Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 20 : Kelompok Belajar


Aku duduk di bawah payung antik. Sekeliling tempatku duduk adalah padang rumput yang luas sejauh mata memandang. Duduk satu meja denganku, Kak Dona dan Oase sambil meminum teh hangat.

Aku dihadapkan pada sebuah pilihan. Kak Dona mengajukan dirinya agar mengikat kontrak denganku. Memang banyak keuntungan, tapi aku merasa... Itu juga merugikan ku.

"Hei Kak Dona... Jika aku mengikat kontrak denganmu..."

"..." Ekidona menyandarkan dagunya di atas punggung tangan sehingga kepalanya tertopang. Memerhatikan diriku yang sedang coba menyampaikan sesuatu.

"Apakah aku akan selamanya terikat. C-contohnya. Apakah aku tidak bisa terikat kontrak dengan penyihir atau roh lain. Atau jika aku, menemukan seseorang yang kusukai."

"Hmmm... Menarik. Dengan kata lain kau tidak memiliki rasa apapun terhadapku, ya?"

"Be-begitulah... Aku merasa. Jika kau mengikat diriku, demi membebaskan laki-laki yang kau sukai. J-jadi aku merasa... Harus menolaknya. Seperti itu, kurang lebih."

Mendengar pernyataan dariku barusan, Kak Dona memejamkan matanya dan tersenyum.

"Yah, aku juga tidak berniat untuk memaksa Bintang sih. Jika kau menolak maka aku tidak akan mengejarmu lagi. Jadi, ayo kita kembali."

"H-hah? Serius? Padahal kukira kau akan memaksaku lebih dari ini..."

"Untuk apa memaksa orang yang sudah menolak cintaku... Iya kan Oase?"

Oase merespon dengan menganggukkan kepalanya.

TIK
Ekidona memetik jari lagi, kemudian padang rumput dan tempat kami duduk semakin memudar. Semakin hilang, dan menjadi ruang putih tak berujung.

Warna putih itu kemudian membentuk warna dan kembali menjadi gedung UKS seperti sedia kala. Di sampingku, tertidur Roi, Akram, dan Bu Sulhah dalam posisi duduk. Lalu di depanku, Ekidona dan Oase berdiri, bersiap untuk kembali ke asrama.

"Saat mereka bangun, mereka tidak akan memiliki ingatan tentangku. Jadi jangan katakan apapun ya." Kata Ekidona sambil beranjak pergi keluar gedung UKS. Lalu karena merasa tidak enak, aku menghentikan langkahnya.

"Tu-tunggu... Maaf karena aku menolakmu."

Mendengarnya, Ekidona berbalik dan tersenyum. Dia kemudian berkata.

"Tenang saja. Aku masih punya waktu 40 minggu lebih sebelum saatnya tiba. Sampai saatnya tiba, akan kupikirkan cara lain." Dia kemudian melanjutkan jalannya dan keluar dari gedung UKS.

[Tidak aku sangka dalam hidupku, aku akan menolak seorang gadis.]

"Lalu bagaimana dengan mereka bertiga?" Aku menanyakan nasib Akram, Roi, dan Bu Sulhah pada Oase yang belum keluar.

"Ah iya. Tenang, nanti mereka akan bangun. Paling lambat besok pagi." Kata Oase sambil beranjak pergi keluar gedung UKS.

Di pintu gedung, dia berhenti dan melihat ku.
"Bintang mau disini?"

"A-ah... M-maksudnya... Mereka bertiga, ditinggal?" Aku bertanya.

"Yah... Kalau Bintang kuat menggendong mereka sampai asrama silakan saja..." Jawab Oase dan kini dia pergi meninggalkanku.

...

"K-kenapa aku tertidur di sini?"
Tanya Akram setelah bangun dari tidurnya ketika pagi.

____________________________________

Senin pagi, di dalam kelas. Suasananya sejuk seperti biasa karena pendingin ruangan. Lalu gorden membuat sinar matahari tidak menyorot kami secara langsung.

Di depan, dalam posisi duduk di meja guru, Bu Sulhah menyampaikan sesuatu.

"Sebenarnya hari ini Ibu akan memberikan latihan baru sih. Tapi karena semalam ada sedikit masalah yang Ibu tidak mengerti... Tugasnya tidak jadi."

"Itu karena ibu di bawa dan tertidur di gedung UKS sih..."

"Jadi karena itu, hari ini kita akan membentuk kelompok belajar." Ucap Bu Sulhah sambil tersenyum dan menunjukkan toples berisi nama siswa sekelas.

Toplesnya ada dua. Satu untuk kelompok laki-laki, dan satu lagi untuk kelompok perempuan. Membuka toples, kemudian Bu Sulhah berbicara lagi.

"Siapa yang ingin menjadi relawan untuk mengambil kertas dan mencatat nama di papan tulis?" Tanya Bu Sulhah.

____________________________________

Sore hari, di asramaku. Ramai...

"Uwwah... Ini kamar paling kosong yang pernah aku kunjungi selama ini..." Ucap Akram sambil melihat-lihat isi dari kamar asramaku. Melihat rak buku, meja belajar, dan bawah kasur.

"K-kenapa kau mengecek bawah kasur orang lain." Tanyaku geram pada kelakuan Akram.

"B-biasanya cowok menyimpan komik disitu kan..."

Siapa yang menyembunyikan komik seperti barang pribadi.

"Bintang... Kulkasnya kosong... Gak ada makanan? Padahal ini hari pertama kita belajar kelompok..." Orang yang membuka kulkas itu bernama Deni. Dia adalah kelompok belajar ku selain Akram.

"A-ah... Aku belanja makanan seperlunya saja sih..." Jawabku kaku pada pertanyaan Deni.

Bohong... Sebenarnya Oase sering memberiku makanan. Karena itu aku bisa irit dan tidak perlu belanja bahan makanan...

"Bintang, tukeran nomor ponsel." Dia adalah Vittho. Ketua kelompok belajar ini. Dia juga yang menentukan bahwa hari ini akan belajar kelompok di kamarku.

"A-ah... Ini." Aku memperlihatkan nomor ponselku dan Vittho mencatatnya.

"Yosh... Akram... Nomor ponsel." Vittho lanjut mencatat nomor anggota kelompok.

BRAK!
Seseorang dengan panci panas membuka pintu tanpa mengetuknya.

"Bintang!!! Hari ini aku masak sup telur... Aku letakkan di kulkas ya..."

Tuh kan makanan sudah datang.

Oase, dia tidak sekelompok denganku. Dia hanya membagi masakannya seperti biasa.

"Dadah... Selamat bersenang-senang bersama kelompok belajarmu..." Oase pamit dan kembali menutup pintu kamarku.

"MAKANAN!!!" Deni membuka kulkas itu dan memanaskan sup telur di atas kompor.

"A-anu... Itu makananku..."

"H-hah... Padahal kami tamu tapi kau tidak menjamu kami dengan apapun." Jawab Deni acuh dan mengambil mangkuk di rak piring.

"J-jadi, bagaimana tentang pembelajaran kita hari ini?" Aku bertanya pada Vittho yang masih sibuk mencatat nomor telepon milik Akram dan Deni.

"H-hah... Yah, kalau kau punya masalah atau materi yang tidak dimengerti tanyakan saja. Itu kan gunanya belajar kelompok. Kalau tidak ada masalah tidak perlu belajar lagi." Jawaban Vittho untuk pertanyaan dariku, tapi fokusnya tetap pada ponsel.

I-iya juga sih...

"T-tapi, Bu Sulhah memerintahkan kita agar menguasai bab tiga secara mandiri loh. Pekan depan kita harus presentasi bab tiga kan."

"Kalau itu aku tau. Ada masalah di bab tiga?" Vittho bertanya padaku.

H-hah? Tu-tunggu... Mereka, apakah mereka ini... Sudah menguasainya. Kalau aku sih sudah belajar sebelum mengerjakan tugas dungeon. Meski itu kesalahan, tapi aku jadi belajar sampai bab lima... Tapi aku harus memastikannya.

"Begini... Aku masih bingung tentang virus merupakan organisme aseluler atau uniseluler."

Lalu sambil menyantap sup telur, Deni menjawab.

"Itu sih aseluler! Virus kan belum memenuhi syarat kesatuan sel yang utuh. Strukturnya lebih sederhana dari mikroorganisme bersel satu lainnya. Sementara syarat sel itu udah punya membran, terus bisa melakukan kegiatan sel seperti respirasi dan mitosis."

Jawabannya melebihi ekspetasi ku!!!

Lalu dari sisi lain, Akram menyanggah penjelasan Deni.

"Hah. Setahuku struktur virus itu lebih modern. Dia dikatakan aseluler karena dapat mengkristal." Jelas Akram.

B-bahkan, seorang Akram bisa menyanggah pernyataan sebagus itu...

"B-barusan, sepertinya ada seseorang yang berpikir tidak sopan tentangku." Ucap Akram sambil melirik ke arahku.

Y-yah. Kurasa, sesekali belajar bersama seperti ini...

Bukanlah hal yang buruk

_________________________________

DREAMER ARC X
"Bintang, sup nya sudah habis..." Ucap Deni setelah kenyang menyantap semua sup telur milikku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro