Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26

Kepala Bella kosong seketika.

Matanya hanya terfokus pada satu titik.

Tak memperdulikan werewolf yang sedang menyantap jantung haruto.

Matanya tetap memandang kearah satu titik.

Walau sekarang tubuh Haruto tidak lagi utuh seperti beberapa detik yang lalu.

Dunianya hancur dalam hitungan detik.

'Bangun..'

Dalam hatinya ia merapalkan segala ucapan yang terfikir olehnya.

'Bangun Haruto!!'

Tidak. Bahkan Bella pun tau bahwa laki-laki itu tak akan pernah terbangun. Ia hanya tak ingin tau tentang kenyataan pahit ini. Ia hanya ingin menganggap semuanya mimpi.

"HARUTO BANGUNN!!" Ia memukul tanah. Membuat tanah itu bergetar dan segala makhluk yang ada di sekitar Haruto terlempar seketika.

Bella bangkit dan menghampiri jasad Haruto yang sudah tak bernyawa. Kaki dan tangan Haruto sudah terkoyak. Ia tak peduli dan tak jijik.

Bella menganggkat kepala laki-laki itu dan meletakkannya diatas pahanya.

Sungguh.. air mata Bella sudah berjatuhan memenuhi wajah Haruto yang tampak tenang.

Bahkan diakhir hayatnya..

Haruto tersenyum bahagia. Seakan lepas dari beban yang telah ia pikul selama ini.

"Ha.. ruto.. b-bangun.." isak tangisnya semakin kencang tak kala mata itu sudah tak terbuka lagi.

Persetan dengan dada Haruto yang bolong dan darah yang merembas ke pakaiannya. Persetan dengan dirinya yang dikelilingi oleh musuh. Persetan dengan ledakan aneh saat ia memukul tanah. Persetan juga dengan kertas yang ditemukan Bella dalam saku celana Haruto.

"Wah wah kau benar-benar unik"

Bella menatap nyalang kearah Devon.

"Aduh jangan menatapku seperti itu dong manis. Ah.. sayang sekali kekasihmu harus mati tanpa ucapan selamat tinggal.."

Bella menggertakkan giginya, "BERANINYA KAU!!"

Dalam hitungan detik, tubuh Bella sudah ada dihadapan Devon. Tak memperdulikan apa yang barusan terjadi, Bella langsung mencekik leher Devon dan membantingnya ke tanah.

"Ghakk--"

Devon menyemburkan darah ketika Bella membantingnya. Bahkan tanah sekitar pun retak, membuat dhampire dan werewolf yang tersisa menatap ngeri.

Namun mereka juga tidak bisa tinggal diam saat pemimpin mereka diserang.

Dua orang werewolf setengah bertransformasi dan langsung menerjang ke arah Bella.

Bella pun menatap nyalang kearah mereka dan dalam sekali tatapan, tubuh werewolf itu membeku. Terkunci tak bisa bergerak. Kedua netra keemasan werewolf itu pun tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari netra ruby itu.

Sangat indah namun mematikan. Dan benar saja, tak lama setelah adegan tatap-tatapan itu, tubuh mereka berdua tergeletak tak bernafas.

Bella kembali menatap kearah Devon.

"Beraninya kau!! Beraninya kau membunuh Haruto?" Retakan tanah bertambah saat Bella 'memperdalam' cekikannya.

Devon tersenyum sinis, "u-ups.. kurasa.. waktu kita t-telah selesai"

Dan dalam secepat kilat beberapa Vampire datang. Membuat pikiran Bella teralihkan sejenak. Devon tak bisa membiarkan kesempatan itu dengan percuma. Ia segera melepaskan diri dan kabur.

Bella yang ingin mengejar langsung dicekal oleh tangan yang sangat dingin. Kemudian ia bisa merasakan tangan itu menutupi matanya. Sangat dingin namun bisa membuat tubuhnya berangsur rileks. Amarah meluap, kesedihannya menghilang hanya dengan satu sentuhan.

"Mimpi indah" bisik orang itu ditelinga Bella.

Ah, Bella tau suara siapa ini. Ketika Bella ingin bersuara, kesadarannya telah direnggut. Bersamaan dengan terkuncinya memori buruk.

"Baumu berubah."

~***~

Tak ada suasana duka bagi seorang pengkhianat. Itulah yang dikatan oleh Victoria saat mengetahui kematian Haruto.

Semua mengangguk setuju kecuali 2 vampire.

Rash dan Kiera.

Sepulangnya mereka dari istana, langsung menuju taman belakang. Tempat dimana peti Haruto tertanam. Tubuh Kiera langsung luruh. Tangisnya pecah tak kala menatap sebuah bingkai didepan batu berukir.

Sedangkan Rash memalingkan wajahnya. Tak membiarkan setetes air matapun terlihat.

Sudah tiada. Mau separah apapun mereka menangis, laki-laki itu tak akan terbangun.

Kiera tambah sedih saat mengingat tak akan ada lagi yang mengajaknya adu mulut. Konyol. Bahkan sesimpel itu ia akan merindukan sosok laki-laki yang telah mendiami hatinya.

Ya, Kiera memendam rasa suka. Walau kerjaannya dengan Haruto hanyalah adu mulut, itu sudah lebih dari cukup baginya.

"K-kenapa.." isaknya semakin deras saat mengingat bahwa kematian Haruto hanyalah sepele itu dimata para bangsawan.

"Kenapaa harus kamu?!!!" Kiera memukul-mukul tanah tanda tak terima.

Katakanlah Haruto mati. Namun setidaknya biarkan laki-laki itu mati dengan cara yang wajar dan tubuh yang utuh. Tidakkah semua penderitaan laki-laki itu sudah banyak? Mengapa ia harus mati dengan tidak layak?

Sedangkan gadis itu hanya bisa menatap dari jauh. Jujur dalam hatinya sangat sakit mengingat anak laki-laki sahabatnya mati dalam keadaan seperti ini.

"Maafkan aku Rachel" Ria memendam suara tangisnya.

Diingatnya kembali saat masa-masa bersama Rachel. Saat menemani gadis itu dalam sebuah ruangan sebelum menikah, atau saat gadis itu bahagia akan anak yang dikandungnya.  Dan saat saat Rachel bersama Ria merajut pakaian untuk Haruto kecil nanti.

Jelas ia masih mengingat betapa bahagianya Rachel saat Haruto lahir. Betapa sayangnya Rachel kepada Haruto, bahkan didetik-detik kematiannya.

Astaga, sudah punya berapa banyak dosa Ria kepada Rachel? Sangat miris, apalagi mengingat bahwa Rachel sangat menyayangi Ria seperti saudara sendiri. Air susu dibalas air tuba. Walaupun sadar, Ria tetap akan melanjutkannya.

"Izin berbicara, saya dengan Ratu memanggil saya"

Victoria menyeka air matanya dengan kasar, "ya.. aku punya satu tugas untukmu"

Netra ruby itu menatap kearah seseorang berpakaian ala butler dengan kaca mata yang bertengger disana. Wajah tampan khas vampire menjadi pesona sendiri. Apalagi mengingat butler itu sangat menyukai darah seorang gadis remaja.

"Cari sobekan kertas yang disembunyikan Haruto sampai dapat. Ia pasti menyembunyikan kertas itu didekat kematiannya"

~***~

Bella meringkuk dipojokan kamarnya. Matanya menatap kosong kearah balkon.

Percuma.

Setelah ia berhasil membuat dhampire dan werewolf terlempar dengan sekali gebukan tanah, Sean tak akan bisa mengunci ingatannya.

Diremasnya kertas usang yang penuh dengan bercakkan darah.

Hanya karena kertas itu, Haruto meregang nyawa.

Ah tidak, seharusnya dirinyalah yang patut disalahkan. Karena melindungi Bella, Haruto mati.

Bella kembali menyembunyikan kepalanya disela lutut. Rasa bersalah menghantui. Rasa sedih dan takut juga ada disana.

Takut akan kenyataan bahwa dirinya bukanlah manusia. Mana ada manusia yang bisa membuat tanah di taman retak? Mana ada manusia yang bisa membunuh dalam sekali tatapan? Mana ada manusia yang bisa melempar segala makhluk hanya dengan menggebuk tanah?

Bella kembali menangis untuk kesekian kalinya. Tanpa memperdulikan matanya yang bengkak dan sembab.

Ngomong-ngomong tentang mata, iris mata Bella berubah warna. Dari yang hitam, menjadi merah. Semerah darah Haruto yang membekas di kertas itu.

Bahkan Bella masih bisa mencium amis darah itu.

"Maafkan aku Haruto"

♡~♡

Dahel..

Sepertinya aku terlalu menistakan Victoria.

Ngomong-ngomong, kalo ada Milea gimana ya? Aku penasaran melihat reaksi Milea saat tau Haruto mati :v

Semoga bisa update lagi minggu depan

Regards,
BlueCat87

02.12.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro