CHAPTER 48.1 : Dosa Kemalasan
Hidup selama lima hari dalam suasana yang tidak tenang. Waspada akan musuh, membuat para siswa kurang tidur. Makanan dan air juga tidak selalu ada. Membuat mereka bertahan dengan cara yang mereka bisa, seadanya.
Mengumpulkan kartu, mempertahankan kartu, menyelesaikan quest, lalu kualifikasi. Setelah kualifikasi, bagian akhirnya adalah iblis soal. Ini adalah serangkaian ujian yang sistem sekolah buat untuk melakukan penilaian.
Lalu ujian itu, kini dalam tahap akhir. Tersisa dua iblis soal lagi. Yaitu nomor lima, dan nomor tujuh.
Iblis soal nomor lima, Vey. Pemilik skill dosa kemalasan. Saat ini sedang menghadapi Alvin dan Syifa. Wujudnya adalah wanita dengan lekuk tubuh bagus dan indah. Masalah tubuh, dia unggul dalam kalangan iblis. Meski wajahnya tidak semulus Elfenda atau Karasuri.
Golongan dua siswa ini, yaitu Alvin dan Syifa adalah menengah, mereka cukup pandai dan terbiasa. Normalnya, siswa kelas satu di tingkat menengah, itu tidak normal. Sihir api, dalam konteks elemen alam. Itu adalah sihir terkuat. Paling dekat dengan sihir gelap dalam pemeringkatan.
Belum lagi angka statistik dan skill yang mereka miliki, itu sangat lumayan untuk siswa kelas satu. Setidaknya, meski masih di bawah Bintang, mereka berdua cukup hebat untuk siswa kelas satu.
Padahal dari sisi Vey, statistik mereka berdua adalah makanan empuk. Dengan skill kemalasan, seluruh angka tinggi itu bisa ditekan. Ditekan dengan sangat dalam hingga sampai ke titik terendah. Tapi itu hanya untuk satu kali pemakaian dalam lima menit. Jika Vey menggunakannya untuk satu siswa, bagaimana siswa yang lain?
Secara fisik atau adu skill, tentu saja Vey mendominasi. Latar belakangnya sebagai ras iblis memberikan keuntungan dalam ketahanan fisik. Pun dengan skill yang telah ia buka sebagai ras berumur panjang.
Meski begitu, dalam posisi Vey yang mendominasi seperti ini. Dia masih kesulitan jika harus menghadapi dua siswa yang kompak dan menyusahkan. Apalagi skill sloth (kemalasan), punya jarak lima menit di setiap penggunaan.
[Sudut Pandang Vey]
Skill? Bukan. Itu adalah kekuatan fisiknya sendiri, dari yang kulihat. Selain itu, apa yang dijabarkan oleh penilaian membuatku yakin. Anak ini, dia, adalah orang yang membunuh Hidan.
Sebentar, pasti ada beberapa keadaan yang membalik. Tentu saja dengan skill sloth milikku, statistik tinggi itu bisa ditekan. Tapi bagaimana dengan dua anak yang lain?
Aku punya kecepatan iblis dan regenerasi sebagai fitrah. Tapi itu percuma kalau tubuhku langsung hancur. Jangankan tubuh, jika jantungku hancur dan darah tidak mengalir. Aku tamat, ini sulit.
Menghadapi dua pengguna sihir api, itu sudah cukup merepotkan. Terlebih lagi, mereka lihai dalam memanfaatkan sihir itu. Sekarang, siswa ketiga datang. Aku bisa menilai kalau anak ini adalah katalis kilat hijau.
<Individu: AKRAM>
<UNIQUE TYPE: KILAT HIJAU>
<STATISTIK: 26.070>
<DI BAWAH KENDALI SKILL WRATH>
Apa yang dijabarkan oleh skill penilaian, itu adalah statistik asli. Tapi dalam pengaruh skill wrath, poin statistik bisa meningkat tiga-empat kali.
Ini akibatnya jika aku terlalu banyak main-main. Aku terlalu lama saat menikmati pertarungan dengan dua anak itu. Sekarang, malah datang anak yang ketiga. Merepotkan pula.
Aku harus serius.
"Hei, anak-anak. Maaf saja tapi mainnya sudah dulu ya. Aku mau serius untuk sekarang."
"Kalau begitu, kami juga akan serius. Berhubung bala bantuan yang tidak diharapkan datang. Aku jadi semangat." Yang menjawab dengan arogan seperti itu, adalah individu bernama Alvin. Petarung tingkat menengah. Meski tipenya santai dan ceroboh, dia cukup kuat.
Lalu perempuan yang sejak tadi bersamanya, dia adalah individu bernama Syifa. Diam, menganalisa, tapi cukup kuat dalam sihir. Dia benar-benar memberikan dukungan hingga Alvin sangat sulit untuk disentuh.
Individu ketiga yang baru saja datang. Dia adalah Akram, katalis kilat hijau. Dari keadaannya, aku bisa menyimpulkan. Anak ini membunuh Hidan, mendapatkan unsur kemurkaan, lalu merasa marah. Perasaan marah ini cukup untuk membuka unsur kemurkaan, menjadi skill wrath. Sayangnya, dia terlalu lemah hingga skill itu aktif secara otomatis. Terlebih lagi, dia tidak bisa mengendalikan skill itu sesuai kemauan. Kalau begitu, baik itu lawan atau kawan. Memangnya bisa dia bedakan?
Saat ini aku memang belum membuat gerakan. Karena skill ruang pikiran, aku bisa berpikir lama dalam waktu yang cepat. Di pikiranku sudah berjalan 30 detik. Tapi di dunia nyata, baru berjalan satu detik.
Aku bisa santai, aku bisa berpikir 30 detik lagi. Sampai saat itu tiba, ayo kita pikirkan renca-
"Hah???"
Pikiranku terhenti, tidak ada lagi yang bisa dipikirkan. Mendadak, dalam waktu yang sangat cepat. Tidak bisa diikuti penglihatan. Lebih cepat dari ruang pikiran. Individu bernama Akram, dia memotong tangan kananku.
Aku tidak melihat tebasan itu. Aku tidak melihat bagaimana dia menarik pedang dari pinggangnya. Menebas tanganku. Lalu memasukkan pedang itu lagi.
Tiba-tiba tanganku putus. Sementara dia, saat ini sudah berada di belakangku. Seperti tidak melakukan apapun. Pedangnya masih terbungkus. Dia juga sudah melepas kuda-kuda. Tapi dalam waktu super singkat yang tidak disadari, dia telah memotong tanganku.
_____
[Sudut Pandang Bintang]
"Kamu pengguna sihir gelap ya?" Sosok dengan gelar raja iblis, dia bertanya padaku. Entah apa maksud dari pertanyaan itu. Apakah itu sanjungan, sindiran, atau apa. Habisnya, dia pasti punya skill penilaian. Pertanyaan ini, sama sekali tidak diperlukan.
"Kalau iya kenapa?" Aku menjawab itu dengan pertanyaan juga.
"Aku hanya ingin menyapa. Satu dari empat katalis tingkat atas. Kalau bukan karunia dari sistem, kau tidak akan bisa meraih kekuatan kalis seperti itu."
"Intinya, kau mau menyalahkan koneksi antara aku dengan sistem?"
"Tidak, singkatnya aku iri. Andai aku makhluk yang dibuat dengan sistem. Bayangkan seberapa kuat aku, ya? Yah, beda dengan kalian yang mendapat kemampuan dari undian. Kami para iblis, berjuang sejak lahir untuk menjadi kuat."
Tuh kan sudah kuduga. Pertanyaan di awal tadi, itu adalah bentuk sindiran. Memangnya aku tahu kalau bakal terbangun di asrama seperti setahun lalu? Yah, tidak ada gunanya juga menyalahkan takdir. Terlebih lagi untuk saat ini.
"Awas, nanti bagian tubuhnya terpotong." Raja iblis memainkan jari jemarinya. Menarik telunjuk agar jauh dari jari tengah. Dia sedang menegangkan beberapa bagian benang yang melilit.
Benar saja, banyak benang yang mendadak timbul. Mereka memantulkan cahaya bulan, jadinya terlihat. Andai benang itu tetap pada posisi awalnya, kami pasti tidak bisa melihatnya.
Analisanya selesai. Sekarang, transkripsi skill kegelapan.
"Kalian! Beri aku waktu 30 detik. Asal transkripsi sihir ini selesai, aku bisa melakukan sesuatu." Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Karena itu aku meminta kerjasama.
Membentuk delapan lingkaran sihir, itu sudah cukup berat dan sulit. Apalagi membentuk transkripsi sihirnya. Itu akan memakan waktu. Yang terbaik yang bisa aku lakukan, hanyalah dalam waktu 30 detik. Aku tidak bisa membentuknya lebih cepat dari itu.
"Tidak akan kubiarkan."
Selagi tangan kanannya memainkan benang, tangan kiri raja iblis menyentuh ulu hati. Dia merasakan detak jantungnya sendiri, lalu mengaktifkan sihir pembatalan.
Abu-abu.
Untuk sekilas yang kami lihat, yang kami rasakan, semuanya abu-abu, tidak berwarna. Hingga seluruh warnanya kembali. Tapi lingkaran sihir milikku sudah dibatalkan. Dia menggagalkan transkripsi sihir milikku.
Tunggu, bukannya itu curang? Yang dia gunakan untuk membatalkan skill, apakah itu sihir? Ataukah skill juga? Lagian, memangnya skill dan sihir itu beda?
Penilaian!
<PENILAIAN DIBLOKIR>
Tuh 'kan sudah kuduga! Ini menyampaikan situasi pada satu kesimpulan. Kami, tidak bisa menggunakan skill. Bukan hanya skill, sihir juga. Sampai kami menemukan penawar untuk sihir pembatalan raja iblis. Kami tidak bisa menggunakan skill maupun sihir.
"Lengah." Raja iblis mengibaskan tangan kanannya, itu adalah gerakan yang sama seperti ketika ia menghancurkan tubuh Oase.
Tubuhku menyala, keemasan, seperti bereaksi akan sesuatu. Sihir keemasan seperti ini, protection dari Dila?
Tunggu, aku butuh waktu untuk mencerna.
. . .
Oke, aku paham!
HAH!!!
Barusan, raja iblis, dia hendak menghancurkan tubuhku 'kan!!! Pasti, tadi, gerakan tangan tadi, dia ingin menghancurkan tubuhku tuh. Bayangkan diriku yang tinggal kepala, seram ... andai Dila tidak menanamkan protection pada diriku, aku pasti mati. Fix, aku pasti sudah wasallam dua detik yang lalu.
Tunggu, itu berarti. Skill buff untuk diri sendiri. Skill itu tidak bisa dibatalkan. Benar! Dila masih bisa menggunakan protection saat ini. Padahal, raja iblis sedang mengaktifkan sihir pembatalan. Bagus, ini bagus. Itu berarti, aku bisa menggunakan skill buff seperti aura gelap.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro