1 - PERTEMUAN
Jangan lupa menabung dan ikuti Pre-Order Novel Dua Belas Cerita Glen Anggara ya ^^
Selamat membaca dan semoga suka Amin ^^
****
Tringgg
Lonceng berbunyi, seorang pembeli masuk ke dalam café,kali ini tidak membuat semua pasang mata refleks menatap ke arah pintu. Nampaknya, jalan impulspara manusia ini sedang tidak ingin menghubungkan reseptor ke efektor mereka.
Namun, hanya ada satu orang cowok yang tidak sengaja memperhatikan pintu café sedari tadi. Dahi cowok itu berkerut, seolah mengenali pembeli yang baru saja datang itu.
"Itu Kak Shena nggak sih?" tanya Rian menghentikan perbincangan Iqbal dan Glen.
Iqbal dan Glen menoleh, mengikuti arah telunjuk tangan Rian. Kedua mata mereka menemukan gadis berambut panjang dengan wajah pucat tengah menunggu pesanan di salah satu kursi.
"Iya," sahut Iqbal.
"Ngapain dia disini? Bukan-nya dia kuliah di German?" Rian semakin bertanya-tanya.
"Harusnya ini belum tahun terakhirnya dia," tambah Iqbal.
"Liburan kah? Setau gue bulan ini masa ujian anak-anak kuliahan."
Rian sangat kenal dengan gadis itu, mungkin bukan hanya Rian. Para junior SMA Arwana juga pasti mengenalnya. Mantan Ketua Osis sekaligus Ketua Osis perempuan pertama di SMA Arwana. Gadis itu terkenal dengan sikap disiplin dan kepintarannya. Bahkan setelah lulus dari SMA Arwana gadis itu mendapatkan beasiswa di salah satu universitas ternama di German. Namun, nama gadis itu tidak lagi terdengar dan tidak lagi menjadi perbincangan setelah satu tahun keberangkatannya ke German.
Glen masih menatap kedua temannya dengan bingung, keningnya membentuk lapisan-lapisan kerutan. Otaknya dipenuhi rasa penasaran.
"Kak Shena yang mana sih?" tanya Glen tidak ingat.
Kini pandangan Rian dan Iqbal langsung mengarah ke Glen, menyorot sahabatnya itu dengan skiptis. Rian memberikan tatapan paling licik.
"Lo seriusan nggak tau Kak Shena?" sinis Rian.
Glen menggelengkan kepalanya pelan.
"Lo lagi pura-pura hilang ingatan?" desak Rian tajam.
"Gue beneran nggak tau," jujur Glen.
"Atau mungkin otak lo mengalami kemiringan delapan puluh lima derajat?" sinis Rian lebih tajam.
"Sumpah gue nggak ingat," kekuh Glen.
Iqbal dan Rian sama-sama menghela napas berat. "Dia Ketua Osis Arwana yang dulu sering lo panggil Mbak Mawar," jelas Rian.
Glen membuka mulutnya lebar, kali ini otaknya bekerja sangat cepat. Glen langsung mengingat dengan jelas.
"OOHH, CEWEK YANG PERNAH PLINTIRKUPING GUE WAKTU MOS KAN? YANG SOK GALAK ITU KAN?"
Iqbal dengan cepat berdiri, berpura-pura pergi dari kursinya untuk mengambil sedotan, sedangkan Rian langsung menutupi wajahnya dengan jaket, menutup kupingnya rapat-rapat berharap jaketnya bisa membuatnya tak kasat mata seperti jaket milik Harry Potter.
Mereka berdua sangat malu karena suara kencang Glen yang mengelegar dengan keras di seluruh penjuru café. Saat ini, seluruh pengunjung café beserta pegawai café menatap ke arah meja mereka.
"Yan, Rian," panggil Glen berusaha menarik jaket Rian.
"Pergi! Nggak usah sok kenal!" tepis Rian.
"SorryYan, rem mulutnya blong," lirih Glen bersalah.
"Bodo amat! Enyah lo!"
"Yan..." rengek Glen.
Rian perlahan menurunkan jaketnya, menatap Glen dengan sorot mata tajam, ia menyapu pandangannya, legah karena semua orang sudah sibuk lagi dengan urusan masing-masing.
"Mulut lo bisa nggak sih nggak usah nge-gas?" cibir Rian.
"Maklum, bensinnya sudah di isi penuh," jawab Glen bangga.
"Mana Iqbal?" bingung Rian tak melihat keberadaan cowok itu.
Glen ikut mencari-cari dimana Iqbal berada, memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Itu dia si Kadal!" ucap Glen menunjuk ke arah parkiran yang bisa terlihat jelas dari dalam café.
Rian mendecak pelan, mengumpati Iqbal dalam hati. Sahabatnya itu kabur duluan, pergi dengan mobilnya. Rian berusaha mengerti, pasti Iqbal sangat malu memiliki teman seperti Glen.
"Kenapa gue selalu ikhlas dan lapang dada punya teman kayak lo?" tanya Rian serius sembari menatap Glen dengan prihatin.
Glen tersenyum sumringah.
"Karena gue kaya, anak konglomerat yang bisa lo manfaatkan kapan aja."
"Bener banget, terima kasih untuk jawaban memuaskannya!"
Percakapan mereka berdua berakhir ketika seorang gadis tiba-tiba mengambil duduk yang tadinya digunakan oleh Iqbal. Rian dan Glen terkejut bukan main. Gadis tersebut adalah yang sedang mereka perbincangan beberapa menit yang lalu. Shena.
Rian dan Glen memperhatikan saja dengan pikiran bingung. Shena tiba-tiba mengeluarkan bungkus lilin dari saku celanannya, mengambil satu batang lilin.
"Ada yang punya korek?" tanya Shena ke dua cowok dihadapannya.
"Sorry.Gue nggak ngerokok," jawab Rian.
"Ini lilin bukan rokok," ketus Shena,
"Oh, sorry."
Shena beralih melihat Glen, mereka saling bertatap.
"Lo punya nggak?" tanya Shena dingin karena Glen tak kunjung membuka suara.
"Per... Perlu gue ambilkan kompor?" tawar Glen.
Shena mendesis pelan, membuang lilinnya, ia terlihat sedikit kesal. Berkali-kali gadis itu menghela napas berat, dari raut wajahnya menggambarkan seperti memiliki banyak masalah.
Shena menatap Rian dan Glen kembali, kedua cowok itu masih diam dan tersenyum canggung. Shena memperhatikan Rian dan Glen lebih lekat, mulai dari pakaian yang ber-merk dari atas sampai bawah, jam tangan mahal, ponsel mahal dan dua kunci mobil mahal.
Shena dapat menyimpulkan bahwa dua cowok ini adalah titisan sultan. Pertanyaanya? Siapa yang paling sultan diantara keduanya?
"Gue boleh tanya nggak?" Shena mulai mengajukan pertanyaan lagi.
"Ap... Apa?" balas Rian dan Glen bersamaan.
"Dari lo berdua, siapa yang paling kaya?" tanya Shena dengan wajah serius.
Rian dan Glen saling bertatapan sebentar.
"Lo seriusan tanyanya?" bingung Rian.
"Iya."
Rian dengan cepat menunjuk Glen, begitupula dengan Glen, ia menunjuk dirinnya sendiri.
"Lo yang paling kaya diantara kalian berdua?" tanya Shena sekali lagi.
"Iya," jawab Glen lugu.
"Sekaya apa lo?"
"Gue kalau ke Mall, parkir mobilnya bisa didalam Hall Mall-nya," jawab Glen.
"Gue tanya serius."
"Gue juga jawab serius," tegas Glen.
Shena mengangguk-anggukan kepalanya, berusaha untuk percaya kali ini.
"Berapa uang jajan lo sebulan?" tanya Shena lagi.
Glen diam, tak langsung menjawab. Ia mulai sedikit takut dengan gadis di hadapannya ini. Auranya terasa semakin mengerikan.
"Kenapa lo tanya itu?"
"Gue ingin tau."
"Kenapa gue harus ngasih tau lo ber..."
"Cepetan jawab!" tajam Shena memaksa.
"Nggak tentu. Gue minta berapapun pasti dikasih," jawab Glen dengan pasrah.
Glen meurutuki mulutnya sendiri, kenapa dia mau saja menjawab pertanyaan tidak penting dari gadis tersebut.
Shena kembali mengangguk-anggukan kepalanya, kali ini bibirnya sedikit mengembang.
"Kalau gitu, lo bisa jadi pacar gue," ungkap Shena dengan santai.
"HAH?"
Rian dan Glen sama-sama terkejut, kedua mulut mereka terbuka. Mereka berdua menatap Shena dengan tak percaya.
"Lo habis terkena gagar otak ringan?" tanya Glen sungguh-sungguh.
"Nggak, otak gue normal," jawab Shena.
"Kenapa gue harus jadi pacar lo?"
"Karena lo akan jadi salah satu cowok paling beruntung karena pacaran dengan gue," jelas Shena, raut wajahnya masih sangat tenang dan tanpa ekspresi sedikitpun.
Glen mulai gemas, menahan untuk tidak emosi.
"Beruntung dari mananya?"
Shena menepuk-nepuk kedua pipinya pelan.
"Mata lo nggak bisa lihat ciptaan Tuhan yang mendekati sempurna ini?"
Glen dibuat melongo, tak bisa berkata apapun. Bagaimana ada cewek yang begitu percaya diri dihadapan orang yang tidak cukup dikenalnya. Menurut Glen, gadis ini bukanlah gadis pemberani, melainkan gadis yang sudah hilang akal!
Rian menatap ekspresi kelimpungan Glen, sebenarnya ia juga tak kalah terkejut seperti Glen. Hanya saja Rian merasa situasi ini sangat mendadak dan lucu. Apalagi menimpa sahabatnya yang selama ini selalu menjadi perusuh hidup orang.
Rian pertama kalinya melihat ekspresi sangat panik dari Glen.
"Gue nggak tertarik sama lo, dan gue nggak mau jadi pacar lo!" tolak Glen cepat. Meskipun ia kadang suka berubah menjadi cowok gila, tapi urusan serius seperti ini bukanlah hal yang bisa dibercandakan oleh Glen.
"Kenapa? Gue kurang cantik?" tanya Shena dingin.
"Nggak, lo cukup cantik," jawab Glen jujur.
"Gue kurang sexy?"
"Lebih sexyMbak wati daripada lo," gerutu Glen sangat lirih hingga tidak ada yang bisa mendengarnya. "Gue nggak suka cewek sexy," lanjut Glen menjawab lagi.
"Lalu kenapa?"
"Otak lo yang kurang beres," jawab Glen cepat tanpa basa-basi.
Shena mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali.
"Lo baru saja kehilangan kesempatan untuk menjadi orang paling baik di dunia ini."
"Gue bisa jadi orang baik tanpa harus pacaran sama lo," balas Glen.
Shena menghela napasnya pelan, kemudian ia berdiri dan tanpa berkata apapun lagi, Shena berjalan pergi meninggalkan Rian dan Glen. Ia keluar dari café tersebut.
Rian dan Glen mengikuti kepergian Shena, mereka berdua masih cukup shockdengan kejadian barusan. Terlalu tidak masuk akal dan sangat mengejutkan. Mereka berdua tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Sangat aneh.
Glen mengelus dadanya, bersyukur berkali-kali.
"Waah... Gue kira orang paling nggak waras di dunia ini cuma gue, ternyata gue ada saingannya."
****
#CuapCuapAuthor
Bagaimana baca Part pertamanya? Sudah bikin jatuh cinta nggak sama ceritanya?
Penasaran nggak sama kelanjutan ceritanya?
Tunggu part selanjutnya besok ya. Karena cerita ini akan aku usahain untuk update setiap harinya ^^
Jangan lupa bantu SHARE ke teman-teman kalian, keluarga kalian, saudara-saudara dan tetangga kalian untuk baca Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.
Jangan lupa juga Comment dan Vote selalu paling ditunggu banget dari kalian semuaaa ^^
SATU LAGI JANGAN LUPA " PROJECT REKOR KITA YA " BUAT PART PERTAMA INI BISA MENCAPAI 10.000 - 20.000 KOMEN. JADI BUAT PARA JUBAEDAH-JUBAEDAH BOM KOMEN DAN VOTE SEBANYAK MUNGKIN YAA ^^
Terus baca dan suka Novel Dua belas Cerita Glen Anggara.
Terima kasih banyak dan Loveyuu So much All ^^
Salam,
Luluk HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro