Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1 "The Lonely Boy"

Orang berkata bahwa pohon adalah penunjang kehidupan manusia. Aku setuju akan hal itu. Mereka juga berkata bahwa pepohonan di hutan sangat penting, dan aku sangat setuju mengenai itu. Namun apa yang terjadi di dunia sekarang? Mereka membabat habis semua pohon itu demi kebutuhan yang 'dianggap' lebih penting dari kehidupan umat manusia.

Begitulah kisah awal kebencian Dryad— makhluk fantasi penjaga hutan— terhadap manusia. Ayahku pernah berkata bahwa setiap Dryad lahir dari biji pohon dan tumbuh sesuai umur pohon kelahiran mereka. Dryad sangat menjaga kehidupan pohon sama seperti menjaga diri mereka sendiri. Sekarang aku akan bertanya pada kalian semua, apa yang akan kalian lakukan jika seseorang yang kalian cintai dilukai? Tentu saja kalian akan menjaga mereka—

"Hei, Kutu Buku! Lebih baik kau turun dari pohon dan bantu aku!" Seseorang dengan suara yang cukup familiar berteriak dari bawah. Kuintip dia melalui celah dedaunan yang renggang, seorang remaja berambut hitam sebaya denganku sedang membawa sebuah buku berjilid tebal dan beberapa buku tulis.

"Ya, ya. Tunggu sebentar, Dam." Dia Damian, satu-satunya orang yang dengan tulus menemaniku dan tidak terpengaruh rumor buruk. Aku menuruni setiap dahan pohon hati-hati, jangan sampai terjatuh dari ketinggian lima belas meter dari tanah dan berakhir dengan cedera konyol. Seseorang akan tertawa jika itu terjadi. Setelah beberapa saat, akhirnya kedua kakiku menapak ke tanah dengan selamat.

Ini adalah pohon favoritku diantara semua pohon, pohon oak atau drys dalam bahasaku. Pohon tinggi dan penuh cabang, sangat cocok untuk bersantai dan melihat pemandangan.

"Hei, Dryas. Entah kenapa akhir-akhir ini kau sering memanjat pohon oak itu?" Dam bertanya.

"Aku merasa seperti ada sebuah energi yang masuk ke tubuhku saat berada di dekat pohon." Aku berkata jujur pada satu-satunya orang yang tidak menjauhiku di sekolah itu. Setiap aku berada dekat dengan sebuah pohon terutama pohon oak, tubuhku seakan mendapatkan kekuatan asing yang menyegarkan. Energinya memulihkan tenaga yang hilang, menimbulkan rasa nyaman seakan berbaring di ranjang dengan AC yang menyala.

"Kau sepertinya terlalu sering membaca novel fantasi." Damian tertawa, memperlihatkan jajaran gigi putih alami miliknya.

"Bukankah aku itu seorang kutu buku?" Aku melontarkan pertanyaan sambil tertawa. "Kau pun memanggilku begitu."

"Baiklah jika begitu." Damian membuka buku tulis bersampul pohon oak berwarna hijau— bukuku, dan menyodorkan sebuah pulpen. "Tulislah imajinasimu di buku ini. Kita memiliki tugas mengenai pohon di hutan."

"Of course, My Lord." Aku meletakkan tangan di dada, melakukan salam hormat para ksatria kepada raja di film-film fantasi kerajaan. Damian yang melihatku sedang berpose langsung melemparkan sebuah buku bersampul tebal yang tadi ia bawa. Tepat sasaran, mengenai kepalaku.

"Aduh!" Sebuah benjolan muncul di pelipis. Dia benar-benar tega melakukannya.

"Lebih baik kita segera menyelesaikannya daripada terkena amukan Mr. Alex." Senyum ramahnya hilang saat menyebut nama itu. Mr. Alex, guru biologi kami yang super kejam dan tidak mengampuni siapapun yang tidak mengerjakan PR darinya.

"Long live King Damian." Percakapan kami berakhir dengan candaan pujian para prajurit kepada raja mereka, tentu saja anak bermata coklat itu menjadi tersipu saat kupanggil sebagai raja.

Damian membuka buku tebal yang tadi ia lemparkan, kemudian membuka halaman pertama dari buku dengan judul "Pohon Induk Kehidupan". Ia menulis di buku bersampul coklat muda miliknya. Dia sungguh anak yang rajin belajar dan sangat termotivasi.

Aku membuka buku catatanku. Kulepas penutup pulpen pemberian Dam lalu mulai menulis apa yang ada di pikiranku mengenai pohon. Sesekali aku mencatat sebagian yang ada di buku yang dibaca sahabatku agar catatan milikku tidak seperti sebuah novel fantasi yang penuh imajinasi.

Tugas kali ini hanyalah mencatat tentang pendapat mengenai alam. Dengan senang hati aku menulis kisah yang dulu pernah Ayah ceritakan padaku, kisah mengenai Dryad dan para manusia.

***

Mr. Alex sudah keluar dari kelas beberapa menit yang lalu, selesai mengajar mata pelajaran biologi.

"Tugas mencatat tentang pohon, kalian kumpulkan di ruanganku setelah ini. Aku tidak akan mengasihani siapapun yang tidak mengumpulkan." Begitulah perkataan guru pemarah dan kejam itu. Untungnya aku sudah siap dan telah kuserahkan buku catatanku ke ketua kelas kami. Sayangnya sebelum aku kembali, orang yang menyebarkan rumor buruk tentangku mengambilnya.

"Dryas Altair, nama yang bagus." Luke, remaja berambut pirang asal Inggris, membaca nama lengkapku dengan keras.

"Hei! Kembalikan bukuku!" Aku mencoba untuk meraih buku yang diambil Luke, tapi kalah cepat dengan tangan panjangnya. Ia mengangkat tinggi-tinggi bukuku hingga sulit untuk diambil.

"Biarkan aku membaca tulisanmu." Ia menyikutku hingga aku terpental jatuh ke lantai. Beberapa detik itu dimanfaatkan dengan baik olehnya untuk membuka lembaran buku biologi itu.

"Setiap pohon dihuni oleh Dryad, makhluk fantasi penjaga hutan." Ia membaca paragraf pertama dari catatanku tentang pohon. "Hei, apa kau sedang bermimpi?" Luke bertanya dengan nada menghina, menertawakan hal yang ia baca. Semua teman sekelasku ikut tertawa bersamanya, kecuali Damian yang sudah mengumpulkan bukunya tadi.

"Tolong kembalikan bukuku, Luke." Aku bangkit, bersiap sekuat tenaga untuk membuat Luke melepaskan buku itu. Namun ia sudah dikerumuni teman-teman sekelasku.

"Hei dengarlah!" Luke berteriak. "Dryad tidak akan membiarkan manusia melukai pohon kelahirannya. Karena dari itulah mereka hidup. Seperti pohon biasa yang melindungi akarnya dengan dedaunan dan batang yang besar."

"Dasar pecandu kisah fantasi." Seseorang menyahut teriakan Luke.

"Tidak masuk akal." Yang lainnya menanggapi.

"Biar kulanjutkan." Luke menarik napas sejenak, kemudian ia berteriak lantang. "Dryad adalah monster yang kejam jika ia mengamuk!"

"Dryas dan Dryad, bukankah  itu mirip?"

"Seorang monster menulis tentang monster juga!"

"Apa yang bisa kauharapkan dari orang aneh seperti dia?"

"Muka polosnya jelas menyembunyikan sesuatu."

Inilah hari-hari biasa yang harus kualami. Hanya karena rumor itu, hanya karena pohon oak di belakang sekolah yang tumbuh dalam waktu semalam. Semua itu terjadi hanya karena satu hal, kekuatan aneh yang kumiliki.

***

Langit berubah menjadi oranye, tanda sebentar lagi malam akan tiba. Jalanan masih ramai dengan kendaraan yang lalu lalang, tapi tidak sepadat akhir pekan. Setidaknya mereka bisa membuatku tidak ketakutan saat berjalan sendiri menuju rumah.

Aku mendorong pintu pagar kayu setinggi perut, membuat engsel besi yang berkarat itu berdecit. Kubuka pintu rumahku yang terbuat dari kayu dan tidak dicat. Sebelum masuk, aku melepas snickers yang kupakai dan menaruhnya di rak.

"Ayah, aku pulang." Tidak ada sahutan, tentu saja. Ayah jarang pulang sore, lebih sering pulang larut malam karena sibuk bekerja.

Aku beranjak ke kamarku di lantai atas. Kulepaskan seragam sekolah, menggantinya dengan kaus putih polos dan celana pendek. Sekarang adalah waktunya untuk mengecek kesayanganku, tanaman yang tumbuh di halaman belakang rumah.

Jajaran berbagai jenis tanaman menyambutku. Bunga-bungaan, beragam jenis sayur dan buah tumbuh di halaman belakang rumah yang berukuran sepuluh meter persegi. Tak lupa, sebelum menyentuh mereka semua, aku mengenakan sarung tangan agar hal buruk tidak terjadi.

"Mawar merah, lebih wangi daripada bau badanku." Ah, harumnya sangat menyegarkan. Bunga yang kutanam beberapa bulan lalu kini sudah rimbun dan penuh dengan bunga merah bermekaran tak terkecuali dengan duri-duri tajam mereka.

Aku memotong sekuntum mawar dengan tangan langsung. Bahkan meski dengan sarung tangan, dirinya masih bisa menembus ke kulit. Betapa cerobohnya aku.

Aku beralih ke wortel yang kini sudah mulai mencuat dari tanah, memperlihatkan warna oranye yang segar. Sepertinya tidak apa-apa jika mengambil sebiji.

Ini semua adalah tanaman yang kutanam sendiri tanpa bantuan dari Ayah. Dengan ini, aku bisa menolong beberapa orang yang membutuhkan sayuran untuk memasak. Dengan adanya kebun sayur ini, kami tidak perlu lagi berbelanja ke toko.

Oh tidak, sepertinya aku lupa akan satu hal. Kulitku tidak boleh menyentuh tanah secara langsung, atau tidak … sebuah tanaman akan tumbuh dan langsung membesar. Sekarang, sudah tumbuh wortel berukuran raksasa yang keseluruhannya mencuat dari tanah. Semuanya merembet ke tanaman tomat yang kini buahnya sudah sebesar bola basket.

"Karena kekuatan ini aku dijauhi semuanya!"

Mengapa semua ini harus terjadi?!


To Be Continued

_____________________________________


Halo, semuanya! Masih inget ama aku, 'kan?

Kali ini, aku nulis cerita baru sekaligus projek dari jurusan Fantasy TheWWG dengan tema mitologi. Cerita ini kuberi judul "Dryas The Half Dryad", menceritakan tentang seorang anak bernama Dryas, yang memiliki kekuatan penumbuh tanaman.

Oh iya. Bagi yang penasaran kelanjutannya, kalian bisa capcus ke akun Bestory dan Karyakarsa dengan nickname yang sama ya. Silahkan cari cerita dengan judul yang sama yaa. Di sana udah up ampe bab 21, gratis dari bab 1 sampe 5. Untuk bab seterusnya berbayar ya. Di KK, per-babnya 2k aja. Kalo di Bestory, 1,5k. Selamat membaca, semuanya!😁🤗

Bogor, Senin 17 Juli 2023

Ikaann

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro