CHAPTER 43.2 : Dosa Kemurkaan
Hutan di malam hari dengan suasana mencekam, penuh intimidasi. Hidan, iblis soal nomor empat yang secara tiba-tiba menemui Akram juga Roi. Akram memang berhasil, memenggal kepala iblis itu dengan cepat. Saking cepatnya, mata manusia normal tidak bisa mengikuti gerakan itu. Gerakan yang memenggal kepala Hidan dengan cepat.
Tapi, Hidan adalah iblis. Memiliki fitrah untuk regenerasi tubuh dengan cepat dan ajaib. Entah bagaimana, sel darah putih milik iblis bekerja sangat cepat. Bahkan ada unsur tidak diketahui yang membuat penyembuhan iblis menjadi instan.
Belum lagi, jika individu iblis mencapai ambang pengalaman tertentu. Memiliki skill penyembuh atau pertahanan, mendapatkan skill penguasa. Itu adalah komponen yang bila dikombinasi, cukup untuk membuat iblis abadi. Setidaknya, iblis tidak akan bisa mati, jika tidak dibunuh.
Karena fitrah penyembuhan dan regenerasi, iblis bukanlah makhluk yang bisa mati karena umur. Iblis memang bisa tumbuh dewasa. Tapi tidak akan menua. Karena, metabolisme tubuh iblis di usia muda dan dewasa sangat sempurna. Membuat sistem kerja tubuh iblis, tidak pernah mengalami penurunan. Kata gagal jantung, gagal ginjal, gula darah, struk, ras iblis tidak pernah mengenal kata-kata itu.
___________________________
"Pengguna katalis sihir hijau, ya? Bertemu dengan siswa spesial seperti dirimu ... ini adalah kesempatan langka dan membanggakan ...." Hidan tersenyum dan nampak ramah dengan kalimat itu. Mimik wajah sangat kaku karena penuh jahitan dan luka.
"Terima kasih atas pujiannya. Tapi aku tidak akan tersanjung," tanggapan Akram waspada, sambil bersiap untuk menarik samurai lagi.
"Santai saja. Lagipula kau hanya akan menjadi makanan bagi iblis. Statistik dan ambang pengalaman manusia, rasanya sangat lezat dan nikmat," kata Hidan sambil menjilat bibirnya dengan lidah panjang.
"Teknik pukulan nomor satu, pukulan ginjal!"
Roi, secara tiba-tiba memukul Hidan. Tidak disadari kapan bergerak, dia sudah berada di belakang Hidan, dengan posisi siap meninju ala karate.
Pukulan keras dan kuat di bagian pinggang, membuat Hidan nyeri luar biasa dan memuntahkan air liur. Wajahnya nampak merah dan tersipu saat menerima pukulan itu.
"Lagi ... lagi ...." Punggung Hidan nampak bergelombang dan menggeliat. Takut akan serangan tiba-tiba, Roi mengambil langkah mundur. Kemudian berdiri si samping Akram.
Sesuatu yang panjang dan menggeliat, mencoba keluar dari jubah Hidan. Belum terlihat apa yang sebenarnya sedang menggeliat di punggung iblis itu. Hanya sesuatu yang panjang dan masih terbungkus jubah.
"Rasa sakit dan direndahkan oleh bocah manusia, rasanya sangat nikmat," kata Hidan tersenyum sambil menjilat bibirnya lagi.
Sesuatu yang menggeliat itu keluar dari jubah. Merobek punggung dan menembus jubah. Itu adalah benda yang panjang, lembek, hitam, dan ujungnya runcing. Seperti ekor kalajengking, tapi jumlahnya banyak. Selain itu, tempat keluarnya dari punggung.
[KOMPOSISI DIRI] [IBLIS KALAJENGKING]
"Bagaimana??? Ekor kalajengking yang aku tanam di dalam tubuhku??? Sangat indah bukan ...." Hidan memamerkannya. Belasan ekor busuk dan menggeliat yang keluar dari punggungnya.
"Aku lebih merasa jijik. Lihat, tubuhku merinding," kata Akram waspada.
"Aku membunuh banyak monster kalajengking. Memotong ekor mereka. Dan menanamkan Ekor-ekor itu di punggungku. Rasanya ketika aku menanam ekor di punggung, aku tidak bisa berkata-kata. Rasanya, terlalu nikmat sampai tubuhku lemas," jelas Hidan dengan bangga.
"Makhluk ini ... aku baru tahu kalau ada iblis masokis." Roi tercengang jijik dan merinding. Begitu pula dengan Akram.
Iblis ini aneh, gila, seram, dan kuat. Mereka tidak boleh meremehkan lawan kali ini. Lengah juga kesalahan yang fatal. Dua laki-laki yang nampak terpojok, mereka memasang kuda-kuda awal. Akram siap menarik pedang. Roi siap melancarkan serangan. Sementara Hidan, menunggu sampai kedua anak itu maju.
"____________"
Tidak ada apapun yang Hidan rasakan dalam kedip mata. Tepat saat Hidan berkedip, Akram dan Roi sudah berada di belakangnya. Semua belum terasa. Hidan bertanya-tanya. Hingga sebagian ekor kalajengking-nya, putus dan jatuh ke tanah. Lagi-lagi gerakan tidak terlihat. Gerakan Akram dan Roi terlalu cepat sampai Hidan tidak menyadarinya.
Saat terdiam seperti itu, Hidan merasa mual. Tiba-tiba dia memuntahkan darah. Dalam jumlah banyak. Membuat kepalanya menunduk dan melihat perut. Terkejut bukan main saat Hidan melihat perutnya. Perut bagian luarnya memar. Sementara organ dalamnya, banyak yang hancur. Hidan bisa merasakan kalau isi perutnya sedang hancur di dalam.
Pukulan Roi memang tidak bisa menebas. Tapi bisa menghancurkan apapun yang ada di baliknya. Jika di luar perut terlihat memar, maka di dalamnya sudah tidak berbentuk. Alasan kenapa Hidan masih hidup, karena dia adalah iblis. Tubuhnya mulai meregenerasi luka meskipun perlahan.
"H-hebat ... kalian adalah siswa yang sangat kuat dan indah!!! Kalau begitu sambil menunggu perutku sembuh, sekarang aku mau menyerang!!!" Teriak Hidan sambil berlari cepat ke arah Roi juga Akram. Ekor yang tersisa di punggung, menusuk-nusuk Akram dan Roi yang menghindar. Meski bisa dihindari, celah menghindar sangat sedikit. Salah bergerak maka ekor itu akan menusuk.
Cakar Hidan yang panjang juga ikut menyerang. Semakin mempersempit celah agar Akram dan Roi tidak bisa menghindar.
Iblis ini ... dia terus menekan kami dalam jarak dekat. Sepertinya, dia tahu kalau teknik butuh waktu untuk dilancarkan. Padahal hanya tujuh detik untuk menggunakan teknik. Tapi jika aku diam sedetik saja saat ini, aku bisa mati.
Akram membatin, menganalisa tentang apa yang direncanakan Hidan. Seluruh serangan Hidan yang brutal dan langsung memang bisa dihindari. Tapi Akram dan Roi tidak bisa membalas. Ekor kalajengking yang jumlahnya banyak, tidak memberi celah untuk melancarkan serangan.
Sadar kalau Hidan tidak bisa melukai lawannya, dia menggunakan skill andalah. Satu dari tujuh skill dosa besar. Skill kemurkaan. Skill yang dapat memberikan efek rage dan buff untuk menambah seluruh statistik tubuh. Baik itu kecepatan, serangan, pikiran, atau efek skill.
"Skill penguasa, kemurkaan!" teriak Hidan saat mengaktifkan skill miliknya dengan parole.
[DALAM PENGARUH SKILL KEMURKAAN]
Gerakan Hidan menjadi sangat cepat dan gila. Baik itu gerakan menusuk dari ekor, atau cakaran dari tangan, semuanya mendadak cepat dan kuat. Akram dan Roi bisa menghindar dari, tapi hanya sebentar. Jika terus seperti itu, serangan Hidan bisa menemukan celah dan melukai. Karena itu Roi memaksakan diri. Dia mengaktifkan teknik di saat sempit seperti itu. Sementara Akram, terus mempertahankan gerakan menghindar seperti sebelumnya.
"Teknik tendangan nomor delapan, tendangan atas!" Roi menendang dagu Hidan hingga mendongak patah ke atas. Tapi cakarnya, sudah melukai lengar Roi dengan tiga goresan.
Gerakan Hidan berhenti dan diam. Membuat Akram dan Roi bisa mundur untuk mengatur posisi. Akram melihat luka Roi di bagian lengan. Itu sangat dalam dan parah. Baju karate yang awalnya putih, kini ternoda bercak darah yang merah.
"Roi, kau baik-baik saja?" tanya Akram khawatir.
"Ini hanya luka gores. Tapi sedikit dalam sih," jawab Roi santai.
.
.
.
Leher Hidan yang patah sudah kembali normal. Dia berdiri santai dan melihat Akram juga Roi. Tersenyum Hidan, dia mengarahkan tangannya ke mulut. Ujung cakar di tangan itu, masih menempel darah Roi. Darah yang Hidan dapatkan saat mencakar Roi tadi.
"Aku menang," kata Hidan sambil menjilat cakar itu dengan senyuman bahagia. Akram dan Roi tidak mengerti. Hanya bisa waspada dalam diam. Sambil memikirkan apa yang sebaiknya mereka lakukan. Hidan berkata lagi.
"Skill kutukan, Jashin!" Hidan mengaktifkan skill lainnya yang ia miliki.
________________________
Iblis buta bisa merasakan semuanya. Semua yang terjadi di gunung dalam penghalang, semuanya bisa ia rasakan. Termasuk, daun yang gugur atau serangga yang berjalan. Apalagi, keadaan para siswa dan iblis yang sedang terpencar saat ini. Juga, langkah kaki dua orang yang mendekat. Dua laki-laki yang mendekat dan membawa pedang. Satu orang membawa pedang di pinggang, satu lagi di punggung. Mereka sampai, melihat iblis buta yang sedang duduk di atas pohon tumbang. Di depan iblis buta itu, ada papan catur yang nampak sedang ia mainkan sendiri.
"Kalau tidak salah. Kalian adalah Deni dan Vittho, ya? Aku bisa menyadarinya dari aura pedang yang kalian bawa. Sekalian saja ku perkenalkan. Aku Elfenda, iblis soal nomor enam," kata iblis buta itu dengan keadaan memejamkan mata.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro