Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11

"Pura-pura gimana, Bun?" ujar Dyo setengah panik. "Ya beneran, lah. Aku ngiranya nanti post wedding aja. Siapa tau Shira nggak nyaman kalau belum sah."

Shira tertawa kecil mendengar alasan Dyo yang terdengar sangat polos untuk lelaki seusianya.

"Konservatif banget ya kalian," kata Yunda menimpali. "Aku liat Mas Iyo baca CV Mbak Shira tau, Bun. Udah kayak orang taaruf aja."

"Itu ... aku minta Mas Dyo kasih pendapat sama CV-ku, soalnya mau kerja freelance," ujar Shira bersilat lidah. Lagian taaruf kan beda server.

"Ya udah, nanti kalian foto prewedding sama post wedding aja," celetuk Bunda yang tersenyum menatap keduanya sambil menggerakkan alisnya naik turun.

Dyo dan Shira hanya bisa tersenyum sopan walau dalam jiwa benar-benar pasrah.

Keesokan harinya, Shira berjalan bersama Clara menuju studio dance mereka yang terletak di pusat Kota Seoul, tersembunyi di lantai dua gedung tua yang dikelilingi oleh hiruk-pikuk kota.

"Cuacanya semakin dingin saja!" keluh Clara dan merapatkan jaket paddingnya.

Shira geleng-geleng. "Kamu sudah tau dingin malah pakai celana pendek."

"Fashion nomor satu," tukas Clara memeletkan lidahnya.

Mereka tiba di DraftOne Dance Studio. Dari jendela besar studio itu, terlihat pemandangan jalan-jalan yang ramai di bawah dan mereka bisa melihat Namsan Tower dari kejauhan.

"Akhirnya, hangat!" seru Clara saat memasuki studio mereka. Saat musim dingin, penghangat lantai memang diaktifkan.

Terdapat cermin besar yang menutupi dinding depan membuat ruangan terlihat lebih luas, mencerminkan setiap gerakan yang dilakukan di dalamnya. Shira dan Clara meletakkan jaket dan hoodie mereka di rak yang berada di sudut ruangan. Di sana juga terdapat botol air, handuk, dan sebuah speaker besar yang siap mengalunkan musik yang mengiringi latihan hari ini.

Satu persatu anggota yang lain berdatangan.

"Modu jung-angeuro moiseyo! Let's gather in the middle, everyone!" (ayo semuanya kumpul ke tengah!) seru Pinky Kim, pelatih hari ini.

Mereka lalu berkumpul di tengah. Para member mengenakan pakaian yang mencerminkan style mereka masing-masing— Shira dengan croptop berwarna hijau cerah dipadukan dengan sweatpants, sementara Clara mengenakan sport bra yang memamerkan perutnya yang kencang, serta celana pendek sepaha.

Outfit mereka beragam namun memberikan kebebasan bergerak. Beberapa di antara mereka menambahkan aksesori seperti topi snapback, gelang karet, dan kalung rantai, memberikan sentuhan pribadi pada style mereka.

Suara Pinky Kim yang energik memecah kebisuan, memanggil para penari untuk memulai pemanasan. Mereka membentuk lingkaran, siap memanaskan tubuh sebelum latihan utama dimulai.

"We will start stretching! (kita mulai peregangan)," seru Pinky Kim, memimpin gerakan dengan gerakan lunge alias berdiri satu kaki dengan menjaga posisi kaki depan membentuk sudut siku 90°, sedangkan kaki belakang ditekuk membentuk sudut 45° disejajarkan lurus dengan tubuh.

Para member mengikuti, menghirup napas dalam-dalam, merasakan setiap otot yang meregang, bersiap untuk gerakan yang lebih intens. Mereka kemudian melanjutkan dengan rotasi sendi, melingkarkan kepala, bahu, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki, memastikan setiap bagian tubuh siap untuk bergerak cepat dan tajam.

Suara musik hiphop perlahan-lahan mengisi ruangan. Dentuman bass dan irama yang energik mulai menghidupkan suasana. Para penari mulai melakukan cardio ringan—jumping jacks, jogging di tempat, butt kicks—meningkatkan detak jantung mereka, mempersiapkan diri untuk latihan utama. Shira merasakan energinya meningkat.

Latihan isolasi tubuh dimulai. Setiap penari fokus pada gerakan-gerakan kecil dan cepat, mengisolasi bahu, dada, pinggul, dan kaki secara bergantian. Mereka mengikuti irama musik, setiap gerakan terlihat sinkron namun unik dan beragam, mencerminkan gaya pribadi masing-masing. Suara sepatu yang bergerak di lantai, napas yang teratur, dan musik yang semakin keras menciptakan simfoni yang menarik.

Setelah beberapa menit, Pinky Kim meminta mereka berkumpul di depan cermin.

"Today, we will learn new routine movements! (kita akan belajar gerakan baru)," katanya, suaranya penuh semangat dan antusiasme. Dia mulai mendemonstrasikan gerakan-gerakan dasar, setiap langkah diikuti dengan penjelasan singkat.

Shira dan anggota lainnya mengamati dengan seksama, kemudian mulai meniru gerakan itu dengan hitungan detik. Mereka bergerak dengan sinkron, setiap langkah, setiap putaran, dan setiap gerakan tangan mengalir dengan keindahan dan kekuatan.

Semua orang bertepuk tangan ketika sesi latihan berakhir, Shira memutuskan untuk mandi sebelum pulang. Gedung ini memang menyediakan area kamar mandi karena lantai satu dan dua adalah area gym.

Clara merangkul bahu Shira dan Minji saat mereka selesai mengenakan jaket.

"Bagaimana kalau kita karaoke?" tanya Clara bersemangat.

Shira menepuk dahinya. Ia harus beralasan apa, apakah ia harus menceritakan pernikahannya pada Minji dan Clara. Kalau untuk jangka panjang, seharusnya Shira bicara. Sebaiknya ia terbuka akan status pernikahannya nanti pada anggota timnya. Setidaknya pada Clara dan Minji.

"I have to try on the wedding dress. (Aku harus coba gaun pengantin)."

Langkah Clara mendadak terhenti dan rangkulannya terlepas saat itu juga. "WHAT?!"

"JINJJA?! (Sungguh?!)" seru Minji tak kalah heboh. Mata kecilnya membulat lebar.

"Buat apa?! Kamu terpilih jadi model gaun pernikahan?!" tanya Clara heboh.

Shira menggeleng.

"Kamu benar-benar akan menikah? Serius?!"

Shira membekap mulut Clara dan Minji. "YAK! Hush! Calm down! (Tenang!)"

"Gila, ya! Dengan siapa? Orang Indonesia juga?" cecar Clara tak sabar setelah bekapan Shira terlepas.

Shira mengangguk. "Iya."

"Wow, senang mendengarnya! Ini benar-benar kabar baik!"

"Kami boleh ikut kamu fitting?" Minji mengerjap-ngerjapkan matanya memohon.

Clara menangkupkan kedua tangan penuh pengharapan.

"Ya sudah, tapi rahasiakan dulu ya. Nanti aku yang bilang sendiri sembari bagi undangan."

"Siap!" Minji dan Clara berpose hormat seperti marinir.

Shira bersama Minji dan Clara menuju butik gaun pernikahan yang sudah dibooking oleh Dyo.

Saat menaiki bus, Shira mengirim pesan pada Dyo.

Mas, aku bawa dua temen deketku di akademi. Sebaiknya mereka tau pernikahan kita.

Ponsel Shira bergetar tanda ada pesan masuk.

Oke, gapapa. See you there. Saya agak telat soalnya masih ada kerjaan. Tapi di sana ada Bunda sama Yunda juga.

Ok. C u.

Shira menyimpan ponselnya. Di belakangnya, Clara dan Minji bercanda tentang ia yang akan segera jadi pengantin baru. Shira hanya geleng-geleng.

Mereka kemudian tiba di sebuah gedung bernuansa putih. Tersembunyi di antara deretan toko-toko mewah. Butik pernikahan eksklusif dengan jendela-jendela besar yang memamerkan gaun pengantin megah itu begitu tenang dan elegan.

Shira dibuntuti dua temannya memasuki toko dengan lantai marmer putih yang berkilauan dan dinding berwarna pastel yang dihiasi cermin besar berbingkai emas.

"Sayang, udah dateng?" sambut Bunda yang lantas cipika-cipiki dengan Shira. Begitu pula dengan Yunda yang menyambutnya hangat.

Shira memperkenalkan Clara dan juga Minji yang langsung membaur dengan keduanya.

"Maaf ya, Bun. Aku datengnya abis latihan. Tapi aku udah mandi kok tadi di studio," canda Shira.

Bunda mengangguk. "Pantes wangi banget."

Shira tertawa, ia lalu disambut dua petugas wanita untuk segera mencoba pilihan gaunnya. Bunda, Yunda, Clara dan Minji menunggu di sofa panjang berbahan beludru yang telah disediakan.

Perhatian mereka teralih saat pintu utama terbuka, Dyo yang mengenakan coat panjang datang menghampiri.

Clara dan Minji langsung berdiri. Seolah slow motion, sosok Dyo tampak berkilau karena cahaya matahari di belakangnya. Perpaduan comma hair, kacamata, kemeja pas badan dan sosoknya yang tinggi membuat Clara dan Shira terkesima. Dyo membungkukkan badan menyapa mereka.

"Anyeonghaseyo, Shira-ui chingu-ingayo? (Halo, apakah kalian teman Shira?)," tanya Dyo memastikan menggunakan bahasa Korea. Clara dan Minji mengangguk semangat dan menyambut jabat tangan Dyo.

"Woaaa... selera Shira boleh juga," kelakar Clara yang memang ceplos-ceplos.

"Dangsin-eun jeongmal jalsaenggigo meotjyeo. Jjang! (Anda terlihat tampan dan keren sekali. Hebat!)," puji Minji mengacungkan dua jempolnya.

Dyo membungkukkan badan berterimakasih. "Gamsahamnida (terimakasih)," ujar Dyo tersenyum ramah.

"Ayo duduk," ujar Clara mempersilakan Dyo duduk di tengah. Tak lama petugas keluar menandakan Shira sudah hampir selesai.

Tirai pun dibuka.

Sosok Shira berdiri di tengah. Rambut merah panjangnya terurai lembut. Shira mengenakan gaun pengantin putih yang indah, dihiasi dengan renda halus dan payet yang berkilauan di bawah cahaya lampu kristal yang menggantung di atas. Gaun dengan potongan off-the-shoulder yang menonjolkan tulang selangka dan bahu Shira yang indah. Gaun itu membungkus tubuhnya dengan sempurna, menciptakan siluet yang anggun dan mempesona.

Dyo tidak bisa menyembunyikan keterpesonaannya saat melihat Shira dalam balutan gaun pengantin. Tatapan matanya penuh kekaguman.

"Wah, cantiknya!" ujar Bunda heboh. Belum lagi Yunda, Minji dan Clara yang mengelilingi Shira. Memuji penampilan Shira dalam gaun pengantin.

"Neomu yeppeo!" seru Minji.

"Kamu sangat cantik sampai rasanya aku mau pingsan!" ujar Clara berapi-api dan ponselnya sejak tadi merekam momen ini.

Clara mengalihkan ponselnya ke arah Dyo yang tersenyum, jelas-jelas terpesona.

Shira berputar pelan di depan cermin, tersenyum lembut. "Aku suka yang ini sih. Menurut Mas gimana? Apa nggak terlalu berlebihan?"

Dyo berjalan mendekati Shira, sementara yang lain memberi jalan untuk Dyo. Tatapan Dyo tak lepas memandangi calon istrinya itu. "Cantik. Asal kamu suka dan nyaman. Susah nggak jalannya?" tanya Dyo perhatian.

Shira menggeleng. "Nyaman, soalnya ekornya nggak terlalu panjang."

Ball gown yang tidak terlalu pernuh pada rok gaunnya membuat Shira leluasa berjalan.

Shira menatap Dyo yang mengangguk melalui cermin besar di depannya. Jantung Shira semakin berdebar dibuatnya. Tatapan Dyo lembut dan menenangkan, dan untuk sesaat, Shira mendadak lupa bahwa pernikahan mereka hanya berdasarkan kontrak. Ada sesuatu yang tulus dalam cara Dyo memandangnya, sesuatu yang membuat Shira merasa istimewa.

Pegawai butik yang ramah mendekat, membawa beberapa aksesori tambahan seperti tiara dan veil atau kerudung panjang.

"Nona Ashira, apakah Anda ingin mencoba beberapa aksesori? Mungkin calon suami Anda bisa membantu memutuskan."

Ashira mengangguk. "Tentu, terima kasih."

Pegawai itu dengan hati-hati memasangkan tiara berkilauan di rambut Shira dan menambahkan kerudung panjang yang menyapu lantai.

Shira menatap bayangannya di cermin, merasa lebih percaya diri. Shira mengenakan gaun pengantin yang membuatnya terlihat seperti seorang putri.

"Bunda jadi nggak sabar acara pernikahan kalian, bisa nggak sekarang aja?"

"Doain lancar ya, Bun," ujar Shira menggenggam tangan Bunda.

Bunda memeluk Shira dengan hangat, sementara Dyo tersenyum, merasakan kedekatan yang tumbuh di antara mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro