Intro
Cowok dengan rambut hitam yang udah lumayan panjang sampe udah bisa dikuncir itu daritadi fokus sama hp yang ada di genggamannya. Temennya ga masuk, tapi bukan itu yang bikin dia kepikiran, cewek yang sekarang duduk di kursi kemudi mobil yang bikin cowok itu kepikiran.
"Emang Ibnu ga ngabarin?" Tanya sang cewek yang fokus nyetir, atau lebih ke mencoba fokus nyetir. Karena kalo boleh jujur, nawarin tumpangan buat cowok di sebelahnya ini masuk ke top 10 penyeselan terbesar dalam hidupnya setelah memutuskan buat jadi kpopers.
"Kaga. Kalo mau ujian gini emang anaknya selalu tumbang." Akhirnya ada suara yang keluar dari mulut cowok itu, gak cuman pajangan aja itu mulut.
Sang cewek ngangguk-ngangguk sok paham, mencoba mencari topik baru biar obrolannya gak berhenti sampe situ.
"Kemaren malem pas gue mau ngambil gojek, gue liat Ibnu sih di parkiran, masih ngerokok aja kok dia." Lanjutnya mengingat semalem dirinya ketemu sama Ibnu pas turun dari kamarnya buat ambil pesanan makanan yang dipesan lewat aplikasi ojek online itu.
Iya, si cewek satu kosan sama si Ibnu-Ibnu yang dijadikan topik buat memecah keheningan di mobil sedan hitam yang sekarang lagi di tumpangi oleh dua insan itu.
Si cowok mengangguk meng-iyakan, tau situasinya. "Abis itu pasti masuk angin doi."
"Ooooh, tau banget." Ujar sang cewek itu pelan sambil perlahan menginjak pedal rem. "Masuk duluan aja, gue mau parkir dulu." Lanjutnya kali ini dengan volume suara yang lebih keras dari sebelumnya.
"Gue aja yang markirin." Ujar si cowok menoleh ke arah cewek, "tar nabrak lagi kayak minggu lalu."
Sial, cowok itu masih inget, batin si cewek. Mau gamau si cewek keluar dari mobilnya, begitupun dengan si cowok yang dengan cekatan langsung pindah ke kursi pengemudi dan memarkir sedan hitam di area parkiran kosan.
"Makasih," ujarnya begitu kunci mobil mendarat di tangannya, cuman anggukan kepala yang diberikan oleh si cowok.
Tangannya mengisyaratkan kalo dirinya bakal naik lebih dulu buat nge hampirin Ibnu di kamarnya, tapi baru beberapa langkah, cowok itu membalikkan badannya.
"Oiya, kemejanya gue ambil." Ujarnya mengangkat kemeja kotak-kotak yang sejak 3 hari lalu menetap di jok belakang mobil cewek itu.
"Hah? Oooh, hahah... iya, ambil aja." Terdengar canggung, atau bahkan emang hubungan keduanya udah canggung sejak 3 hari yang lalu.
Setelah memastikan sang cowok masuk ke dalam area kosan, sang cewek tanpa sadar menghela napasnya panjang, entah sejak kapan dirinya mulai menahan napas.
"Lagian ngapain gue segala nawarin bareng ke kosan sih?" Tanyanya menyesali kembali ajakannya, cewek itu berdiri di depan mobilnya, memandangi dirinya di jendela mobil yang memantulkan keadaan dirinya sekarang ini.
"Enggak, ini salah Ibnu, kenapa dia gamasuk. Eh bukan sih, kenapa dia satu kosan sama gue?" Tanyanya kembali.
Padahal yang salah bukan ajakannya atau bahkan Ibnu yang hari ini gamasuk.
"Huhuhu, yang salah kenapa kemaren kita ciuman sihhhhh." Rengeknya kesal, bahkan sekarang dirinya udah enggak berdiri, merubah posisinya jadi jongkok.
Kepalanya menunduk, menatap aspal dengan dagu yang menumpu diatas lutut. Getaran dari hpnya membuat cewek itu dengan malas mengeluarkan benda kecil itu dari saku belakang celana jeansnya.
[Hamam : Naik, jangan jongkok doang depan mobil]
Membaca notifikasi yang masuk membuat kepalanya mendongak ke atas, baru sadar kalo kamar Ibnu jendelanya menghadap ke arah parkiran kosan, yang berarti cowok itu udah ngeliatin dirinya kira-kira dari 2 menit yang lalu.
Getaran notifikasi kembali masuk ke hpnya, masih dari orang yang sama.
[Hamam : Mobilnya gabakal kemana mana]
Cewek itu bingung, harus pindah kosan atau sekalian aja pindah kampus.
🚦🚦🚦
MEET THE CAST
HAMAM
HUKUM 2018
KATRINA
HUKUM 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro