23 (new)
Milea duduk di pojokan ruangannya. Mengabaikan suara dan gedoran yang terus memanggilnya. Ia menunduk. Menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya.
Gaunnya sudah basah dengan air mata.
Tidak pernah ia fikirkan bahwa adiknya akan diusir. Tidak pernah terbesit di fikirannya bahwa adiknya adalah pengkianat. Bahkan ia pun tak tau kalau akan ada pengkhianatan.
Siapa yang berkhianat? Kenapa berkhianat? Kenapa ia tega berlindung dibalik adiknya?
Kenapa..
Dulu keluarganya baik-baik saja. Haruto dan Reina masih menghiasi hari-hari Milea. Semua berubah ketika ada Bella. Dari awal semua keanehan muncul ketika ada Bella. Jika Bella tidak pernah keluar dari kamar saat penyerangan itu terjadi, jika mereka tidak bertemu Bella di bar, jika tak ada Bella saat Victoria hendak kemari, jika saja.. jika saja..
Jika saja Sean tidak menyelamatkan Bella pertama kali, pasti Reina masih disini.
Dan ini semua karena manusia itu.
Bahkan Rash pun membela Bella. Iya.. pasti Rash akan membela Bella jika Milea menuntut manusia itu.
Kenapa.. kenapa tak ada yang percaya ucapan Milea? Kenapa tak ada yang menuruti permintaan Milea? Kenapa semua pergi meninggalkan Milea?
Ayahnya.. Ibunya.. Edmund.. Reina.. dan sekarang Rash..
Tidak. Tidak akan Milea biarkan semuanya pergi.
Kemudian Milea mendengar sebuah suara dari depannya.
'Bergabunglah denganku, maka kau akan memiliki segalanya'
Dan disanalah awal dari hilangnya Milea.
~***~
Reina menatap rumah bobrok didepannya sambil menyeret kopernya. Agak aneh menurutnya, karena kebetulan rumah ini sangat dekat dengan hutan penghubung ke dunia Vampire. Ia pun mendorong pagar besi yang sudah berkarat. Suara yang memilukan membuat Reina ngilu.
Ia kembali menatap kertas yang ditemukannya. Kenapa pula ia harus mengikuti kertas ini? Dari siapa saja ia tak tahu. Tapi, ia tak ada tujuan. Mungkin ia akan bermalam sejenak.
Setelah itu, Reina memasuki rumah itu. Tanpa mengetahui bahaya yang akan datang.
~***~
"Aishh.. dari mana saja kau?" Sinis Devon saat melihat Ash baru tiba di ruang makan.
Ash hanya melirik sebentar kearah Devon, kemudian ia Langsung mendarat diatas empuknya kursi yang telah disediakan Aira.
Aira mengendus sebentar, "w-wangi ini.." gumamnya.
"Kenapa tidak makan?" Tanya Ash pada Devon.
"Kenapa tidak makan? Kenapa tidak makan katamu?!! Ya menurutmu!! Makanan ini semua saja baru ada ketika kamu duduk disitu! Siapa lagi kalau bukan kerjaan anakmu yang penyihir" kesal Devon. Oh ayolah, perutnya sudah bunyi. Cacing-caing miliknya sudah demo didalam sana.
Dengan kilat, Devon mengambil ayam kalkun dan roti garing.
"Apa yang kau dapatkan dari penyerangan itu?" Tanya Ash.
Devon menghentikan aksinya. Ia hendak mengambil semangkuk Spaghetty, namun ia hentikan.
"Hm.. seperti dugaanmu, mayat Alex berada di sana. Dan sesuai dugaanku, disana sedang kosong tanpa penjagaan. Ah tapi makluk kesayanganku ada yang kehilangan nyawanya. Sedih deh.."
Ash mengambil garpunya.
"Dugaanmu, atau laporan dari bawahanmu?" Tanyanya dengan ketus.
Devon tertawa remeh," bawahan dia lebih tepatnya"
Ash menatap porsi makan Devon. Cukup banyak dan rakus.
"Lapar sekali kau" Ash memotong sedikit daging panggang dan mengunyahnya.
Devon melirik kearah Ash, "ahjwnsmdnauaodppdkwjakdj"
Ash menatap jijik kearah Devon. Bagaimana bisa ia berbicara saat mulutnya penuh dengan spaghetty itu? Membayangkan semuanya muncrat ke meja makannyaㅡugh.. hentikan. Perut Ash sudah mual.
Serasa mengerti, Devon mengunyah cepat dan menelannya, "agh maaf aku lupa dengan ETIKA mu. Jadi, besok itu aku harus mengambil titipan dari bawahanmu di rumah tua dekat pinggiran hutan. Titipan bagus"
Ash menatap Devon. Apalagi yang dia titipkan?
"Siapa?"
Devon melirik kearah Ash. Kemudian ia tersenyum sinis. Pasti laki-laki itu akan bertanya.
"Oh aku tak tau siapa yang dikirim, yang jelas ia ada hubungannya dengan kekasihmuㅡ"
"KEPARAT!" Ash menggebrak meja makannya.
"ㅡdan yang jelas dia sangat berkualitas untuk rencana kita kedepannya"
Nafas Ash memburu. Siapa yang kirim? Siapa yang dititip? Tidak. Ini tidak boleh terjadi.
Sedangkan Aira hanya menatap datar kearah Ash.
'Bukankah seharusnya sudah cukup? Kau sudah mengambil dan mengamankan gadis itu bukan? Kenapa kau juga ingin menyelamatkan hal yang berhubungan dengan gadis itu? Apakah.. aku tak bisa menggantikannya?'
~***~
Bella mengusap buku yang dititip Haruto. Ini sudah malam yang diucapkan haruto. Satu jam lagi jam 7. Ia membuka buku itu.
Rachel Blandr.
Nama itu berada di halaman pertama. Ditulis menggunakan tinta hitam yang sudah menua dan usang.
Ia pun membuka buku itu.
Biasanya halaman pertama menceritakan mengenai hal yang sangat kau senangi. Maka aku akan menuliskannya.
Alexa Worth namanya.
Surai hitam panjang dan netra merah darah yang indah. Tinggi semampai dengan tubuh ideal yang selalu terbaluti gaun indah. Jari-jari lentik yang selalu membantuku merajut pakaian untuk calon anakku kelak. Senyuman manis yang tak pernah pudar. Suaranya yang merdu selalu menyapaku dipagi hari.
Ia sempurna, namun rendah hati. Ia bercukupan, namun ia seolah tidak mempunyai hal itu. Ia sangat cantik, namun tak ragu membantuku mencari cincin pernikahanku yang jatuh saat aku berlatih di lumpur. Ia terbiasa mewah, namun ia mau menerima dan memakai hasil rajutanku yang tak sebaik desainer terkenal.
Aku ingin dekat dengannya.
Bella menyentuh jantungnya yang berdetak. Ada rasa senang dan tentram. Kemudian ia membalik halamannya secara acak. Karena halaman-halaman awal hanya membahas gadis yang bernama Alexa itu.
Tidak akan seru jika hanya membahas hal menyenangkan. Aku akan membahas sisi kelam temanku. Victoria namanya.
Perempuan periang dengan surai merah bagai api. Netra merahnya tak akan lelah untuk menatap seseorang yang ia sukai. Alexander Worth.
Namun ia memiliki sikap buruk.
Ia membenci seseorang yang aku kagumi. Adik dari Pangeran Alex, Putri Alexa. Segala hal yang dimiliki Alexa, termasuk perhatian Alex, membuat Ria membencinya. Ria menjadi buta. Difikirannya, hanya ada 100 cara untuk membuat Pangeran Alex menatapnya, dan 1001 cara untuk membuat Alexa mati.
Ria pernah menggunakan jasa penyihir. Dan berhasil. Alexa sakit. Penyakit aneh dan tidak diketahui jenisnya. Namun berkat kecintaan Pangeran Alex, Alexa akhirnya sembuh.
Ria tambah benci. Dan kebenciannya itu, dibantu olehㅡ
Tulisan itu terhenti. Kertas usang yang sengaja dirobek untuk menyembunyikan identitas orang itu. Tidak terlalu membuat Bella pusing. Ia kembali membalik halaman itu. Ke paling akhir.
Aku.. tak pernah merasa sehina ini.
Ketika Ria menuduhku sebagai pengkhianat. Ria sudah buta dari awal. Hingga kebutaan itu semakin jadi dan menutup segalanya. Termasuk menuduhku, sahabatnya.
Perginya Alexa dan Pangeran Alex membuat semua orang berkabung. Termasuk Ria. Ia tak terima. Kenapa tidak Alexa saja? Begitu tanyanya.
Sungguh hina. Betapa menyesalnya aku telah menganggapnya sebagai sahabat. Bahkan Alexa tak akan melakukan ini padaku.
Aku, hanyalah setengah Vampire dan setengah penyihir. Aku, hanya mengetahui bagaimana proses pembangkitan dari mendiang buyutku. Dan hanya aku, yang tahu bagaimana caranya.
Aku pernah menuliskannya di buku mantraku. Dan aku berharap anakku, Haruto akan merobeknya dan menyembunyikannya dari Ria.
Tak ada yang tahu sisi kelam Ria. Hanya aku. Dan biarkan aku menulisnya disini, sebagai tulisan terakhirku.
Ria, mengidap penyakit mental yang cukup serius. Sebut saja kepribadian ganda. Ia akan terlihat anggun dan mengangumkan saat duduk di singgasana. Namun ketika ia masuk kedalam ruang pribadinya, atau berada di sebelah makam Pangeran Alex, disanalah kepribadian lainnya muncul.
Kepribadian mengenai seorang gadis yang putus asa dalam cintanya.
Aku sudah memberitahu cara untuk membangkitkan Pangeran Alex. Namun Ria menolak cara itu. Karena jika menggunakan cara itu, Alexa juga akan terbangun.
Di hari terakhirku, aku mempunyai banyak harapan dan hal yang belum tercapai. Salah satunya, melihat anakku besar. Itu hanyalah sebuah mimpi indah yang tak akan tercapai.
Namun, aku berharap. Semoga Ria disadarkan, semoga Alexa dan Pangeran Alex sadar, semoga anakku baik-baik saja.
Apa lagi yang harus aku harapkan?
Nafas Bella tercekat. Jantungnya berdetak keras. Kepalanya pusing. Dan tanpa ia tebak, air matanya jatuh. Tepat diatas bekas air mata milik Rachel.
♡~♡
Tolong maafkan aku.
1. Aku merubah alur dan cerita
2. Aku mempercepat cerita
3. Aku sudah males ngetik cerita
Masa SMA sangat tidak menyenangkan. Pergi pagi pulang sore, pr dan ulangan menanti.
Sekian dan terima kasih.
Regards,
BlueCat
10.09.18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro