Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8 "The Terror"

Sudah dua hari nenek Dryopea tertidur di penjara pohon di Hutan Dryad ini. Dia seperti kelelahan, energi hijaunya terus keluar bahkan saat ia tidur. Anehnya, hal itu tidak terjadi padaku. Jika sihir tanaman yang kumiliki adalah kekuatan dari para Dryad, kenapa mereka tidak menyedot energiku juga? Yang terjadi padaku hanyalah kelaparan dan haus. Tidak ada yang mengantarkan makanan ke penjara dalam beberapa hari ini. Bagaimana bisa para Dryad bertahan hidup di penjara pohon ini?

Seandainya ada biji pohon buah, aku akan menumbuhkannya di sini untuk makanan. Sayangnya tidak ada. Walaupun ada, sudah pasti akan sulit untuk menumbuhkannya. Tangan dan kakiku penuh luka gores akibat tanaman tajam yang ditumbuhkan Dryad bernama Eunide kemarin malam. Beberapa sendi terkilir, mempersulit pergerakan di ruangan yang lebarnya tidak lebih besar dari kebunku di rumah.

Ugh, aku sudah tidak kuat lagi.

Di tengah keheningan hutan yang merupakan penjara ini, sebuah lagu menggema. Lagu yang suaranya seperti bunyi dedaunan yang saling bergesekan tertiup angin dengan keras mengganggu sunyinya kawasan tanpa Dryad ini. Sebuah kehangatan meliputi seluruh tubuhku, entah darimana datangnya. Bunyi bisikan yang mirip dengan dedaunan yang tertiup angin itu berubah menjadi lantunan penuh amarah dan makian.

Wahai manusia perusak!

Tinggalkan dunia kami dengan kedamaian. Dewa-Dewi tidak menciptakan kalian untuk ini.

Hancurlah kalian bersama kebusukan dalam diri.

Setelah lagu berakhir, dari tanah muncul puluhan sulur tanaman yang menggeliat memenuhi ruangan remang-remang tempatku berada. Sulur-sulur itu memadamkan lilin yang menggantung di akar pohon, tersisa satu lilin yang terhalangi oleh tubuhku. Ruangan penjara yang ada di bawah tanah ini semakin gelap karena sedikit penerang.

"Nenek? Kau dimana?" Aku berteriak di keadaan remang-remang. Hawa kehadiran Dryad berwujud nenek-nenek itu tidak dapat kurasakan meski dalam satu ruangan. Energi hijau yang selalu keluar dari tubuhnya padam.

Tak lama setelah kemunculan sulur dari tanah, alunan nada itu kembali berbunyi di udara.

Jangan biarkan mereka berada dalam cahaya.

Bawalah mereka ke dalam kegelapan abadi.

Kegelapan Tanah Kematian penuh siksaan.

Tartaros Dewa Hades yang menyiksa Sang Pendosa.

Sulur-sulur yang tadi muncul mengikat seluruh tubuhku. Tangan, kaki, bahkan badan hingga semuanya tak bisa bergerak karena eratnya kekangan. Perih menjalari semua permukaan kulit, sulur-sulur itu berbulu tajam ternyata.

"Tolong!" Aku berteriak mengharapkan pertolongan dari siapapun. Namun sedetik kemudian sadar bahwa ini adalah penjara yang jarang dikunjungi oleh pada Dryad. Aku memilih diam, tapi bulu-bulu itu sangat menyiksa!

Seandainya aku bisa menumbuhkan pohon di tempat ini.

Ah, pohon! Benar! Sulur itu akan dihalangi oleh pohon yang tumbuh dari dalam ruangan. Akan tetapi, aku tidak bisa melakukannya. Tanganku sama sekali sulit menjangkau tanah. Jika menumbuhkan seluruh sulur yang mengikat, semua sulur itu akan membesar dan aku semakin sulit untuk bebas. Benar-benar situasi yang sulit.

Sulur-sulur yang mengikat semakin banyak. Kakiku kehilangan keseimbangan, membuat terjatuh hingga telungkup. Seluruh tubuhku kini ditutupi oleh sulur hijau berbulu tajam. Setidaknya, aku bisa menyentuh tanah karena terjatuh. Kesempatan yang bagus!

Aku menempelkan jari telunjuk yang tidak ditutupi sulur ke tanah penjara. Seperti yang kuduga, sebuah pohon kecil tumbuh. Hanya saja tidak bisa menjulang tinggi karena kuatnya sulur yang keluar akibat lantunan lagu tadi.

"Sial! Bulu-bulu ini sangat menyiksa!" Hanya ada satu kesempatan. Aku harus menumbuhkan pohon besar untuk selamat.

Kusentuh pohon kecil yang tadi berhasil kutumbuhkan. Seketika itu, pohon yang kusentuh membesar hingga mencapai langit-langit penjara. Semua sulur yang muncul terputus karena akar pohon yang tumbuh membesar. Kupanjat pohon yang baru saja tumbuh akibat kekuatanku untuk menghindari sulur yang menyakitkan.

Dryad, entah apa alasan mereka menginginkanku. Bahkan mereka menyakiti kaum mereka sendiri demi tujuan itu. Ratu Dryad, kau tidak sayang pada semua rakyatmu? Ada seorang Dryad yang tertidur lemah di bawah sana. Sedangkan kau duduk dengan nyaman di singgasana.

Setelah putusnya sulur-sulur yang muncul dari tanah, perlahan benda hijau berduri tajam itu menghilang. Ruangan ini kembali seperti semula yang beralaskan tanah lembab. Aku turun ke dekat lilin yang padam tempat nenek Dryopea tertidur untuk memeriksa keadaannya.

"Nek, apa kau baik-baik saja?" Aku menyentuh tubuh hijau nenek dari kaum Dryad itu. Banyak duri-duri tajam menempel di tubuhnya. Sudah pasti menyakitkan. Sebaiknya kubantu dia.

Kucabut satu persatu duri yang menempel di tubuh Nenek Dryopea perlahan. Jangan sampai aku yang terkena duri itu, sungguh duri dari sulur membuat badan panas dingin seperti meriang.

Eh? Bukannya aku juga tadi terkena duri dari sulur yang muncul ya? Kenapa semua duri itu hilang dari tubuhku tanpa dicabut?

Sama seperti nenek Dryopea, seluruh tubuhku dililit oleh sulur-sulur yang muncul dari dalam tanah. Aku berhasil menghalau dengan cara menumbuhkan sebuah pohon hingga semua sulur itu putus dan hilang dengan sendirinya. Apakah itu ada hubungannya dengan kekuatan penumbuh tanaman milikku?

Sepertinya itu layak dicoba.

Kutempelkan tanganku ke punggung sang nenek berambut hijau. Lebih tepatnya ke duri yang menempel di tubuhnya. Duri-duri itu kembali menusuk, tapi kutahan sebentar demi menolong nenek.

Kumohon berhasillah!

Tak lama kemudian, duri-duri yang menempel pada tubuh nenek Dryad itu berubah menjadi dedaunan. Semua daun itu kemudian menguning, lalu berjatuhan ke tanah. Sungguh kekuatan yang tidak bisa diduga.

"Waahh, ternyata kekuatanku berguna juga!" Aku berteriak senang karena percobaan ini berhasil. Tidak seperti di rumah, kekuatan penumbuh tanaman selalu membawa kekacauan setiap kali aku menyentuh tanah. Setidaknya hari ini ada satu orang yang terbantu.

"Enghh…."

Apa? Bahkan Nenek Dryopea yang kehabisan energi juga kembali bangun?

"Nenek? Apa nenek baik-baik saja?" Aku menatap wajah yang mulai memiliki kerutan. Mata hijaunya lebih terang dari sebelumnya. Begitu juga dengan energi yang memancar dari tubuh sang nenek.

"Terima kasih telah memberikan energi padaku, Nak." Ia tersenyum lebar, balas menatap wajahku. "Bahkan dalam penjara ini kekuatanmu tidak berkurang sedikitpun."

"Aku hanya khawatir kau akan terluka, Nek." Aku menjawab dengan jujur. Untungnya kekuatan milikku berguna di saat seperti sekarang.

"Seperti yang bisa diharapkan dari pohon oak penuh kebijaksanaan dan bintang penerang bagi yang membutuhkan bantuan."

Aku tertawa mendengar ucapan sang nenek. Sadar bahwa aku tidak seperti apa yang dikatakannya. "Aku tidak bijak sama sekali, Nek. Aku konyol dan memiliki kekuatan aneh dalam tubuh."

"Kau tahu, Nak?" Nenek Dryopea bertanya. "Dryad yang taat dan melindungi kehidupan akan mendapatkan berkah dari dewi para pemburu sekaligus dewi pujaan kaum nimfa, Dewi Artemis?"

"Aku bukanlah seorang Dryad, Nek." Dari fisik saja jelas aku sangat berbeda dengan para Dryad. Aku bertubuh normal dengan kulit kuning langsat dan rambut coklat muda yang ikal. Sedangkan para Dryad, keseluruhan tubuhnya berwarna hijau yang berbeda di setiap bagian tubuh. Bukan, aku jelas bukan seorang Dryad.

"Darah seorang Dryad jelas mengalir di pembuluh darahmu, Nak. Jangan menyangkal hal itu." Aku memang memiliki kekuatan untuk menumbuhkan tanaman, tapi apa hanya itu yang bisa membuatku dikatakan sebagai seorang Dryad? Selama di penjara ini, aku tidak merasa kelelahan akibat kehilangan tenaga. Hanya lapar dan haus saja. Sedangkan Nenek Dryopea terbaring lemas selama dua hari ini.

"Ayahku seorang manusia, tidak mungkin darah Dryad mengalir di tubuhku?"

"Bagaimana dengan ibumu? Apa kau tahu siapa ibumu, Nak?" Pertanyaan itu sungguh menohok. Aku tidak mengenal siapa orang yang telah melahirkanku. Tidak ada satupun foto ataupun video di rumahku dimana ada seorang wanita bertubuh hijau bersama dengan ayahku. Bahkan tidak ada juga wanita normal berfoto dengan ayahku. Namun, sang nenek dengan pasti menyebutkan bahwa aku adalah seorang Dryad dan darah Dryad mengalir di tubuhku.

"Jika nenek yakin, apakah nenek mengetahui siapa ibuku?" Aku kembali bertanya. Nenek Dryopea terdiam. Dia tidak menjawab.

"Bahkan nenek yang merupakan Dryad juga tidak mengetahui siapa ibuku, kan?"

"Aku tahu, aku tahu dengan jelas siapa ibumu, Nak Dryas." Nenek Dryopea menjawab pertanyaanku setelah terdiam sejenak. "Ah tidak, bukan Dryas. Nak Drie."

Bahkan ia mengetahui nama panggilanku?

"Bagaimana nenek bisa tahu?" Aku bertanya pada sang nenek dari kaum Dryad itu. "Bahkan bisa mengetahui nama panggilanku yang hanya diketahui oleh orang terdekatku?"

"Kau ingin tahu hal itu?" Aku mengangguk saya ditanya nenek Dryopea. "Ada suatu hal yang kau harus lakukan, Nak."

"Apa itu?" Aku bertanya.

"Kaburlah dari sini, belajar untuk menjadi lebih kuat, dan tolonglah dia dari kurungan orang jahat."

Baiklah, demi ibuku, akan kulakukan itu semua. Tunggu aku, Ibu.

_________________________________

Bagi yang penasaran kelanjutan DTHD, kalian bisa capcus ke akun Bestory dan Karyakarsa dengan nickname yang sama ya. Silahkan cari cerita dengan judul yang sama yaa. Di sana udah up ampe bab 24, gratis dari bab 1 sampe 5. Untuk bab seterusnya berbayar ya. Di KK, per-babnya 2k aja. Kalo di Bestory, 1,5k. Selamat membaca, semuanya!😁🤗

Bogor, Senin 24 Juli 2023

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro