Sin - 4
Please vote and comment to support this story!
Happy Reading ❤❤
DIA TIDAK MENBAWAKU kembali ke hotel tempat dia menginap di Wyoming. Tapi kami membuat perjalanan enam jam yang panjang ke Logan, Utah. Dia memiliki sebuah puri di sini, dengan gaya mediteranian dan jalan batu yang panjang dari gerbang ke pintu depan. Rumah itu hangat dan cantik, dengan bunga bakung dan iris tumbuh subur di antara rumput yang hijau. Atapnya merah dan jika aku sedikit mencari di tempat-tempat tersembunyi aku akan melihat lebih dari setengah lusin kamera pengawas. Pagar tinggi juga mengingatkanku kalau ini adalah sangkarku. Sinclair tidak mencoba menenangkanku, dia bahkan tidak bicara padaku. Anehnya aku terganggu dengan sikap diamnya. Aku ingin seseorang untuk bicara tapi aku terlalu takut untuk memulai jadi saat dia bicara aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi lega dari wajahku.
"Nina?"
"Ya?"
"Reg akan menunjukkan kamar untukmu. Aku ingin kamu mandi, lakukan apa yang membuatmu nyaman dan jangan mencoba hal yang bodoh. Aku akan menemui lagi nanti malam." Aku tidak mengatakan apa-apa dan dia mengerutkan dahi dengan tidak senang. "Apakah aku dimengerti?"
"Tentu saja," ucapku. Aku hanya ingin tidak lebih dari sendirian untuk saat ini.
"Bagus. Jadilah gadis yang baik jadi kita tidak perlu melakukan hal-hal yang sulit." Dia keluar dari mobil dan detik itu aku merasa lebih mudah untuk bernapas.
"Ayo Miss Taylor." Aku meringis pada sindiran yang terlalu jelas di nama palsuku tapi aku berusaha untuk mengabaikannya. Reg, pria besar yang dulu aku lihat di hotel kini membuka pintu mobil di sisiku. Wajahnya masih terlihat tidak senang denganku tapi anehnya ada sedikit simpati sekarang. "Kau akan menyukai kamarmu."
Aku meragukan itu, tapi tidak ada gunanya untuk membuat lebih banyak musuh. Mungkin Reg bisa menjadi sekutu untukku, bisa memberi tahuku apa-apa yang perlu aku lakukan untuk terhindar dari yang terburuk. "Apakah tempat ini memiliki nama? Ini terlihat seperti puri."
Reg melihatku dengan waspada, mungkin sedikit terkejut aku tidak mulai merengek. "Spring Light, sangat bagus untuk melihat senja dari balkon di sayap barat. Jika kau suka omong kosong tentang cahaya keemasan kau akan menyukainya."
"Tempat ini cantik," gumanku dalam persetujuan.
"Tentu saja, Mr. Vince membeli properti ini sekitar tiga tahun yang lalu. Tepat satu tahun setelah kematian putrinya."
"Putri?" Aku menghentikan langkahku untuk melihat dengan mata terbelalak ke arah Reg. Aku tidak berpikir bahwa pria seperti Sinclair bisa memiliki seorang putri. Rasanya terlalu aneh membayangkan kekerasan seperti dia berada dekat dengan gadis kecil yang lembut.
"Bukan tempatku untuk menceritakan kisah itu," jawabnya, dan nada sedih dan perhatian tertulis dengan jelas di suaranya. Reg menaiki tangga dan aku sedikit berlari untuk mengikutinya.
"Kau terdengar sangat menghormatinya," gumamku. Reg mendengus.
"Kamu hanya tidak tahu. Ketika kamu mengenal Mr. Vince kamu juga akan mencintainya, dia pria yang mudah untuk dicintai."
Sekarang giliran aku yang mendengus. "Aku ragu. Dia jelas mengakui akan menyakitiku."
"Dan apakah dia sudah?"
Aku kembali memikirkanya. Sejak pertemuan pertama kami dia sama sekali belum pernah mengangkat tangannya padaku. "Tidak tapi dia akan."
"Lalu kamu akan menyukainya."
"Tidak!" Aku membentak, marah karena sialan, aku tidak mungkin menyukai penyiksaan. Aku tidak akan jatuh cinta seperti gadis bodoh pada pria yang menahanku di luar kehendakku.
"Jujurlah Nina, apa yang kamu pikirkan saat dia berada di sekitarmu? Kamu menginginkan dia."
Aku menggeleng dengan panik. Itu tidak benar, aku tidak menginginkan ini, aku ada di sini di luar kemauanku. Lalu kenapa aku tidak melawan sama sekali? Aku melawan saat Michael menyeretku meski aku tahu itu sia-sia. Tapi saat Sinclair memintaku itu hanya patuh di sana. Aku mengikutinya seperti anak anjing yang patuh. Sial.
"Aku tidak ingin ini."
"Berbohonglah sebanyak yang kamu mau tapi semakin cepat kamu menerimanya itu akan semakin baik untukmu." Reg membuka pintu yang aku tidak sadar kami telah mencapainya. "Kamarmu."
Aku membawa diriku ke dalam dan harus mengakui kalau aku menyukainya. Itu kamar yang sederhana dengan ranjang yang tidak terlalu besar. Kasur dengan seprai putih dan beberapa bantal krem. Ada lemari di sudut kiri ruangan dan meja rias di sebelahnya. Satu set plasma layar lebar yang menghadap ke sofa kulit cokelat dan karpet bulu domba yang lembut di kaki ranjang. Ada jendela yang membiarkan cahaya matahari pagi masuk dengan sempurna, kertas dinding berwarna gading dengan pola bunga dan gorden berwarna fuchsia yang membuat kamar terlihat lebih cerah dan feminin.
"Di sana kamar mandi." Reg menunjuk ke pintu kayu putih dan berjalan untuk membukanya. "Jacuzzi dan shower, aku pikir akan menyenangkan untuk berendam beberapa saat."
Aku mengintip dan tidak bisa menahan diriku untuk mengerang. Ubin marmer krem dan cahaya lembut membuat tempat itu menjadi benar-benar menenangkan dan aroma segar bunga bakung membuat ototku relaks. Saat aku pada akhirnya melihat ke bak besar jacuzzi, aku hanya ingin tenggelam dengan air hangat dan aroma lembut sabun di dalamnya. Aku sadar akan ada pembayaran atas semua ini, tapi aku pikir tidak apa-apa jika aku sedikit menikmatinya. Tidak akan ada yang menyalahkanku karena mencari sedikit kenyamanan.
"Sekarang buka pakaianmu dan mandi," ucap Reg, dia masih berdiri di sana.
"Kau tidak keluar?"
"Mr. Vince ingin aku menyiapkanmu."
"Aku tidak telanjang di depanmu!" Aku menyilangkan lenganku dan alis Reg naik seolah dia sudah mengharapkan ini.
"Buruk untukmu, Girl, kamu akan melakukannya. Pilih caramu, ini bisa menjadi mudah atau sedikit sulit. Yang mana pun aku tidak keberatan."
"Dia tidak akan senang kamu melihatku telanjang!" Aku mencoba. Bahkan Sinclair belum melihatku telanjang. Setelah memberiku sebelas ribu untuk pembayaran malam itu dia tidak menyentuhku secara seksual sedikit pun, hanya satu ciuman itu.
"Sayang sekali, Mr. Vince tahu aku tidak akan tertarik padamu dengan cara semacam itu. Jadi lepas kemeja dan celana itu sehingga kita bisa mulai dan membuat ini cepat." Dia bicara dengan praktis seolah dia hanya memintaku untuk melihat jam.
"Aku bisa melakukan ini sendiri." Aku masih mencoba untuk mencari jalan keluar. Reg memberiku senyum simpati yang membuatku berpikir kalau dia akan melepaskan subjek ini. Tapi aku salah.
"Sayang ini mudah jika kamu mendengarkanku," ucapnya. Dia membuat langkah ke arahku dan aku mundur. Reg menangkap lenganku menarikku untuk berada di jangkauannya. "Tangan ke atas!" desisnya, aku hanya melotot dengan marah. Dia mendesah, "Jika itu yang kamu inginkan."
"Kenapa melakukan ini padaku?" Tidak ada jawaban.
Dia menarik ujung kemejaku ke atas, aku meluncur untuk lari tapi dia meraih perutku, menahanku dengan mudah hingga kemejaku meluncur terlepas dan dia membuangnya ke lantai. Aku menendang kakiku, mencoba untuk menjauhkannya dariku dan itu dia menamparku. Aku tersentak meringis dan benci saat mataku panas dan air mata yang tidak diinginkan jatuh. "Aku sudah bilang ini bisa menjadi mudah. Semuanya tergantung pada pilihanmu. Sekarang bersikap baik dan ini akan cepat."
Dia tidak mungkin serius. Bagaimana dia bisa mengharapkanku untuk hanya diam dan membiarkan dia menyentuh dan melihatku seperti itu. "Kamu memukulku."
"Mr. Vince tidak keberatan aku melakukan sedikit kekerasan fisik jika kamu tidak bekerja sama." Dia mengatakan itu seolah itu membenarkan tindakannya. "Sekarang biarkan celana itu pergi dan kita tidak perlu lebih banyak kekacauan."
Aku melakukan seperti yang dia katakan. Aku tidak ingin dia memukulku lagi, itu sakit dan panas di pipiku. Mungkin aku menyerah terlalu mudah tapi aku tahu aku tidak akan memenangkan pertarungan ini, jadi aku melepaskanya. Pilih pertarunganku sehingga aku akan memenangkan perang. mereka bisa berpikir aku sudah patah dan ketika mereka tidak melihat ke arahku aku akan lari, lari sangat jauh hingga tidak ada yang bisa menemukanku.
Celanaku turun kemudian celana dalamku dan terakhir bra hitamku pergi. Aku merasa terlalu rentan, terlalu terbuka dan merinding di tulangku. Reg mengamatiku, mata birunya terlihat menilai tapi tidak ada apa-apa. Dia melihatku telanjang seolah melihat seni dan mencoba menemukan apa yang kurang. Seolah aku hanya barang yang dia siapkan dengan baik.
"Tidak banyak yang perlu dilakukan," ucapnya setelah mungkin satu menit penuh. "Wax akan bagus meski menurutku tidak terlalu buruk. Beberapa minyak untuk membuat kulitmu tetap lembab dan rambut yang dicuci, lalu kau akan siap."
"Untuk disajikan?" sindirku.
Dia hanya tersenyum seolah dia tidak menamparku beberapa menit yang lalu. "Jika kau ingin menyebutnya begitu." Reg bergerak dengan mudah, memilih sabun di rak aluminium dan menuangkannya ke bak yang diisi air panas. Aroma campuran dari kayu manis dan melati mengembang di udara, begitu lembut dan ringan. "Sekarang datang dan masuk."
Aku tidak lagi mencoba melawannya, melakukan persis seperti yang dia perintahkan. Reg menggosok kulitku dengan handuk kecil hingga terasa lembut dan aroma sabun itu sedikit menenangkan. Lalu dia mencuci rambutku dengan aroma sampo yang serupa dengan sabunku, memijat kulit kepalaku dengan jari ahli dan itu membuatku bertanya-tanya, bagaimana dia bisa melakukan semua itu saat dia juga menjadi tukang pukul.
"Dari mana kamu belajar semua ini?" Aku bertanya dan ketika Reg tidak segera menjawabku aku pikir dia tidak lagi ingin membuat percakapan ramah tamah.
"Kamu akan terkejut jika tahu dari mana aku berasal," jawabnya. Reg membasuh busa dari rambutku dengan shower.
"Ceritakan, aku hanya ingin mendengar." Berpura-pura memiliki satu teman di neraka hidup ini akan bagus untuk psikologisku.
"Aku besar di sebuah rumah bordil di dekat Salt Lake City hingga aku berusia lima belas tahun. Aku belajar bagaimana menyiapkan wanita yang dipesan, kadang-kadang aku juga dijual pada wanita kesepian. Itu kehidupan yang suram hingga Mr. Vince mengangkatku keluar dari lubang kotoran itu. Bukan cerita yang bagus jika kamu bertanya."
"Lalu kamu bekerja padanya?"
"Sudah tiga belas tahun."
"Berapa umurnya sekarang?" tanyaku.
"Tiga puluh lima dan aku pikir dia masih belum menemukan ketenangan."
Tentu saja, jika dia menemukan ketenangan dia tidak akan menjeratku ke dalam semua ini. "Bagaimana putrinya mati?" Begitu pertanyaan itu keluar wajah Reg kembali mengeras. Aku sadar itu pertanyaan yang apa pun yang terjadi aku tidak boleh tanyakan pada Sinclair.
"Cukup untuk mengorek dariku," jawabnya dingin.
"Bagaimana dengan ibu anak itu? Istrinya?" Aku mendorong keberuntunganku, untuk mencari lebih banyak. Jika aku ingin menghadapi monster pasti baik untuk tahu lebih banyak tentang monster itu.
"Mr. Vince belum pernah menikah. Anak itu dibuang di depan pintu rumahnya bersama sebuah surat. Jadi aku sama sekali tidak tahu tentang wanita ini. Hanya di antara kita, aku memberi tahumu bahwa kamu satu-satunya wanita yang dia bawa pulang."
"Apakah itu dimaksudkan sebagai pujian?" Aku mendengus. Reg tidak menanggapi itu dan menarikku keluar dari jacuzzi. Aku menggigil saat kulitku yang basah bertemu dengan udara langsung. Itu hanya beberapa detik sebelum Reg membungkusku dengan handuk yang sudah dihangatkan di mesin pemanas.
"Keluar dari sini dan kita bisa mulai menyingkirkan bulu lalu aku akan mencari sarapan untukmu sehingga aku bisa meninggalkanmu sendirian hingga nanti sore."
Itu terdengar seperti rencana yang luar biasa jadi aku mengikuti Reg tanpa interupsi. Setengah jam kemudian kulitku terbakar karena dikelupas, merah dan begitu sensitif tapi aku masih hidup. Sekarang Reg berdiri di depan lemari, berbalik hanya untuk membawa celana dalam thong berenda warna hitam. Aku menaikkan alisku. "Apa ini?"
"Pakai itu dan aku akan mencari beberapa potong sandwich."
"Hanya ini?" Aku bertanya dengan skeptisme nyata.
"Apakah kamu masih belum mengerti?" balasnya. Dia hampir bosan, seolah dia sedang menjelaskan pada anak kecil. Sial! Aku sudah dua puluh tiga tahun. "Kamu miliknya."
"Apakah ini semacam omong kosong tentang budak seks dan aku harus memanggilnya Master?" Aku kembali melihat ke potongan renda yang aku pegang. Perutku sakit memikirkan itu, aku tidak benar-benar berpikir akan diperlakukan persis seperti itu. Ini kegilaan dan aku jelas tidak bisa pergi lebih jauh untuk skenario ini. "Apa dia bahkan akan memiliki kerah padaku? Dia serius untuk mengubahku menjadi hal patah semacam itu?"
Reg hanya mengangkat bahunya. Memandangku dengan mata simpati tapi tidak melakukan apa pun. Pada akhirnya dia keluar. Aku mendengar bunyi klik pintu terkunci dan aku jatuh ke karpet kulit.
Aku pikir setelah mendengar cerita Reg tentang Sinclair mengeluarkannya dari rumah bordil, Sinclair tidak sepenuhnya monster tapi sekarang aku kembali diingatkan tentang betapa dingin dan tanpa emosi dirinya. Dia bilang dia tidak akan membunuhku setelah selesai. Dia tidak akan membiarkan orang lain menyakiti atau membunuhku karena aku miliknya. Selama aku miliknya. Pertanyaannya berapa lama aku menjadi miliknya? Berapa lama sebelum dia selesai mematahkanku menjadi mainan seks penurut dan menjualku? Pikiran itu menghantuiku dan aku membiarkan diriku menangis karena aku tidak tahu lagi bagaimana mengeluarkan kotoran dari kepalaku yang kacau.
Saat akhirnya Reg kembali dengan sandwich tuna, aku tidak berhenti menangis. Aku tidak peduli jika dia berpikir aku lemah. Aku tidak makan makananku dan aku juga tidak meminum apa pun itu di gelas yang dia bawa. Aku hanya ingin mengubur diriku jika itu nasib yang menungguku.
"Sakarang ini mulai konyol! Aku ingin kamu makan dan buat dirimu merasa baik!" bentak Reg. Aku tidak mendengarkannya dan mungkin karena dia bosan melihatku menangis, dia hanya meninggalkan piring dan gelas di meja. Membanting pintu saat dia terbang keluar.
Aku serius tidak menyentuh makananku, meski perutku menggeram karena lapar. Aku hanya berjalan dengan mode autopilot ke ranjang, mengubur diriku ke dalam selimut, dan meringkuk menjadi bola. Reg hanya kembali saat makan siang, mengoceh beberapa menit sebelum akhirnya pergi sekali lagi. Aku bertanya-tanya mengapa dia tidak memukulku dan memaksaku. Lalu aku pikir aku tidak lagi peduli.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro