Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 16 : Kinerja Sempurna


Pagi hari, Bu Sulhah sedang sarapan di asramanya sambil membaca buku. Serius membolak-balikan halaman sambil menyantap roti selai, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Tepat di baliknya ketika pintu terbuka, terdengar suara gadis kecil yang sangat familiar baginya.

"Sulhah Sensei, ada sedikit yang ingin aku bicarakan denganmu. Ini terkait kinerja sempurnamu, hal itu mungkin memiliki masalah," ucap seorang gadis kecil dalam perpustakaan yang tidak memiliki nada keramahan sedikit pun, Gazzelle.

_____________________________________

Minggu pagi, semua orang bersantai. Ada yang belanja, liburan ke fasilitas sekolah, atau menghabiskan waktu di asrama. Tapi pagi itu ....

TOK TOK TOK! Tepat setelah ketukan pintu yang berisik itu, ada suara yang berteriak, "Bintang! Kau masih hidup?" Dari luar Oase sambil mengetuk-ngetuk pintu asrama Bintang. Dia masih mengenakan celemek dan membawa sendok sayur di tangan kirinya. Tidak berhenti, sudah sekitar lima menit Oase tidak mendapat jawaban. Membuat Akram yang berada tepat di lantai bawahnya naik ke atas.

"Ada apa?" tanya Akram setelah tiba di depan asrama Bintang. Kemudian Oase menjawab, "Bintang ... dia tidak menyaut." Raut wajah Oase benar-benar panik dan khawatir. Pagi hari, namun jika jam sembilan pagi belum keluar asrama, itu adalah keanehan bagi Bintang. Ini memang pertama kalinya bagi mereka menikmati minggu di sekolah, tapi jika seorang Bintang tidak keluar asrama sampai siang begini, bahkan Oase tahu ini adalah sebuah kejanggalan.

"Apanya yang masalah? Ini hari minggu sih. Mungkin Bintang ingin tidur lebih lama," saut Akram sambil berbalik, dia ingin segera kembali ke lantai bawah. Namun, tidak ada kemungkinan bagi Oase untuk salah ketika menebak sesuatu. Jika dia berpikir bahwa ada masalah pada Bintang, maka itu adalah benar. Hanya saja untuk sekarang, bagaimana dia bisa membuktikan itu pada orang lain adalah masalahnya. Mendobrak pintu akan mencolok dan menimbulkan masalah lain.

"Yah, jika Bintang tidak keluar sampai malam maka aku akan kembali. Lagipula kita ini tetangga." Oase kemudian kembali ke asrama dan meninggalkan Bintang.

__________________________________

"Sudah kuduga memang ada yang aneh dari semalam. Aku terlambat menyadarinya," ucap Bu Sulhah menanggapi Gazzelle dari asramanya. Sama seperti ketika bicara dengan Pak Nanang, Gazzelle berbicara dari dalam perpustakaan. Sementara lawan bicaranya berada di ruangan lain. Penghubungnya adalah pintu. Pemicunya adalah sihir yang membuat Gazzelle bisa menghubungkan pintu perpustakaan dengan ruangan manapun.

"Aneh ndasmu. Itu jelas-jelas murni adalah kesalahan dan keteledoran darimu, kayaknya. Pikirkan efeknya. Jika sampai ada siswa yang terkena mental, ini akan merepotkan, kayaknya." Lagi dan lagi, setiap kalimat yang keluar dari mulut Gazzelle mengandung energi negatif. Baginya itu memang kritik biasa, tapi bagi yang menerimanya... Terkadang itu menyakitkan hati.

Namun, sebagian besar orang yang sudah mengenal Gazzelle memaklumi itu. Di pikiran para guru, Gazzelle adalah gadis kecil berumur yang tegas. Ucapannya adalah bentuk kritikan yang membangun. Ucapan kasar itu tidak lain adalah bentuk kepeduliannya pada siswa dan sekolah.

"Aku ingin kau segera tarik tugas itu dan beritahukan kebenarannya. Semoga saja belum ada yang mengerjakannya." Lanjut Gazzelle.

"B-baik. Maafkan kelalaian saya." Bu Sulhah meninggalkan makanannya dan bergegas membuka laptop. Memberitahukan para siswa kalau tugas yang diberikan telah dibatalkan. Sebagai gantinya, senin nanti Bu Sulhah akan memberikan tugas latihan soal biasa.

TING!

Para siswa menerima notifikasi pembatalan tugas lewat ponsel masing-masing. Tidak ada ekspresi yang tergambar kecuali senang dan lega. Ada siswa yang hampir mengenakan helm virtual untuk mengerjakan tugas, tapi tidak jadi setelah membaca pesan.

"Sudah kuduga kalau aku memang tidak perlu mengerjakan tugas ini!" Ucap Akram gembira sambil membaca komik di atas kasur. Sejak awal dia memang berniat menyelesaikannya sehari sebelum tenggat.

"Meski aku tahu aku tetap mengerjakannya... Kuharap ada nilai kompensasi dari Bu Sulhah..." Oase berbicara sendiri sambil mengaduk sup ayam yang hampir matang. Dia membaca pesan dari ponsel, sementara tangannya fokus mengaduk sup.

Tidak hanya mereka berdua, seluruh siswa merasa senang dan mengekspresikan keterkejutan mereka dengan berbagai cara. Membuat mereka mengabaikan tugas dan pergi ke luar untuk berlibur. Banyak fasilitas sekolah yang bisa dijadikan tempat berlibur. Seperti bioskop, kolam renang, restoran, tempat permainan, dan banyak lainnya. Tentu saja semua bisa dinikmati selama ada poin.

_______________________________________

Malam hari, Oase keluar asrama untuk membuang sampah ke ujung lorong gedung. Plastik hitam berisi ia bawa dan terasa berat. Saat kembali, dia menyadari pintu asrama Bintang masih tertutup dan belum dibuka sama sekali.

"Ini sih udah bahaya kayaknya..." Oase mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi Roi yang bertanggungjawab sebagai ketua kelas.

..................

Roi naik dari lantai dua ke lantai paling atas. Asrama Bintang memang terletak di lantai paling atas. Dia menanyakan beberapa hal kepada Oase dan Oase menjelaskannya.

"Kalau begitu, ayo kita datangi asrama Bu Sulhah. Menurut buku petunjuk kelas yang diberikan, guru memiliki kunci fleksibel yang bisa digunakan ke pintu manapun." Ajak Roi agar Oase menemani dirinya.

"A-ah... Kayaknya aku tidak ikut... Aku akan menghubungi pihak UKS untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi pada Bintang."

"Hmmm, boleh juga. Kalau begitu aku akan minta Akram agar menemaniku. Aku serahkan masalah UKS padamu ya." Roi pergi dan menuruni tangga asrama.

Sementara itu, Oase membuka ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.

Kak Dona, ayo bertemu di dekat pos. Sepertinya masalah ini perlu bantuan darimu.

Pesannya belum terbaca. Membuat Oase menggerutu sendiri di depan asrama Bintang dan berpikir untuk meneleponnya.

_________

KRING... KRING...

Ponsel Ekidona berdering di atas kasur tempatnya tidur. Karena berada di atas kasur, deringnya tidak terlalu keras. Membuat Ekidona yang sedang mandi tidak mendengar panggilan dari Oase.

"Kemana sih senior gak guna itu." Gerutu Oase kesal sambil memandang ponselnya yang tidak mendapat respon.

____________________________________

Malam hari, Bu Sulhah sedang mencari referensi untuk latihan soal yang akan dibagikan besok. Karena salah memberikan tugas, dia harus bekerja sampai malam. Tentu saja dia bisa membuat soal dengan asal dan biasa. Tapi itu bertentangan dengan prinsipnya dan prinsip dari kurikulum.

Bu Sulhah mengingat prinsip yang dideklarasikan pihak kurikulum dengan lantang.

"Selama bisa membuat soal yang sulit maka jangan pernah buat soal yang mudah!" Yang mendeklarasikan prinsip itu tidak lain adalah Bu Safri. Dari atas mimbar dengan pengeras suara, itu adalah masa lalu ketika Bu Safri naik menjadi kurikulum. Bu Sulhah mengingatnya dan menjadikan itu sebagai pedoman.

Sensei, istirahat juga penting loh...

Suara, dalam sendiri. Itu adalah suara yang terdengar dari dalam kepala Bu Sulhah. Bersama klise wanita berambut pirang, terlihat rambut panjang dan seragamnya tertiup angin dari belakang.

Pastikan Sensei makan teratur loh... Kalau Sensei sakit, memang ada orang yang akan menggantikan??? Bisa-bisa kerjaan Sensei makin numpuk nanti...

"Ingatan itu lagi..." Bu Sulhah mulai geram karena memori yang berdengung terus di kepalanya.

Manusia itu pasti pernah salah kan... Itu hal yang wajar kok. Sensei tidak perlu depresi seperti itu...

"Hentikan. Kenapa aku masih saja mengingat orang itu. Dia hanya seorang siswa, dan aku seorang guru. Bagaimanapun juga, untuk menjaga kinerja sempurna yang kumiliki, aku harus menjaga jarak hubunganku dengan siswa."

Pekerjaannya mulai kacau. Dia mulai mengabaikan laptop dan tenggelam dalam pikiran. Di tengah perasaan gundah itu, dia merasakan sentuhan hangat di punggungnya. Itu adalah ingatan. Memori sentuhan itu datang dari masa lalunya. Bersamaan itu ketika dia mengingat sentuhan lama di punggungnya, suaranya terdengar lagi.

"Semangat ya, Sensei."
Ucap gadis itu memberi semangat sambil menyentuh punggung Bu Sulhah dari belakang.

Bayang-bayang itu kembali. Padahal siswi itu sudah tidak akan pernah lagi bertemu dengan Bu Sulhah. Tapi disaat seperti ini, perasaannya dari masa lalu tersampaikan.

Tidak perlu bekerja terlalu keras

Jangan jadikan kerja keras sebagai alasan untuk menyiksa diri

Kita ini bukan robot lo... Sayanglah pada dirimu sendiri

___________________________________________

Kali ini, Bu Sulhah benar-benar tenggelam dalam pikirannya.

OTORITAS PERASAAN

_______________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro