Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 34 : Perempuan yang Berlari


Terus mengadu pukulan dengan asap hitam yang menggumpal, Bagas memaksakan diri meski tahu tenaganya terkuras. Di belakangnya ada Dina yang diam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Semakin keras karena ritme pukulan mereka cepat. Membuat atmosfer terganggu dan menerbangkan banyak debu.

"Memangnya sampai kapan mau adu pukul terus!!!" teriak Dina kesal karena dia tidak bisa berbuat apa-apa di posisi ini.

"Mana kutahu! Daripada komentar lebih baik bantu aku 'kan!" jawab Bagas kesal sambil mengerahkan fokusnya ke adu pukul. Sambil tetap mempertahankan serangan, Bagas membatin.

Aku tidak tahu apa tujuan dari asap hitam ini. Tapi satu hal yang pasti. Asap ini ingin membuat kami terpisah. Saat aku hendak lari bersama Dina, asap itu menghalangi. Terus menggiring kami agar tetap di posisi ini dan tidak berpindah.

Terlebih lagi, aku juga harus menjaga Dina yang tidak bisa berbuat apa-apa. Asap ini juga sempat hampir menerjang Dina loh, tadi... aku bisa tahu efek fatal jika asap itu menerjang kami. Efeknya tergambar jelas di kepalan tanganku ini. Asap itu memiliki efek korosif. Andai aku tidak menahannya, seluruh tubuhku bisa dipastikan akan melepuh. Kemungkinan terburuknya bisa cacat atau kulit kami meleleh. Karena itu meski harus memaksakan diri, aku akan menahan pukulan ini! Untuk yang lain, aku percayakan pada Salsa dan Bintang.

Sedang melancarkan pukulan demi pukulan untuk menahan terjangan asap hitam, pandangan Bagas langsung teralih. Dari dalam hutan, jauh dari tempat mereka berada, cahaya hitam pekat menjulang. Bentuknya segi empat, seperti benteng yang mengurung sesuatu di dalamnya.

"A-apa, itu?" Bagas bertanya-tanya sendiri saat melihat fenomena itu. Bingung, terkejut, tapi dia harus menjaga fokusnya untuk menahan serangan asap hitam.

Bertepatan saat penghalang itu berdiri, asap hitam menyebar. Bentuknya yang berupa kepalan tangan menjadi buyar. Kemudian membentuk sesuatu yang berdiri di atas tanah. Sudah berhenti menyerang Bagas, sosok yang belum terbentuk sempurna terasa sangat kuat dan berbahaya. Bagas dan Dina langsung berinisiatif untuk lari, mereka memiliki niat bergabung dengan yang lain. Tapi asap hitam yang masih menyebar, tiba-tiba melesat ke arah mereka. Bukan berupa kepalan tangan, kali ini hanya asap yang melesat dengan cepat. Seperti benda hitam yang memiliki efek korosif pada apapun yang terkena.

Bagas menahan asap itu dengan pukulan hingga asapnya memudar dan menghilang. Tapi serangan hitam tidak mau berhenti. Menggiring Bagas dan Dina agar tetap di posisi semula. Ketika Bagas dan Dina kembali ke posisi semula, serangan hitam berhenti. Lalu sosok yang yang terbentuk dengan asap hitam sudah menjadi sempurna dan wujudnya jelas. Laki-laki yang badannya besar dan tinggi. Menggunakan pakaian panjang berwarna hitam hingga kakinya tidak nampak.

"Tetaplah disini. Maka aku tidak akan menyerang kalian. Tugasku hanya menahan kalian agar tidak ikut campur. Jika kalian tidak ikut campur maka itu sudah cukup," kata orang yang baru muncul setelah asap hitam itu bersatu. Meski Bagas tahu dia adalah siswa seangkatan, tapi suaranya terlalu berat. Badannya juga besar.

"Benda hitam itu, apa?" tanya Bagas waspada.

"Ah, itu. Monik baru saja mengaktifkan penghalang. Sepertinya, teman kalian yang suka membekukan sesuatu sedang terkurung di dalam sana," jelas laki-laki berbadan besar sambil beralih ke posisi duduk sila.

"S-Salsa terkurung di dalam sana?" Dina bertanya sambil gemetar dan merasa khawatir. Masalahnya, Bintang juga sedang berpencar saat ini. Mereka saling tidak tahu bagaimana keadaan yang lain.

Andai saja aku bisa lebih berguna ....

Dina membatin dan menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa. Membulatkan tekad, dia langsung berlari ke arah kanan. Ke tempat di mana Bintang pergi.

"T-tunggu, Dina!" teriak Bagas coba menghentikan Dina yang gegabah. Sementara Dina berlari, serangan hitam mulai melesat secara otomatis. Membidik Dina yang berlari tanpa pertahanan sihir apapun.

Bagas bisa menghempaskan satu atau dua serangan. Tapi jumlah serangannya terlalu banyak untuk Bagas tahan. Bagas tidak memiliki sihir pertahanan yang mampu menahan serangan brutal. Semakin dekat, serangan itu tiba dan menerbangkan debu. Menutupi mereka dengan debu dan pasir yang berterbangan.

__________________________

Seorang siswa perempuan tengah berlari hingga nafasnya tidak teratur. Sambil berlari, ia mengangkat sedikit rok merah muda miliknya agar tidak terinjak. Kakinya pegal, tapi dia sedang memaksakan diri saat ini. Membawa kartu berwarna kuning di sakunya, dia menjaga  benda itu agar tidak sampai terjatuh.

Penuh rasa takut dan gelisah, dia menengok ke belakang sesekali. Khawatir ada orang lain yang masih mengejarnya sekarang. Karena pandangannya ke belakang meski sesaat, dia tidak memperhatikan langkah. Membuat kakinya tersandung akar pohon yang timbul dan terjatuh. Sedikit merintih sakit dengan suara pelan, dia langsung mengambil posisi bersandar.

Dari balik batang pohon yang besar, dia melihat dua orang. Satu laki-laki yang berdiri, satu lagi perempuan yang duduk sila di tanah. Perempuan itu nampak sedang menyusun transkripsi sihir yang berbahaya. Namun karena tidak ingin ketahuan, dia tetap bersembunyi di balik batang pohon.

Dari balik pohon meski pelan, perempuan berpakaian merah muda mendengar suara raungan. Entah darimana, pokoknya itu raungan hewan buas. Dia hanya menahan suara nafasnya agar pelan sebisa mungkin. Menggunakan skill hampa untuk menyembunyikan keberadaan, dia tidak bisa dirasakan siapapun saat ini.

"Bulbasaur menghilang!? Aku tidak merasakan keberadaannya sama sekali." Laki-laki yang berdiri itu menggerutu kesal. Seperti ada hal yang tidak ia sukai terjadi. Menanggapi gerutu rekannya, wanita yang duduk berkata sambil menyusun transkripsi.

"Sihir yang bisa menghilangkan iblis liar? Aku belum pernah melihatnya di buku menu," katanya. Tapi saat itu juga, perempuan yang duduk menyadari sesuatu hingga menganga.

"Tidak, aku pernah melihatnya." Wanita itu nampak menyadari hal yang sangat berbahaya. Ingatannya menampilkan buku menu yang menjelaskan ragam kelas, skill, termasuk fungsinya.

GLUTTONY (KESERAKAHAN)

"Itu, adalah skill kelas A yang hanya dimiliki pengguna sihir gelap. Lalu statistik untuk membukanya, 55.000 poin!"

"55.000? Statistik milikku bahkan tidak sampai 20.000!" Laki-laki yang berdiri langsung berbalik karena terkejut.

"Ivan, lawan kita kali ini tidak bisa diremehkan. Monik sudah mengaktifkan penghalang untuk menahan si pengguna es. Dia dapat dipastikan sudah keluar dari ujian ini. Hisyam juga sedang menahan dua orang di tengah hutan. Kita berdua, harus mengalahkan pengguna sihir gelap ini dan merebut kartunya!"

"Kau benar. Lalu Wawa, apakah sihir kabutnya belum selesai?" Laki-laki yang namanya Ivan itu bertanya pada perempuan yang duduk. Perempuan itu bernama Wawa, pengguna sihir kabut.

"Jaga aku sampai tiga menit lagi. Setelah itu, kabut beracun akan mulai menyebar dalam radius satu kilometer. Dalam kabut itu, aku bahkan bisa merasakan posisi kartu yang lain. Tentu saja anggota kelompok kita sudah aku berikan pengecualian untuk efek racunnya," jelas perempuan yang namanya Wawa itu. Mendengar penjelasan Wawa, perempuan yang bersembunyi di balik pohon sadar kalau ini adalah bahaya. Dia akan terkena efek racun dari kabut dan kartunya bisa direbut.

Aku harus menunggu momen yang tepat untuk menggagalkan sihir kabutnya. Aku sudah berlari sejauh ini. Membawa kartunya sampai ke titik ini. Hanya karena aku ketua kelompok, mereka bertiga sampai mengorbankan dirinya untukku.

"Tapi tenang saja. Aku akan lulus dari ujian ini. Dengan begitu, kalian bertiga juga dapat dipastikan lulus. Aku akan berusaha sebaik mungkin!" Perempuan itu membatin semangat dan mengumpulkan kembali energinya. Di akhir kalimat, dia menyebut ketiga nama rekannya dalam hati.

Nadine, Riefqa, dan Anjel. Aku Nayla. Aku bersumpah akan lulus kualifikasi dan memberikan nilai terbaik untuk pengorbanan kalian!

KESERAKAHAN YANG MELAHAP SEGALANYA
DREAMER ARC X

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro