengar jawaban panjang Glen yang cukup bijak. Tidak seperti Glen yang dikenalnya. Alasan yang diutarakan Glen cukup masuk akal dan mungkin sudah menjadi preferensi kuatnya.
Namun, Iqbal tak mempermasalahkan, mungkin kejadian Glen bertemu Shena akhirnya membuat cowok itu bisa berpikir dewasa, seperti sekarang.
"Jadi lo butuh bantuan apa?" tanya Iqbal, ia turun dari kasurnya, berjalan mendekati Glen.
Glen tersenyum sumringah, akhirnya Iqbal tergugah setelah mendengar kalimat-kalimat dramatisnya. Iqbal menarik satu kursi lagi, duduk di dekat Glen.
Glen pun menjelaskan kepada Iqbal secara gamblang apa yang diinginkan oleh Shena. Iqbal pun mendengarkan baik-baik. Setidaknya, ia memiliki pengalaman percintaan yang lebih baik daripada Glen.
*****
Glen melirik Iqbal tajam, seolah meminta penjelasan kepada sahabatnya itu. Sedangkan Iqbal secepat mungkin mengalihkan pandangannya, tak ingin jadi tersangka.
Karena Iqbal merasa tak cukup pakar dalam percintaan, begitu pula dengan Glen yang malah ingin berguru padanya. Akhirnya Iqbal memanggil Acha untuk memberikan wejangan dan saran kepada Glen.
"Ngapain lo panggil istri lo kesini?" tajam Glen.
"Daripada gue nyesatin lo," balas Iqbal membela.
"Tapi nggak Acha juga kan!"
"Mau gue panggil Rian lagi?"
"Nggak usah, makasih," tolak Glen cepat.
"Jadi gimana? Gimana? Ada yang bisa Acha bantu?" sahut Acha penuh semangat.
Glen pun hanya bisa menerima pasrah dan menjelaskan sekali lagi masalahnya ke Acha. Berharap Ratu sapi itu benar-benar bisa membantunya.
"Shena nggak bisa makan sembarangan. Gimana gue mau ngasih makan malam romantis?"
"Ya ampun Glen, itu mah gampang!" seru Acha dengan mata berbinar-binar.
Mendengar suara Acha yang penuh percaya diri, Glen ikut semangat seolah dapat pencerahan. Glen pun mendengarkan baik-baik saran dari Acha bahkan mencatatnya jika ada yang penting agar tidak lupa.
Yah, Glen rela melakukan itu semua untuk Shena.
"Jadi gitu Glen. Keren kan ide Acha?"
Glen langsung berdiri dan bertepuk tangan, lalu mengangkat kedua jempolnya, mengakui ide cemerlang Acha yang sama sekali tidak terpikirkan olehnya.
"Yang terakhir, Glen harus main gitar dan nyanyi lagu ini," suruh Acha.
"Lagu apa?" tanya Glen.
"Ini lagu yang akhir-akhir ini Acha suka. Dan lagu ini juga gambarin banget perasaan Acha ke Iqbal."
Acha pun mulai memainkan lagu I Like You So Much, You'll Know Itversi English dari ponselnya. Glen dan Iqbal langsung fokus mendengarkannya.
I like your eyes, you look away when you pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
I like you more,the world may know but don't be scared
Coz I'm falling deeper, baby be prepared.
Mereka bertiga menikmati lagu tersebut, mudah dihapal dan bisa membuat suasana hati lebih baik.
"Gue suka lagu ini!" seru Glen menyetujui.
"Yaudah, Glen bisa mainkan lagu ini untuk Kak Shena."
Glen menganggukan kepalanya. "Terima kasih ratu sapi, terima kasih suaminya ratu sapi."
***
Glen sudah menyiapkan eventmakan malam romantis untuk Shena, dengan bantuan Acha dan Iqbal, Glen mempersiapkannya dengan mudah dan cepat. Glen membuat reservasidi restoran sky-room, ia ingin memberikan nuansa yang berbeda dengan pemandangan gemerlap lampu kota.
Glen tiba dirumah Shena lebih awal, ia menunggu gadis itu keluar dari rumahnya. Tak lama kemudian, yang ditunggu akhirnya keluar. Glen memandang Shena lekat, cukup terpanah. Shena terlihat sangat cantik dengan balutan dressputih selutut, rambut digerai dengan pita mahkota kecil dibagian sampingnya.
"Kenapa ngelihatnya gitu? Gue terlalu cantik malam ini?" goda Shena.
Glen mengangguk. "Lumayan," jawabnya mengakui.
"Bisa nggak lo sekali aja puji gue cantik?" protes Shena skiptis.
Glen menarik napas panjang-panjang, kemudian menghela pelan. Glen memaksakan senyumnya. "Ya ampun Mbak Mawar cantik banget malem ini, dressputihnya mengkilat tanpa noda, rambut panjangnya bergelombang seperti ombak pantai utara, apalagi jepit rambut mahkotanya seperti putri Jasmin yang kehilangan sepatu kacanya."
Shena tak bereaksi apapun, ia memberikan lirikan tajam ke Glen.
"Itu Cinderella bukan putri Jasmin!" cibir Shena.
"Suka-suka gue dong."
"Cih menyebalkan."
"Sudah puas dengar pujiannya?" tajam Glen.
"Sangat!" balas Shena tak kalah tajam. Shena pun duluan masuk kedalam mobil Glen, terbesit rasa menyesal menyuruh Glen untuk memujinya.
Glen pun segera menyusul masuk kedalam mobil dan beranjak menuju restoran yang sudah dipesan oleh Glen.
*****
Shena tak bisa menurunkan kedua sudut bibirnya yang terus terangkat, senyumnya mengembang ketika melihat pemandangan sky-roomrestoran yang dipesankan Glen untuk makan malam romantis mereka.
Shena segera duduk namun kedua matanya masih berputar, menyapu pemandangan indah di sekitarnya.
"Lo suka?" tanya Glen.
"Suka banget. Pemandangannya benar-benar cantik," jujur Shena.
"Syukurlah kalau lo suka."
Shena memandang Glen, tersenyum canggung. "Pasti mahal banget ya buat reservasi disini?" tanya Shena setengah berbisik.
"Kenapa tanya gitu? Mau ikut nangung separuh biaya reservasi ini?" goda Glen.
Senyum Shena menghilang, berganti dengan raut getir. "Ka... kalau gue punya uang pasti gue mau bantu. Maaf."
Glen terkejut mendengar reaksi Shena, ia sedikit merasa bersalah. "Gue cuma bercanda. Lo lupa pacar lo ini tampan dan kaya raya," ucap Glen menyombongkan diri, berusaha mencairkan suasana.
Senyum di bibir Shena akhirnya kembali mengembang, ia mengangguk semangat.
"Sebentar lagi makanan istimewa akan datang, lo pasti kaget dan suka dengan hidangannya," seru Glen sok misterius membuat Shena tak sabar ingin mengetahuinya.
Tak lama kemudian, tiga pelayan datang membawa nampan cukup besar ke arah meja Glen dan Shena. Mereka menata hidangan-hidangan yang sudah disiapkan oleh Glen.
Kedua mata Shena terbuka lebar ketika melihat hidagan-hidangan tersebut di hadapkan satu persatu di depannya. Ini bukan sembarang hidangan.
Shena tertawa pelan, tak habis pikir dengan ide gila seorang Glen. Shena dapat melihat ada burger, pizza, ayam, wortel, pisang, sapi, bebek, tomat, donat bahkan cireng bentuk kecil mapun besar. Dan semuanya bukan dalam bentuk makanan melainkan boneka.
"Gimana? Luar biasa kan hidangannya?" tanya Glen dengan bangga.
"Banget. Bagaimana bisa lo terpikir ide seperti ini?" takjub Shena.
"Dengan bantuan sapi betina," ucap Glen.
"Sapi betina?"
"Adalah, dia pacar dari sahabat gue. Kapan-kapan gue kenalin," jelas Glen.
"Oke."
Glen pun membiarkan Shena bergelut dengan boneka-boneka dihadapannya, Shena terlihat sangat senang dan gemas meremasi boneka-boneka tersebut. Glen menyiapkan ini karena ia tidak bisa menghidangkan makanan-makanan untuk Shena. Ide briliant Acha sangat membantunya.
"Gue suka banget sama boneka ini!" seru Shena memeluk boneka cireng.
"Boneka cireng?"
"Iya. Lucu banget, ingin gue makan," ucap Shena excited, mungkin ini pertama kalinya Shena dibuat sebahagia ini setelah sekian lama hidup dalam penderitaan dan kesakitan. "Gue boleh bawa pulangkan?" tanya Shena antusias.
"Bawa aja pulang semuanya."
Shena mengambil boneka cireng yang berukuran mini, ia memberikannya ke Glen.
"Buat lo," ucap Shena.
Glen tertegun sebentar. Hingga akhirnya menerimanya saja.
"Simpan ya boneka cireng yang kecil, jangan sampai hilang. Anggap itu kenang-kenangan dari gue."
"Kan gue yang nyiapin ini semua, gimana bisa jadi kenang-kenangan dari lo?" protes Glen.
"Anggap aja gitu!" paksa Shena.
"Iya iya."
"Boneka cirengnya jangan sampai hilang ya pacar," pesan Shena dengan berani.
Glen dibuat termatung sekali lagi, sedikit kaget mendapat panggilan seperti itu dari Shena. Glen merasakan ada perasaan aneh yang menjalar ditubuhnya. Entahlah, Glen tidak bisa mendeskripsikannya.
"Oke, akan gue simpan."
Setelah puas dengan boneka-boneka makanan dihadapannya, Shena segera memasukannya kedalam paperbagyang sudah disiapkan oleh Glen untuknya.
Setelah itu Shena kembali memandang Glen, cowok itu tengah sibuk dengan gitarnya yang memang sudah berada di samping kursinya sedari tadi.
"Udah siap bawain lagu untuk gue?" tanya Shena tak sabar.
"Burung terbang tak bersayap, abang Glen selalu siap," seru Glen penuh percaya diri.
Glen sendiri sudah belajar dan menguasai lagu yang direkomendasiin oleh Acha sejak tiga hari yang lalu.
Shena bersiap menyalakan videodi kameranya, ia tak ingin melewatkan momen spesial ini dan ingin menyimpannya agar bisa ia lihat kapanpun. Shena dapat melihat ekspresi Glen yang sedikit gugup.
"Gue mulai ya," ucap Glen.
"Iya. Semangat pacar!" seru Shena membuat Glen sedikit salah tingkah.
Glen pun perlahan mulai memainkan gitarnya, melantunkan intro dari lagu yang akan dinyanyikannya. Dan, Glen mulai bernyanyi.
I like your eyes, you look away when you pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
I like you more, the world may know but don't be scared
Cause I'm falling deeper, baby be prepared
Shena terkejut mendengar suara Glen yang cukup merdu, lantunan gitar yang dimainkan Glen menambah suasana romantis dari lagu tersebut. Shena tak menyangka Glen jago bermain gitar. Shena tak bisa berhenti tersenyum, ia merasa seperti cewek paling beruntung malam ini.
I like your shirt, I like your fingers, love the way that you smell
To be your favorite jacket, just so I could always be near
I loved you for so long, sometimes it's hard to bear
But after all this time, I hope you wait and see
Shena sangat menyukainya. Makan malam yang anti-mainstream, sky-roomyang sangat cantik dan lagu yang dinyanyikan oleh Glen untuknya. Shena merasa sangat bahagia sekali. Seolah semua keinginannya sudah terwujud. Jika pun ia harus menghadapi ajalnya malam ini juga, mungkin Shena akan pergi dengan ikhlas dan tenang.
Dan, semua itu berkat Glen. Shena benar-benar merasa bahagia karena diperlakukan seistimewa ini oleh Glen. Walaupun Shena sadar bahwa Glen melakukan ini hanya sekedar kasihan kepadanya.
Tapi, entah kenapa Shena merasakan ada yang janggal di hatinya. Mulai ada rasa yang berbeda setiap kali bertemu dengan Glen. Jantungnya selalu berdetak cepat. Ucapan Glen dan tingkah Glen selalu menghiburnya dan tanpa Shena sadari ia merasa nyaman dan aman jika berada disamping cowok itu.
Perasaan apakah ini? Apakah Shena sudah menaruh hati untuk Glen?
*****
#CuapCuapAuthor
CIEEE MBAK MAWAR MULAI DUGUN DUGUN NIH ^^
KIRA-KIRA GLEN SENDIRI GIMANA YA PERASAANYA KE SHENA?
KALIAN SUKA NGGAK SAMA PART INI?
WISH SHENA SELANJUTNYA APA YA? PENASARAN NGGAK?
DITUNGGU YAA KELANJUTANNYAAA BESOK KALAU NGGAK ADA KENDALA APAPUN AKU USAHAIN UPLOAD LAGI ^^
Jangan lupa bantu SHARE ke teman-teman kalian, keluarga kalian, saudara-saudara dan tetangga kalian untuk baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.
Jangan lupa juga Comment dan Vote selalu paling ditunggu banget dari kalian semuaaa ^^
KOMEN DAN VOTENYA SEBANYAAK MUNGKINN YAAA, BIAR AUTHORNYA MAKIN SEMANGAATT UPDATENYAA ^^
SELALU SUKA, SUPPORT DAN BACA NOVEL DUA BELAS CERITA GLEN ANGGARA YAAA ^^
TERIMA KASIH BANYAK SEMUANYAA DAN LOVE YOU ALL ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro