
CHAPTER 9 : Latihan Pertama
Ruang sepi, cahaya redup, dan tumpukan berkas penting di meja kerja. Seorang pria yang mengemban jabatan ketua OSIS duduk di kursi kerjanya. Menanggapi kedatangan gadis berambut hijau yang memiliki tanggung jawab atas klub radio. Dia bertanya, "Pemilihan klub, kalau tidak salah lusa, benar?" Pria itu duduk dengan posisi dagunya yang bersandar di atas dua punggung.
"Ya ... kuharap kau tidak mengganggu targetku loh. Lagipula, terget untuk mengisi klub penyiar radio hanya dua orang. Masa iya kau akan menarik mereka ke OSIS juga. Kelewat rakus."
"Tenang saja. Lagipula, jika targetnya memang memiliki unsur penyihir, seharusnya mereka akan langsung sadar tanpa ditarik bukan? Jika sudah begitu maka ketua OSIS sepertiku tidak memiliki wewenang lagi."
_______________________________________
Menghalangi cahaya senja yang merambat pelan lewat celah gang, Dina berdiri membelakangi cahaya. Membuat wajahnya tampak sedikit gelap karena berada di gang kecil. Dia bertanya pada Bintang yang baru sadar.
"Apa yang kau lakukan di sini? Padahal aku kan sudah mengalah dengan shampoo itu tadi. Kenapa kau masih murung sampai menyendiri disini?" Kedua tangannya penuh membawa belanjaan. Karena pegal, dia meletakkan belanjaan itu dan melipat tangannya ke dada.
Untuk apa, aku tertidur disini? Aku tidak mengingat apapun.
"Dina, sejak kapan kau disitu?" Aku bertanya.
"Sejak tadi siang sih. Ketika aku ingin membuang sampah, aku melihat ada tempat sampah di gang kecil ini. Lalu, aku melihat kau tertidur. SERIUS! Padahal Asrama itu nyaman loh!"
"i-iya... Aku juga ga niat tidur disini sih..."
Oiya, seingatku, aku juga berbelanja dengan Oase tadi. Kemana dia?"
Aku bertanya sendiri di dalam hati.
Karena terlalu lama diam, Dina berbicara.
"Mau sampai kapan kau duduk disitu? Kalau memang tidak ada masalah maka aku akan pulang."
"T-tunggu! Aku juga ikut..." Aku beranjak bangun dan mengejar Dina yang sudah mulai pergi. Menyadari tanggapanku, Dina melirik ke belakang.
"Oh begitu, jalan di depanku! Jangan berani untuk jalan di belakang atau di sampingku."
Dina berhenti, menungguku keluar gang untuk berjalan lebih dulu.
Di perjalanan pulang menuju asrama, aku berbicara sedikit dengan Dina.
"Ternyata Dina itu baik ya... Padahal kau tidak perlu repot menungguku sampai bangun."
"Hah! Jangan salah paham. Aku hanya merasa bersalah, sedikit, tentang perselisihan tadi siang. Kupikir kau depresi karena aku marah begitu saja..."
"Mana mungkin sampai segitunya..."
"Jangan bahas itu lagi! Terus, bukannya tadi siang sama Oase? Kemana dia?"
"Entah..." Aku memang tidak mengingat apa saja yang terjadi siang tadi.
__________________________________
Pagi hari, aku bersiap sekolah. Keluar dari Asrama setelah merapikan tempat tidur dan mematikan lampu. Di luar, aku bertemu dengan Oase yang juga baru saja keluar.
"Pagi, sudah siap sekolah hari ini?" Oase keluar dari asramanya dan menyapaku. Dia sudah berseragam dan membawa tas hitam di belakangnya.
"Tentu saja siap... Tapi, kemarin itu ada apa sih? Kok aku merasa, aneh..."
"Ehhhhh, yang aku ingat... Aku pulang duluan karena mau cek gas sama kompor di asrama. Sisanya gak tau Bintang kemana... Terus, kemarin Bintang pulang bareng Dina. Mungkin kalian habis pacaran... Pikirku begitu."
"Gak." Serius, aku gak suka jalan pikirannya.
____
Kami menuruni tangga, keluar dari gedung asrama, dan menuju gedung sekolah. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan Akram. Matanya berkantung dan terlihat lelah, seperti kurang tidur.
"Akram, kau sehat?" Aku menyapanya dengan bertanya.
"Sehat, sehat..."
Dia sedang sakit mungkin.
"Kalau sakit ke gedung UKS saja..." Aku memberi saran.
"Tidak perlu... Aku hanya kelewatan baca komik sampai larut semalam... Aku akan mencari celah untuk tidur nanti."
"Eh..." Respon Oase tersenyum kecil.
Akram menggunakan sebagian poinnya untuk membeli serial komik dan membacanya. Itu ternyata bisa untuk hiburan juga.
Kami kemudian sampai di kelas.
_______________________________________
Jam pelajaran terakhir. Siang hari, bosan, mengantuk, letih, panas, pikiranku sudah kacau. Sesekali aku melihat ke luar jendela, memandangi para siswa yang sibuk.
Mereka mendirikan banyak tenda kecil, berwarna-warni, memasang hiasan, dan lainnya. Apakah akan diadakan festival?
"Baiklah, cukup sekian untuk pelajaran hari ini. Tugasnya akan saya share melalui ponsel kalian masing-masing. Saya pamit." Bu Sulhah telah selesai mengajar dan keluar dari kelas. Ruangan langsung menjadi tidak kondusif dan ramai. Ada yang bercanda, istirahat, atau langsung bersiap untuk pulang.
"Ramai banget ya, apakah akan ada festival?" Aku bertanya pada Oase sambil merapikan meja dan buku.
Oase yang tengah merapikan buku dan memasukkannya ke tas menjawab.
"Itulah kenapa, Bintang harus lebih sering keluar kelas. Minimal pergi ke kantin saat jam istirahat, itu sudah amat cukup..."
"Apa hubungannya? Lagian, aku bebas memilih untuk istirahat di kelas kan." Nada bicara ku mulai tidak enak.
"Huhhhh..." Oase membuang nafas dan tangannya menyentuh dahi. Dia kemudian berbicara.
"Padahal sudah banyak selebaran yang ditempel, bahkan hampir di setiap lorong loh... OSIS menempel banyak sekali selebaran di tembok tadi... Besok itu, akan diadakan festival klub. Kita sebagai siswa baru akan menyaksikan festival itu dan memilih. Memilih untuk bergabung dengan klub apa... Bintang sudah menentukan pilihan? Pastinya belum sih."
"Apakah boleh kalau tidak memilih?"
"Oh, boleh kok... Eh, TENTU SAJA TIDAK LAH!!! Bahkan sudah jadi peraturan wajib untuk memilih minimal satu klub! Wajib loh wajib..."
"Iya iya, Aku ngerti. Bakal jadi pilihan berat nih." Aku berdiri, menggendong tas, dan siap untuk pulang. Oase juga.
"Kalau aku sih akan masuk pramuka. Haha."
"Hah apaan tuh merepotkan... Aku mau pilih klub yang kerjanya bisa nyantai tiap hari dan ga ribet." Tanggapanku.
_______________________________________
Setelah makan siang, aku berbaring di kasur dan melihat-lihat ponsel. Ada notifikasi dari grup kelas.
Besok tidak ada pelajaran. Kelas akan ditutup, silahkan ikuti Festival nya di lapangan utama.
-Sulhah Sensei
Bu Sulhah mengirim pesan ke grup lewat ponsel, termasuk tugasnya.
Aku membaca pesan itu sambil berbaring di kasur, santai. Menggeser-geser layar ponsel, aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Dengan kata lain, aku sedang bosan.
Kalau membaca komik seperti Akram... Selain memakan poin, aku juga takut dengan rasa penasarannya. Rasa penasaran yang membuatku tidak bisa berhenti membacanya...
Jujur saja itu merepotkan.
Apa kerjakan tugasnya saja kah?
Padahal besok tidak belajar sih, tapi ya... Lebih cepat selesai lebih baik.
Aku membuka file tugas yang dikirim lewat ponsel.
"Tujuh... Lantai?" Aku membaca tulisan yang berada di halaman awal file tugas. Saat aku membuka halaman kedua, terdapat QR Code dan beberapa penjelasan.
Gunakan mesin virtual dan lihat Code di atas. Setelah itu latihan akan muncul.
Latihan? Jadi ini semacam pembiasaan kita dengan dunia virtual kah...
"Kebetulan sekali... Aku sedang bosan. Akan ku selesaikan sekarang!"
Aku memakai mesin virtual yang kusimpan di meja belajar. Lalu duduk dan melihat code itu dengan mesinnya.
Layarnya menjadi gelap
_______________________________________
Penyelarasan sistem...
Lantai Satu (Chimera)
"Wah... Seperti game dungeon..."
Aku terpukau setelah melihat ruang gelap berbatu yang tampak seperti gua. Ada air menetes dari langit-langitnya, membuat suara denting pelan yang tenang.
Tapi ini gelap, gelap banget. Ga bisa liat apa-apa!
"..." Muncul beberapa tulisan putih yang tampak seperti hologram di depan.
Skill dasar
-Sensor Kegelapan (Lv. 1)
-Aura Gelap (Lv. 1
-Asap Hitam (Lv. 1)
Mau Menaikkan Level?
Aku mengklik tombol untuk menaikkan level skill. Lalu muncul halaman lain di depan seperti hologram.
-Sensor kegelapan (Lv. 1)
-Kuasai Bab 1 materi biologi kelas X
Untuk naik ke level 2
-Kuasai Bab 2 materi biologi kelas X
Untuk naik ke level 3
-Kuasai Bab 3 materi biologi kelas X
Untuk naik ke level 4
Skip, nanti dulu. Aku membuka menu skill aura gelap kali ini.
-Aura Gelap (Lv. 1)
-Kuasai Bab 1 materi matematika IPA
Kelas X untuk naik ke level 2
SAMA AJA!!! Syaratnya harus belajar semua kah?
"Tunggu, ini apaan? Misi, baru?" Aku melihat tombol kecil di halaman awal. "Misi Baru" Itu yang tertulis. Penasaran, aku membukanya.
Aku mengklik tombol 'misi baru' itu untuk melihat apa yang ada.
Capai minimal level 5 di satu skill untuk mendapatkan skill lainnya.
Aku paham... Jadi ini tugasnya...
Pertanyaannya, apakah aku bisa mencapai lantai tujuh dengan level yang seperti ini? Tentu saja tidak kan...
Dengan kata lain, untuk menyelesaikan latihan ini aku harus belajar. Benar-benar cara yang unik untuk membuat anak didiknya belajar...
Karena Bu Sulhah mengajar Biologi, aku mungkin harus meningkatkan skill sensor kegelapan. Syaratnya adalah menguasai bab baru di materinya.
Oke, karena sudah disini, aku mau lihat fungsi skillnya.
"Sensor kegelapan!" Setelah mengucapkan itu, aku merasakan energi terpancar dari bola mata.
Pemandangan yang gelap, berubah menjadi penglihatan inframerah. Mendeteksi suara, sonar, dan mana.
Dari sensor inframerah ini, aku melihat makhluk kecil berjalan di dinding gua. Wujudnya seperti semut, besarnya hampir sama dengan ibu jari.
Aku melihat satu, lalu maju mengikuti lorong-lorong yang ada di depan. Belok kanan, aku melihat makhluk kecil itu berada dalam jumlah banyak. Mereka bolak-balik berjalan di dinding gua, membuat tubuhku merinding gemetar.
Karena perasaan takut itu, tubuhku mengeluarkan aura gelap dan menimbulkan bau. Aku tidak bisa mencium bau itu sih, tapi para semut yang lalu lalang sekarang berhenti. Mereka merasakan adanya ancaman dari aura kegelapan ini.
"Em, halo. Tuan semut. Aku bukan orang jahat jadi tenang, saja. Ya..."
______________
Di tempat lain, Oase duduk di atas tumpukan bangkai beruang salju. Sekitar 80 bangkai beruang salju ditumpuk secara sengaja, tampak seperti menara bangkai dan Oase duduk di atasnya.
Tempat itu adalah ruang es yang sangat besar dan beku. Seperti gua raksasa yang membeku.
"Selanjutnya lantai tujuh ya... Aku tidak suka menumpuk tugas jadi, akan kuselesaikan sekarang juga..."
LATIHAN PERTAMA
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro