Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 37 "The Queen's Soldiers"

Cahaya bulan menembus celah di langit-langit ruangan yang terbuat dari kayu ini. Jutaan bintang bersinar terang bersamaan kini jelas terlihat setelah celah besar berhasil dibuat. Sebuah gundukan tanah menjadi hasil dari usaha yang dilakukan, merusak penjara dengan energi Dryad yang membusukkan.

Apa yang kemarin pagi Ibu katakan tidak bisa kutolak. Sang ratu ingin menebus kesalahannya, menyembuhkan orang yang puluhan tahun lalu telah dikutuknya. Apalagi korban kutukan itu adalah ayah dari temanku, Thias. Aku tidak akan membiarkan dia mengalami hal yang sama dengan yang kualami.

"Terima kasih, Nak, karena kau sudah mau memenuhi permintaan Ibu." Sebuah belaian lembut membuatku terdiam sejenak. Tangan dingin dan halus miliknya yang selama ini tidak pernah kupegang benar-benar memuaskan rasa haus akan cinta. Inilah yang seumur hidupku nantikan, kasih sayang seorang ibu.

Aku menoleh ke kiri, menatap wajah orang yang tersenyum dengan matanya yang berlinang air. "Tidak ada satupun permintaan Ibu yang bisa kutolak."

Ya, dia adalah satu-satunya orang tuaku yang masih hidup. Tidak akan kubiarkan sesuatu yang buruk menimpanya. Tidak akan kubiarkan sesuatu yang telah terjadi kepada Ayah dialami oleh Ibu. Dia sudah mengalami banyak kesulitan dan kemalangan, sekarang giliranku untuk menggantikan Ayah demi melindunginya.

"Kau lebih dewasa dari yang Ibu bayangkan." Dia kembali mengelus kepalaku pelan. "Seandainya Darius ada di sini, dia pasti bangga."

Ayah, orang yang mencintai keluarganya lebih dari apapun. Di balik wajahnya yang datar, tersembunyi cinta yang begitu besar.

"Sekarang, kita pergi ke penjara pohon yang lain." Ibu berkata sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Pepohonan hitam dan kelabu yang mungkin sama besarnya dengan pohon yang mengurung kami tumbuh menjulang. Entah semua pohon itu berisi tahanan atau tidak, tapi tidak ada suara sedikitpun dari sekitar.

"Untuk apa?" tanyaku.

"Kita harus membebaskan anak buahku yang masih dalam kurungan sebagai bala bantuan."

Aku mengerti. Ratu Erudyne pasti sudah menyiapkan segala sesuatu untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Orang yang saat ini merebut kekuasaan Hutan Dryad itu pasti telah menyiapkan ritual pemisahan roh dan mengerahkan pasukan terbaiknya untuk berjaga. Lagipula, perang masih terjadi di kawasan perbatasan Hutan Dryad dan Pegunungan Oread. Untuk menyembuhkan Raja Agathius pasti sulit karena harus melewati medan perang terlebih dahulu.

"Dimana mereka berada?" Aku kembali bertanya. Kawasan penjara pohon ini cukup luas dan kami tidak mungkin memeriksanya satu persatu. Apalagi saat ini adalah dini hari yang gelap. Hanya cahaya bulan yang mulai redup yang menerangi jalan ditambah beberapa lentera remang-remang.

"Ada di utara tempat ini." Ibu menjawab.

Kami berdua melangkahkan kaki ke luar tempat yang telah kulubangi. Semak-semak di sekitar saling bergesekan saat aku dan Ibu melewati tumbuhan itu, menimbulkan suara yang keras di keheningan malam menjelang pagi.

"Hei! Siapa di sana?!"

Baru beberapa langkah berjalan, suara teriakan seseorang membuat kami berdua terdiam. Seorang wanita yang mengenakan kain chiton hijau yang menutupi bahu hingga ujung kaki berada di depan kami dengan terpaut jarak beberapa pohon yang menghalangi. Tangan yang tak terbalut kain sudah diselimuti aura hijau yang agak pekat. Dia berlari ke arah kami berdua.

"Jangan sampai dia memanggil penjaga lain." Ibu berbisik di telingaku.

Benar juga, jika para penjaga tahu bahwa ada tahanan yang kabur, kami akan kesulitan. Saat itu juga kulayangkan sulur hijau untuk menjerat wanita yang merupakan penjaga penjara itu. Kaki dan tangannya terikat, mulutnya tertutup oleh sulur hijau penuh daun.

"Syukurlah dia mudah dilumpuhkan." Aku mengembuskan napas. Latihanku selama ini tidak percuma. Melumpuhkan seseorang hanya dalam waktu beberapa detik kini bisa kulakukan.

"Kita harus cepat membebaskan mereka sebelum fajar, Nak." Ibu mengangkat sedikit kain yang menjuntai hingga ke kakinya untuk memudahkan saat berjalan. Dia berjalan cepat mendahuluiku.

***

Kami melanjutkan perjalanan ke utara, ke tempat anak buah Ibu dikurung. Hanya ada beberapa penjaga saja yang kami temukan saat di perjalanan. Untuk ukuran penjagaan musuh paling kuat dari Ratu Dryad yang sedang memimpin, jelas ini sangat lemah. Jika Ibu mau, mungkin saja dia akan langsung menghancurkan semua penjara di sini. Hutan Dryad dipimpin oleh seorang ratu yang ceroboh.

"Ibu tidak bisa melakukannya, Nak." Orang yang berada di depanku berkata, kembali membaca pikiranku. "Ritual Pemisahan Roh sudah dilakukan dan itu memperlemah kekuatan Ibu. Lagipula, seorang Dryad murni tidak bisa menghancurkan pohon yang memiliki sedikit bagian dari Pohon Utama."

"Ehehe, aku hanya bercanda." ucapku sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Bagaimana bisa aku lupa? Orang yang menjebol penjara adalah aku, bukan dia.

Tak lama setelah berjalan, aku dan Ibu sampai di utara kawasan penjara pohon di Hutan Dryad. Beberapa lentera dipasang di dahan-dahan pohon, menjadi penerangan di tempat yang gelap. Delapan wanita Dryad penjaga menjaga empat pohon yang diterangi lebih banyak lentera daripada pohon lain. Seketika itu, Ibu menarikku ke belakang sebuah pohon hingga pemandangan kedelapan Dryad penjaga terhalangi.

"Jangan berisik. Mereka adalah pasukan khusus dari adikku." Ibu berkata sambil menempelkan telunjuknya ke bibir. "Jika mereka menemukan kita, akan banyak masalah yang muncul."

Aku mengangguk.

"Semua penjara di semua arah mata angin berada di bawah tanah kecuali penjara di bagian tengah kawasan ini." Ibu kembali berkata. "Itu akan mempersulit kita."

Sial. Jika tidak ada para penjaga, membebaskan mereka akan jauh lebih mudah.

Aha! Aku punya ide! Bagaimana jika aku membusukkan beberapa sulur lalu ditempelkan ke pohon yang dijaga mereka?

Itu ide yang buruk, Nak. Mereka akan menyadari keberadaan kita.

Suara orang yang berada di sampingku itu terngiang di kepala. Namun bibir dari sang perempuan tidak bergerak. Dia melakukan telepati.

Lalu apa yang harus kulakukan? Aku bertanya pada diriku sendiri, yang pasti akan terbaca oleh ibuku.

Ibu akan menghadapi mereka di depan. Kau bebaskanlah orang yang terkurung dan sembuhkan mereka. Ibu tidak yakin bisa menghadapi pasukan khusus dengan kekuatan Ibu sekarang.

Aku mengangguk.

Ibu berjalan pelan keluar dari persembunyian. Para Dryad penjaga seketika waspada dengan kemunculan Ibu yang tiba-tiba. Mereka langsung mengeluarkan aura kehijauan yang pekat. Berbeda dengan Ibu, dia hanya mengeluarkan beberapa sulur dari tangannya.

Pertarungan sengit terjadi dalam hitungan detik. Puluhan bola energi diluncurkan oleh Dryad wanita penjaga penjara pohon. Namun Ibu menghindari serangan itu dengan mudah. Sebagian penjaga bergerak cepat dengan mengalirkan energi mereka ke kaki dan tangan, mungkin mencoba pertarungan jarak dekat. Ibu mulai menggerakkan sulur-sulurnya demi menghindar dari serangan jarak dekat.

Cepat temukan mereka, Nak.

Pertarungan yang memanas kujadikan kesempatan untuk membebaskan Dryad yang terkurung di penjara. Bola-bola yang terbuat dari energi hitam pekat kuluncurkan ke arah beberapa pohon yang diterangi lentera yang dijaga oleh para Dryad, membuat tanaman penghasil oksigen itu berlubang.

Sulur-sulur hijau merambat ke arah lima pohon yang telah berlubang. Setiap ujung dari sulur terhubung dengan jari tanganku, sedangkan ujung yang lainnya akan mencari seseorang untuk diikat. Ini sudah kulakukan bersama Ibu di penjara, tapi tidak di saat gelap dan target yang tidak terlihat. Apakah aku akan berhasil?

Ah, lebih baik kualirkan dulu energi ke setiap sulur. Bisa saja kali ini aku berhasil seperti biasanya.

"Ayolah! Kumohon berhasil!" Sinar kehijauan yang lebih terang dari lentera yang menyala membuat pemandangan di bawah terlihat jelas.  Seorang wanita berambut hijau yang sebagiannya mulai beruban meringkuk di tanah. Perlahan tubuhnya dibaluti energi hijau dari sulurku yang sudah turun ke tempatnya dikurung.

"Tidak akan kami biarkan kau membebaskan mereka!"

Sebuah hantaman keras membuatku kehilangan keseimbangan. Aku jatuh terpental, menabrak pohon di belakang hingga salah satu dahannya patah. Darah mengalir dari punggung, membawa rasa nyeri akibat serangan mendadak seorang Dryad musuh yang telah berdiri di depanku. Sulur yang telah dialiri oleh energiku habis tidak lagi bercahaya hijau. Tidak ada satupun dari mereka yang berhasil kuselamatkan.

Sial! Padahal tinggal sedikit lagi!

"Jangan biarkan Yang Mulia Ratu dan Pangeran Drie terluka!" Seruan lantang menggema di bagian utara kawasan penjara. Puluhan sulur dan beberapa pohon besar tumbuh secara bersamaan, mengurungku di dalam jajaran pohon. Suara erangan pelan seorang wanita tertangkap telinga, diikuti jeritan yang lebih keras.

Apa yang terjadi?

Seorang Dryad tua yang rambutnya mulai memutih muncul di depanku. Kedua tangannya diselimuti cahaya hijau yang lembut yang lalu ditempelkan ke dadaku. Semua rasa sakit akibat menabrak pohon tadi perlahan menghilang.

"Terima kasih sudah membebaskan kami, Nak Drie."

_______________________________

Bogor, Selasa 05 Maret 2024

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro