Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sin - 11

LAS VEGAS DATANG dengan kejutan jika aku bisa menyebutnya begitu, karena kupikir ini lebih seperti rencana gila. Hal pertama yang aku pikirkan begitu kami mendapatkan diri kami di salah satu suite hotel adalah Sinclair akan melakukan apa pun yang dia inginkan dengan tubuhku, tapi dia tidak melakukan apa pun. Dia hanya mengupas pakaiannya menghilang ke kamar mandi dan ketika dia kembali muncul dia hanya menyelinap ke balik selimut. Itu menjengkelkan dan aku merasa menyedihkan karena setidaknya berharap Sinclair akan menganggapku ada. Teriakkan dan bentakan mungkin lebih baik dari pada sikap dingin ini.

Aku menghela napas yang berat dan akhirnya ikut bergabung dengannya di ranjang. Punggungnya ada padaku jadi aku tidak bisa melihat wajahnya. Kata-katanya saat pertama kali kami mendarat di Vegas masih membuatku menggigil. Kami akan menikah. Besok kami akan memiliki upacara yang aku masih berpikir kalau itu gila. "Apa kau benar-benar tidur?"

"Tidak Nina. Aku tidak mungkin bisa tidur saat kamu berbaring tepat di sampingku," jawabnya. Itu membuatku tersenyum kecil.

"Aku minta maaf, bukan untuk kaburku tapi untuk membuatmu khawatir." Dia masih diam, bernapas dengan pelan. Aku berpikir untuk menariknya menghadapku atau lebih baik lagi, aku bisa naik ke atasnya dan memaksakan ciuman. Bukannya aku berani melakukan itu tapi pikiran itu menghibur. "Aku tidak akan mengatakan lebih dari itu jika kau mengharapkan lebih banyak."

Dia berbalik dan aku tidak melihat itu datang saat dia mendorongku dan melayang di atasku sebelum mulutnya berada di milikku. Aku kalah saat lidahnya menyapu bibirku, memisahkan mereka dan mendorong masuk untuk membelai lidahku. Neraka bisa membeku dan aku tidak akan peduli saat itu. Ini terasa baik, dia selalu terasa baik dan aku mengingatkan diriku karena itulah aku takut. Tapi saat beratnya menekanku dan mendorongku dengan dada yang keras dan hangat aku hanya mencair padanya. "Kau menyukai ini." Dia mendorong jubah tidurku ke bahuku, memperlihatkan belahan dadaku, dan dia menyeret bibirnya ke rahangku, menggigit dengan ringan hingga bibirnya mencium tenggorokanku. Aku merintih dan terkesiap. "Kau suka aku mengisap putingmu dan milikku mengisi dirimu tapi kamu lari. Kamu tahu betapa itu membuatku marah?" Aku hanya bernapas dengan lebih berat aku tidak berpikir dia ingin aku menjawabnya.

"Magpie aku ingin membuat pantatmu memerah dan membawamu hingga kamu berteriak memohon padaku untuk menghukummu, tapi bukankah itu yang kamu inginkan?"

Tuhan! Apakah aku?

"Kamu ingin aku memukul pantat kecil yang cantik itu dan kemudian aku akan mengacaukanmu dengan berada jauh di dalam dirimu. Apakah kamu lari agar aku melakukan itu?" Aku terengah-engah saat jarinya memutar putingku dengan menyakitkan dan itu melasat jatuh langsung ke pusat gairahku. Aku menggeleng. "Tidak?"

"Aku lari karena aku takut," ucapku. Jika itu mengejutkannya dia tidak menunjukkan tanda-tanda sedikit pun.

Dia mendorong menjauh dariku, melihatku dengan mata yang gelap dan masih terlihat marah tapi setidaknya dia bicara. "Sebarkan kakimu, aku ingin melihat apa yang menjadi milikku."

Aku melakukannya dengan ragu-ragu, aku tidak memakai apa pun di bawah jubah sutra yang sekarang berantakan. Napas Sinclair pendek saat matanya memakanku, rasa lapar ada di sana. Tapi dia tidak bergerak untuk menyentuhku, dia hanya menatap dengan pandangan gelap yang memuja. Itu hanya membuatku menggigil dan mendorongku ke tepi. Aku ingin dia begitu buruk, membutuhkannya seperti udara.

"Sekarang apa?" bisikku serak. Itu terdengar memekakkan dalam keheningan yang tegang di antara kami. Itu memberi makan api yang membakar di perutku. Aku membayangkan dia mencengkeram pahaku, memisahkan mereka lebih jauh dan membungkuk untuk bercinta dengan mulutnya. Hanya dengan memikirkan itu aku terengah-engah dan mengerang.

"Kamu harus dihukum, Magpie. Aku tidak bisa membiarkan Magpie-ku menjadi nakal dan bebas dari hukuman begitu saja."

"Kau akan memukulku?" Itu membuat jantungku berpacu, antisipasi meleset jauh di dalam diriku dan aku mengepalkan otot-otot di perutku. Sial aku karena itu benar-benar menghidupkanku. Bagaimana mungkin aku menyukai itu? Tapi itu benar. Saat dia memukulku seperti gadis kecil yang nakal, saat dia membuatku tengkurap di pangkuannya dan memukul pantatku hingga merah itu mendorongku, itu membuatku menginginkan dia dan gila.

"Bukankah itu yang kau inginkan?" Dia tersenyum mengejek. Wajahnya berubah dari patung es dingin ke bara api. Dia cantik dengan cara maskulin yang akan membuat gadisku memohon hanya untuk bisa mendapatkan senyum darinya. Rambut hitamnya terlihat berantakan, sudah terlalu panjang sehingga mereka jatuh ke matanya, tanganku gatal untuk menyisirnya dan menyelipkannya ke balik telinganya.

"Ya," jawabku. Dia tahu itu jadi tidak ada gunanya berbohong tapi itu tidak mencegahku untuk memerah.

"Lalu kamu tidak takut aku memukulmu," ucapnya pelan. Aku menggeleng. "Jadi apa itu yang membuatmu takut, Magpie?"

Kamu akan pergi setelah kamu selesai denganku. Kamu akan meninggalkan aku rusak dan aku tidak tahu cara untuk memperbaikinya. Aku takut kamu tidak tahu cara untuk mencintai. Tapi bagaimana aku bisa mengatakan semua itu padanya?

"Aku rasa itu tidak penting. Aku kembali, kau menemukanku dan kau akan menemukanku lagi jika aku mencoba untuk lari lagi. Tidak ada yang berubah sejauh yang aku tahu." Aku menarik kakiku dan duduk bersandar di kepala ranjang. Menjauh darinya karena jika dia lebih dekat, jika dia menyentuhku, aku akan menyerah. Aku akan melakukan apa pun yang dia inginkan.

"Bagaimana aku bisa membuatmu percaya padaku?" Dia bertanya dengan suara masuk akal yang tenang. Aku ingin dia bicara tapi sekarang aku berharap dia diam. Aku tidak ingin mengatakan apa pun lagi padanya. Aku tidak perlu membuat diriku jatuh lebih jauh dengan memberi tahunya aku mencintainya dan berharap dengan menyediakan dia akan membalas itu. Itu bodoh di pihakku untuk mengharapkan hal semacam itu darinya.

"Aku percaya padamu, itulah masalahnya. Aku percaya tiap kata yang keluar darimu. Aku percaya ketika kamu mengatakan kamu akan menyakitiku, aku bahkan percaya kalau aku milikmu tapi aku tidak harus senang dengan itu." Aku menekan kakiku lebih erat ke dadaku, memeluk mereka seolah aku akan berantakan jika tidak. Aku benci perasaan ini, cinta seharusnya manis tapi tidak, ini terlalu pahit karena aku tidak tahu bagaimana cara menunjukkan itu padanya dan tidak terlihat menyedihkan. "Kenapa aku di sini Sinclair?"

"Karena aku menginginkanmu." Aku menutup mataku, menggeleng dengan perasaan sakit yang lebih banyak. Berapa lama? Berapa lama dia akan menginginkan aku? Aku setidaknya berharap dia mengatakan karena dia peduli padaku. Jika dia peduli, aku mungkin akan berani berharap suatu saat itu akan menjadi karena dia mencintaiku. Harapan bodoh tapi aku akan mengambilnya. Bahkan jika itu mungkin dapat merobek hatiku menjadi dua.

"Apa kau pernah mencintai seseorang?" tanyaku. Itu terlepas dari bibirku tanpa bisa kucegah. Aku begitu mengharapkannya dan putus asa untuk percaya bahwa dia bisa mencintai, bahwa di bawah semua sikap dinginnya ada sedikit kasih sayang yang tersisa. Aku mengintip ke arahnya dan dia masih melihatku. Dia tidak terlihat terkejut atau tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Seolah itu bukan pertanyaan aneh atau mungkin dia sudah sering mendengar pertanyaan itu dari wanitanya atau musuhnya.

"Aku mencintai Sophia. Tidak banyak yang bisa aku cintai di duniaku Magpie. Aku besar dalam kekerasan dan darah, itu bukan tempat untuk cinta. Apakah itu yang membuatmu takut? Aku tidak tahu cara mencintai?" Aku diam tapi aku rasa itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaannya. "Apakah kamu mencintaiku?"

"Apakah kamu?" balasku dan ketika dia meraihku untuk memelukku dan membungkusku dengan tubuhnya yang besar aku tidak terlalu peduli jawabnya. Dia mencium rambutku dan bernapas dengan berat, kepalaku di dadanya dan aku menangis saat dia menjawabku.

"Aku lakukan, aku mencintaimu Magpie."

Aku menggigit bibirku, dan memeluknya lebih erat, kakiku melingkar di pinggangnya dan aku mendongak untuk mencium rahangnya. Apa yang bisa aku katakan di saat seperti ini, apakah aku harus menangis? Tertawa? Apa yang seharusnya dilakukan gadis saat pria seperti Sinclair mengatakan dia mencintaimu, aku tidak punya ide.

"Kenapa? Kenapa aku?" bisikku. Aku menyentuh wajahnya, hanya butuh merasakan kulitnya di bawah jari-jariku. Ingin memastikan kalau aku tidak bermimpi. "Kita hampir tidak saling kenal."

"Tidak, kau benar kita tidak saling mengenal tapi aku melihat bahwa kau akan mengerti diriku. Aku merasa itu benar, aku merasa hidup saat berada di sekitarmu." Dia mengambil tanganku dari wajahnya dan mencium pergelangan tanganku, tepat di nadiku. "Aku tidak tahu cara mencintai Magpie, hanya Sophia kecilku yang pernah mengajariku, pernah membuatku melihat seperti apa itu cinta tapi dia pergi. Aku hanya tidak bisa melihat kamu melakukan hal yang sama."

"Aku—" Aku tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk membalas semua pernyataannya, jadi aku menciumnya berharap dia mengerti, bagaimana dia terasa untukku. Mungkin dia bukan Mr. Right yang aku harapkan selama ini, dia bukan pria yang aku inginkan untuk aku cintai dan bagaimana kami memulai semua ini tidaklah normal atau baik tapi aku melakukanya, dan aku mencintainya dengan kebodohanku. Dan bahkan jika dia penculikku atau bahkan jika semua reaksiku padanya adalah karena sindrom stockholm yang bodoh, aku masih tidak peduli.

Aku mencium lebih banyak, bibirku menekannya dan tanganku melingkar di lehernya, aku menariknya mendekat, menggosok tubuhku padanya karena aku ingin dia. Ingin merasakan dia lagi setelah aku tahu dia mencintaiku, dia merasakan hal yang sama denganku. Dia tidak mengatakan apa-apa saat dia mendorongku ke punggungku dan mulutnya mengambil alih ciumanku yang ceroboh. Tangannya melepas tali jubahku, meninggalkanku terbuka saat mulutnya masih mengacaukan mulutku. Tangannya ada di mana-mana, kasar dan hangat.

"Taruh tanganmu di atas kepala!" perintahnya kasar dan saat aku melakukannya dia mengikatnya dengan cepat, menahannya ke kepala ranjang sehingga aku tidak bisa menggerakkannya. Dia mencium dahiku dan tersenyum dengan cara yang membuatku menggigil. Dia turun dari ranjang tanpa mengatakan apa pun dan dia mengambil koper hitam yang datang berasama barang-barang kami yang lain aku memiliki perasaan bahwa aku tidak akan menyukai apa yang ada di dalamnya.

Dia meletakkannya di atas ranjang dan membukanya, aku tidak bisa melihat isinya tapi aku bisa menebak. Jadi saat dia mengeluarkan klem puting merah muda yang terhubung pada vibrator aku hanya memekik pelan dan mencoba menjauh darinya. Dia menangkap kakiku dan menahanku. "Diam Magpie, jadilah baik dan mungkin aku akan bersikap sama baiknya." Aku menelan dengan gugup dan mengangguk, pria ini baru saja mengatakan dia mencintaiku, aku harus mempercayainya jadi aku relaks dan kembali ke punggungku.

Klem itu terasa menggigit saat mereka menjepit puting kiriku tapi aku tidak bergerak dan hanya sedikit meringis, lalu dia melakukan hal yang sama dengan puting kananku. Aku melirik ke bawah, melihat diriku dijepit dengan klem merah muda dan Sinclair melihatku dengan mata yang panas hampir membuatku pergi. Itu sakit tapi aku masih bisa mengambilnya.

"Lihat, sangat cantik," bisiknya dan dia mencium masing-masing payudaraku. "Buka kakimu lebih lebar untukku, Magpie." Aku merentangkannya dan dia tersenyum kecil seolah dia menikmati itu. "Lebih lebar."

Begitu aku melakukanya, dia mengambil spreader bar dari dalam koper, ada menset kulit untuk mengamankan kakiku dan dia memasangnya dengan efisien di pergelangan kakiku, kanan kemudian kiri dan sekarang aku terbuka begitu lebar dan tidak bisa bergerak. Entah bagaimana itu hanya membuatku lebih menginginkannya.

"Lihat dirimu Magpie. Terikat dan terbuka hanya untuk kesenanganku. Sudah berapa lama aku menginginkan ini darimu," ucapnya tapi dia belum selesai. Dia mengambil vibrator lain dari dalam koper dan aku melotot.

"Tidak, kamu akan membunuhku," desisku. Aku jelas dapat melihat rencananya sekarang. Hukuman sialan yang mungkin dia pikirkan selain dia memukulku. Karena aku menginginkan pukulan itu dia tidak akan melakukannya. "Aku tidak bisa mengambilnya."

"Diam Magpie," balasnya dan aku berharap tidak mengatakan apa pun saat dia menempatkan vibrator di pembukaanku, dia mendorongnya masuk dan bagian kepala yang lebih kecil tepat berada di klitorisku. Aku bisa membayangkan bagaimana itu akan terasa saat mereka mulai bergetar. Dia mengikat tali pengaman pada vibrator dan mengamankannya ke pingangku sehingga itu tidak akan bergeser, aku mengutuk.

"Aku tidak akan mencoba untuk lari lagi jika kau menghindarkanku dari ini," aku memohon dengan putus asa dan menggeliat tapi benda sialan itu tidak akan lapas, aku menggigil bahkan sebelum dia mulai.

"Sentuhan terakhir," ucapnya. Dia mengambil ball gag merah muda berbahan silikon dan tersenyum dengan jahat.

"Tidak!" teriakku tapi dia mengangkat kepalaku dengan mudah.

"Buka mulutmu, Sayang." Aku melotot dan mengatupkan mulutku rapat tapi saat dia menggigit daun telingaku dengan cukup keras aku memekik dan dia menggeser gag ke mulutku, mengamankan menset di belakang kepalaku dan aku benar-benar barada di bawah belas kasihannya. Aku hanya bisa mengerang dan menggeliat saat dia membungkuk untuk mencium pelipisku.

"Telanjang, terikat, dan dibungkam di atas ranjangku. Persis seperti apa yang aku inginkan," bisiknya, napasnya menggelitik telingaku. Lalu dia bangkit dan mengatur kecepatan vibrator yang terhubung pada klem di putingku, itu bergetar dan rasa sakit yang sebelumnya aku rasakan berubah menjadi api yang membakar, itu membuatku terangsang dan basah dan kemudian dia menyalakan vibrator di antara kakiku dan aku akan berteriak jika mulutku tidak dibungkam oleh bola silikon merah muda yang menahan rahangku. "Sangat cantik." Dia mencium pahaku.

Sensasi getaran itu membunuhku dan rasa sakit yang menggigit di putingku juga tidak membantu. Itu membangun orgasme di dalam diriku. Kuat dan lambat, aku butuh lebih banyak, ini menggodaku tapi tidak membawaku jatuh. Aku butuh lebih dan aku menggeliat, ingin mendapatkan pelepasan yang didambakan tubuhku. Saat aku hampir sampai pada titik di mana aku akan hancur, getaran itu berhenti dan aku mengerang dengan jengkel. Aku melotot pada Sinclair akan mengutuk dia jika aku tidak dibungkam karena dia hanya tersenyum kecil dengan mata yang semakin gelap.

"Ingin aku membantumu Magpie?" bisiknya menggoda, dia tersenyum seperti anak laki-laki. Bahkan saat aku dalam kondisi seperti ini aku masih menghargai senyum itu. Dia terlihat hidup dan hangat. Lalu getaran kembali dimulai. Tuhan! Ini akan membunuhku. Saat aku terengah-engah dan terangsang, ada ketukan di pintu kami. Aku benar-benar tidak mengharapkan itu. Sinclair berdiri dan aku memekik sebanyak yang diizinkan mulutku yang penuh dengan ball gag. Dia berbalik, melihatku dan menciumku lagi. "Tenang dan nikmati dirimu sendiri. Aku akan segera kembali."

Dia tidak serius, 'kan? Dia tidak bisa meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini. Tapi dia memang melakukannya. Sialan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro