6
Bella masih setia menunggu seseorang untuk memanggilnya. Dari tadi, Bella hanya bulak-balik tanpa tujuan. Namun, ia masih enggan memakai sepatunya. Hari pun sudah mulai sore. Sebentar lagi matahari akan terbenam.
Dan yap, selama itulah Bella menunggu. Tak lama setelah itu, Bella mendengar ketukan pintu. Membuatnya dengan cepat memakai sepatu dan langsung membuka pintu.
"R-Rash?" Bella fikir, yang mengetuk adalah Sean. Atau mungki Reina.
"Sean menunggumu diluar" jelas Rash.
Bella ragu. Reina bilang, tidak boleh keluar, kecuali Sean yang mengajak. Tapi sekarang, Rash bilang Sean menunggunya. Apakah Bella harus keluar? Atau tidak?
"Ini murni permintaan Sean. Aku tidak mengarang. Lagipula, kenapa pula Reina melarangmu? Ayo cepat" Rash mengulurnya tangannya kearah Bella.
Akhirnya, Bella memutuskan untuk mengikuti Rash. Ia menggapai tangan Rash dan berjalan disamping Rash.
"Bel.. kau, suka tomat?" Tanya Rash tiba-tiba.
Bella mengernyit heran, "Eh? Kenapa bertanya?"
"Hanya ingin" jawab Rash singkat.
"Hmm.. aku belum pernah mencoba memakan tomat secara langsung. Tapi setahuku, jus tomat sangat tidak enak. K-kata adiku sih" jelas Bella.
Rash tersenyum simpul, 'bagus!' "Kalau tidak salah, Milea memesan jus tomat. Kami menyukainya jadi disediakan dalam jumlah banyak. Jadi kuberitahu, jangan mengambil minumam berwarna merah. Okay?"
Bella hanya mengangguk pasrah. Akhirnya mereka sampai didepan pintu besar. Yang difikiran Bella bahwa ini adalah Ballroom atau ruang dansa. Bella menelan ludah dengan kasar. Ia gugup.
"Ingat pesan Reina tentang kau adalah sumber Sean. Malah kalau bisa, sebisa mungkin tak usah berinteraksi dengan mereka. Mereka menyebalkan" ucapan Rash membuat Bella tertawa kecil.
Lalu Sean muncul. Dengan pakaian seperti pangeran kerajaan. Eh, memang dia pangeran.
Rambut merahnya ditata rapih. Pakaian berwarna putih dengan warna emas sebagai hiasan. Menambah kesan elegan. Lalu Bella tersadar. Pantas saja. Pakaian Sean Putih-Emas dan pakaian Bella Hitam-Emas. Dan itu mungkin alasan mengapa Haruto menyuruh Bella memakai pakaian pemberian Sean. Mungkin Sean memang sengaja membeli sepasang?
Milea juga berada dibelakang Sean. Begitupun Reina, Kiera dan Haruto.
Mereka semua terlihat sangat anggun. Walau pakaian mereka sehari-hari juga gaun, tapi gaun yang ini sedikit berbeda. Lebih, indah.
Sean berdiri didepan pintu persis. Dan yang lain berbaris.
"Kau berdiri disebelah Sean. Jangan lupa menggandeng Sean ya!" Perintah Milea. Bella sedikit terkejut. Haruskah?
Bella berjalan ke arah Sean dan berdiri disebelahnya. Keringat dingin menjalar. Ia gugup.
"M-maaf" bisik Bella. Ia meraih tangan kiri Sean dan menggandengnya. Sean hanya menatap Bella sekilas.
"Aneh.." ucap Sean.
"Hm?"
"Wangimu"
Wajah Bella langsung memerah. 'S-sebentar.. wangi? A-aku harus merespon apa? L-lagi pula, minyak wangi yang kupakai juga tidak terlalu tercium. A-apakah wanginya aneh?'
Akhirnya Bella hanya diam.
Tak lama setelah itu, Pintu dibuka. Menampilkan ruang dansa yang didekor mewah. Sangat mewah. Banyak orang berkumpul disana. Semua perhatian langsung teralih kearah ujung tangga. Bella semakin deg-degan saat mendapati beberapa orang menatapnya aneh.
Ada yang kagum dan ada yang mencemooh. Yang pasti, beberapa Wanita kepergok menatap Bella dengan benci. Dan yang pria menatap Bella dengan kagum. Memang. Bella cantik. Tak dapat ditolak siapapun.
Sean langsung membimbing Bella menuruni tangga. Bella mengangkat sedikit gaunnya agar memberikan ruang untuk berjalan. Karena sangat tidak lucu jika ia terjatuh ditangga, bukan?
"Tenang.. jangan gugup" bisik Sean yang hanya diangguki Bella.
'Kalau hanya bicara, aku juga bisa!'
Sesampainya mereka dibawah, pesta langsung dimulai. Ada yang berdansa, ada yang menikmati hidangan. Yang jelas, mereka mengambil gelas yang berisi cairan merah. Membuat Bella sedikit penasaran.
"Jangan mencoba minum kalau tak suka" ucap Milea mengingatkan.
Bella memang masih penasaran dengan mereka. Soal sejarah, penampilan dan minuman itu. Soal keturunan kerajaan, soal pakaian mereka yang terlihat bangsawan (padahal mereka memang bangsawan) dan soal kulit pucat mereka. Sedikit terlintas di fikiran Bella, apakah jus tomat itu yang membuat kulit mereka pucat dan dingin?
"Aku permisi sebentar" ucap Sean meninggalkan Bella. Ia juga menyingkirkan lengan Bella yang mengait di lengannya. Membuat Bella sedikit malu dan ingin menggali kuburannya sendiri. Bagaimana mungkin ia tak sadar kalau tangannya masih menggandeng tangan Sean barusan?
"K-kemana yang lain?" Tanya Bella pada Milea.
"Sepertinya Rash menarik kiera untuk dansa. Reina mengambil makanan dan Haruto pergi keluar. Haruto tak suka pesta dan dia membenci para bangsawan" jelas Milea.
Lalu Bella melihat kesekeliling. Banyak yang sedang bergossip ria dan tertawa, ada juga yang dengan anggunnya duduk dan menatap rendah orang lain. Seakan dialah yang paling tinggi derajatnya. Ada juga yang sibuk menggoda wanita. Membuat Bella sedikit teringat akan sesuatu.
"A-aku juga izin keluar" izin Bella pada Milea.
"Perlukah ku temani?" Tanya Milea.
Bella menggeleng pelan, "tak apa.. aku hanya belum terbiasa dengan pesta mewah" Bella pun langsung berjalan kearah pintu kaca yang Bella yakini itu menuju kearah taman.
Sekarang Bella mengerti kenapa Haruto membenci pesta dan bangsawan. Suasana pesta ini sangat membuatnya tak nyaman. Suara musik yang memang lembut dan enak didengar, namun perilaku para bangsawan itu sangat tidak enak dipandang.
'Mentang-mentang bangsawan, berperilaku seenaknya' batin Bella.
"Mereka memang suka berperilaku seenaknya" ucap seseorang. Membuat Bella sedikit terkejut karena kedatangannya yang tiba-tiba. Dan lagi..
'D-dia membaca pikiranku?'
"Hmm.. bisa dibilang begitu" jawabnya.
Bella tak berkutik. Tak ada satu katapun yang terucap. Ia tak tau harus berbicara apa.
"Oh, perkenalkan.." ia meletakkan tangan kanannya diatas dada dan membungkuk, "perkenalkan, namaku Rick Neidern. Senang bertemu denganmu, sweetheart~♡ "
Rick sedikit berjongkok dan meraih tangan Bella. Kemudian mengecup punggung tangan Bella. Bella hanya bisa mematung dan diam.
"Siapa namamu?" Tanya Rick.
'T-tunggu haruskah aku jawab? D-dia terlihat tipe-tipe yang menakutkan'
"Jawab dong.. kau tak perlu takut juga, aku takkan menggigitmu" jelas Rick.
Bella juga tidak takut digigit. Dan kenapa bercandanya harus pakai kata menggigit? Bella bukan anak kecil yang takut apabila ditakuti dengan kata 'digigit'. Kecuali kalau dia pemakan manusia alias pemakan sejenis. Baru Bella takut.
"N-namaku Bella, dan tolong.. l-lepaskan tanganku" Bella menarik tangannya dari genggaman Rick.
Namun usahanya sia-sia. Rick malah menarik tangan Bella dan menggenggamnya erat. Kemudian menarik Bella ke pelukannya.
"L-Lepasin!!" Berontak Bella. Bella merasa tak nyaman. Ditambah dengan gelagat Rick yang aneh.
"Fufufu.. aneh.." bisik Rick ditelinga Bella. Membuatnya merinding.
Deru nafas Rick sedikit menggelitik permukaan leher Bella. Entah kenapa ia takut. Karena tiba-tiba saja ada hawa aneh. Hatinya pun gelisah. Seperti mengatakan bahwa ia dalam bahaya. Tapi bahaya apa?
"Sangat aneh.."
Bella berusaha berontak walau percuma. Tenaganya tidak ada apa-apanya dibanding tenaga Rick. Padahal mereka sama-sama manusia. Apa karena perbedaan kelamin?
"Kenapa wangimu mirip Sean?"
Bella terdiam. Mirip? Mirip bagaimana? Bella dan Sean memakai parfum dan sabun yang berbeda. Bagaimana bisa mirip?
"Kamu siapanya Sean? Kenapa Sean menerima keberadaanmu? Dibandingkan dengan adikku, kau tak ada apa-apanya" nada bicara Rick berubah. Menjadi lebih rendah dan terdengar.. putus asa?
Rick menjauhkan diri dari leher Bella lalu tersenyum sinis, "oh aku tahu.. pasti karena tubuhmu kan? Fisikmu memang sangat menggoda. Kuakui itu.. kau sangat cocok bila ku panggil j*langㅡ"
ㅡPlakkk
Bella reflek menampar Rick dengan kencang. Tangannya bergetar hebat saat mendengar umpatan kasar yang dilontarkan Rick untuknya. Setetes air mata lolos, namun dengan cepat ia hapus.
"A-aku bukan wanita murahan seperti itu! J-jangan seenaknya berbicara tanpa tahu apa-apa!" Bentak Bella.
Amarah Rick memuncak. Ia langsung mencekek Bella dan mengangkatnya keatas.
"kkh..k..h l-lep-as"
"BERANI KAU MENINGGIKAN NADA BICARAMU?! BERANI KAU MEMBENTAKKU?! AKU BANGSAWAN TERHORMAT! DAN KAU? HANYA MANUSIA SAMPAH! DASAR B*TCH! J*LANGㅡ"
ㅡBughhh
Satu tinjuan mendarat mulus di pipi Rick. Membuat Rick melepas cekikan dari leher Bella. Bella langsung jatuh terduduk. Nafasnya tersenggal-senggal. Ia memegang lehernya yang memerah. Bahkan bekas telapak tangan pun tercetak disana.
Ia menangis sesegukkan. Memikirkan bahwa ia bisa mati jika tak ada orang yang meninju pipi Rick. Sesekali ia juga terbatuk pelan akibat cekikan menyakitkan itu.
"S-Sean?" Panggil Bella.
Sean menatap tak suka. Iris matanya berwarna merah terang. Rambut merahnya tertiup angin yang tiba-tiba muncul. Seperti kobaran api yang menyala dimalam hari.
"Kau sudah keterlaluan!"
♡~♡
Hayoloh Sean marah.. tapi kurang serem yak? Yaudah lah yak.. kasian deh sama Bella :b
Regards,
BlueCat87
25.02.18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro