Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 2: Seorang Guru Muda dan Guru Privat

Di salah satu gunung yang mengelilingi kawah batu, terpasang satu set payung merah beserta tikar piknik bermotif dadu. Duduk di bawah payung tersebut adalah seorang guru perempuan yang memakai setelan panjang berwarna cokelat.

"Ini pertama kalinya bagi Pak Khalif untuk ikut mengawasi ujian?" tanya perempuan itu pada seorang guru muda, seorang pendamping yang tidak ikut duduk di atas tikar piknik.

Dia yang dipanggil Pak Khalif kemudian menjawab, "Benar. Ini pertama kalinya bagi saya."

"Maka duduk dan nikmatilah. Pak Khalif bisa memandangi semuanya dari atas sini. Terlihat sangat membahagiakan ketika mereka mempercantik diri di bawah sana. Seperti berlian dan obsidian yang kian mengeras di kedalaman, kegelapan yang mencekam akan membuat mereka semakin bersinar." Mata wanita itu penuh binar dan rasa antusias tatkala membicarakan soal pemandangan para siswa.

"Berapa lama ujian ini biasanya berlangsung?"

"Pada pengalamanku, satu minggu adalah yang paling cepat. Itu terjadi tahun lalu, angkatan 397. Seorang gadis yang memakai kertas sebagai senjatanya benar-benar mendominasi ujian. Ah ..., lima tahun yang lalu, ujian pra sekolah berlangsung hingga sebulan tiga hari. Itu benar-benar lama, tapi bukan sesuatu yang membosankan juga."

"Su-sudah berapa kali Ibu mengawasi ujian ini?" Pak Khalif yang mendegar kilas balik Bu Safri nampak terkejut.

Bu Safri kemudian lanjut, "Saya sudah mengajar selama 20 tahun. Ini adalah tahun saya yang ke-15 sebagai pengawas. Memastikan setiap siswa agar menjadi berlian mentah adalah tugas saya. Biarlah guru-guru lain yang memolesnya sampai halus."

"Berlian?"

"Benar. Berlian. Mereka memahami ujian ini secara mandiri. Menemukan soal secara mandiri. Mengerjakan soal secara mandiri. Mempertahankan soal dari berbagai ancaman secara mandiri. Mereka membentuk aliansi secara mandiri. Juga, mereka akan merebut soal demi mempertahankan diri. Begitu banyak proses perkembangan hanya dengan satu ujian pra-sekolah. Tidak peduli menjadi jenis apa, setiap yang melalui ujian ini pasti akan menjadi berlian."

_____________________________

"Sebuah pedang?" tanya seorang laki-laki bernama Bintang saat melihat satu pedang hitam sedang tergeletak di hadapannya. Mendekati pedang itu secara perlahan, kemudian mencengkeram gagangnya dan berusaha mengangkatnya. "Ini milikku?"

Seketika teringat tentang sesuatu, Bintang pun dapat memastikan bahwa pedang ini memang miliknya. Setelah meninjau 'verifikasi identitas' di mana dia menuliskan pedang sebagai senjata yang mungkin dirinya gunakan.

Tatkala Bintang berusaha mengangkatnya, "BE-BERAT!" Dia sama sekali tak sanggup untuk mengangkatnya. "Bagaimana bisa aku menggunakan senjata sebesar ini? Haruskah aku menyeretnya?"

Bintang pun melepas genggamannya dan membiarkan pedang itu terjatuh, kembali tergeletak di atas tanah berpasir. "Ini sepertinya tak mungkin. Akan kutinggalkan."

"TUNGGU! KAU MAU MENINGGALKAN PEDANG ITU? UPS!"

Sadar bahwa dirinya baru saja berteriak, seseorang yang sejak tadi mengawasi Bintang kembali bersembunyi di balik batu raksasa, menutup mulutnya. Tentu saja, Bintang sudah menyadari keberadaan orang itu dan langsung bersikap waspada.

"Bukankah sudah sangat terlambat untuk bersembunyi?" balas Bintang bertanya.

Sunyi. Tidak ada jawaban. Si penguntit seakan-akan merasa bahwa persembunyiannya masih aman karena belum ketahuan. Sampai dengan cepat, Bintang sudah mengintip kepadanya dan melihat sosoknya dengan wajah datar.

"Untuk apa bersembunyi?"

"HUAA!" Seseorang yang bersembunyi itu terkejut sampai tersungkur.

"Ayolah. Aku bahkan tidak bisa melakukan apa pun dengan pedang itu. Tidak dengan pedang itu maupun dengan ujian ini. Masalah jika aku membuangnya?"

"Ah ..., ahahaha. Benar juga. Bagaimana mungkin pemula seperti Bintang bisa melakukan banyak hal dalam waktu singkat," cibirnya tertawa kecil saat Bintang baru saja menenangkan si penguntit.

"Kata-katamu itu jahat banget, loh. Tunggu! Bagaimana bisa ka--"

"A-AAH. Ma-mau bagaimana lagi? Biarkan aku ikut bersamamu dan aku akan mengajarkanmu cara untuk lulus!" Seakan-akan sadar tentang kecerobohannya dalam berkata-kata, si penguntit langsung memotong kalimat Bintang.

"Jangan alihkan topik!" Bintang menahan pundak si penguntit, melihat sosoknya dengan jelas dan menatap matanya yang ketakutan. Seorang laki-laki dengan rambut yang berantakan, wajah yang kelihatannya seperti orang polos baik-baik, kulitnya putih pucat dan tingginya persis seperti Bintang.

"Barusan, bagaimana bisa kau tahu namaku?" tanya Bintang langsung kepada intinya.

"A-ah? Namamu ternyata benar Bintang? Itu ..., padahal aku hanya asal tebak saja. Ternyata benar, ya?" jawab si penguntit membela diri.

"Jangan berlagak! Kenapa kau berusaha menutupinya jika itu hanya sekadar tebakan?"

"A-aku serius! Tolong lepaskan aku, oke? Kita bisa bicarakan ini baik-baik!"

"Kau bilang ingin ikut bersamaku,'kan? Maka jelaskan kepadaku. Apa elemen persona milikmu dan apa senjatamu. Kau kelihatannya tidak membawa senjata."

Benarlah apa yang dinilai Bintang dari penampilan si penguntit. Dia hanya memakai seragam putih abu-abu seperti dirinya, tidak terlihat membawa senjata atau ada senjata di dekatnya.

"Ba-baiklah. Oke oke. Aku akan memperkenalkan diri. Kita saling memperkenalkan diri. Tapi tolong lepaskan pundakku. Kau mencengkeram sangat kuat dan itu sedikit sakit."

"Katakan," tutur Bintang mempersilakan setelah melepaskan pundak si penguntit.

"Ingat ini baik-baik. Namaku adalah Okami. Tapi aku lebih senang jika kau memanggilku sebagai Oase. Elemen personaku adalah omniscientist, senjataku adalah ..., jika kubilang benang apakah kau akan percaya?"

"Tidak akan aku percaya sampai kau menunjukkannya."

"Ah ... baiklah. Kau bisa melihatnya." Oase pun tampak mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Itu adalah segulung benang putih yang nampak biasa saja. "Puas?" tanya Oase setelah dia menunjukkan senjatanya yang berupa benang.

"Kau bercanda? Untuk apa memilih senjata seperti itu?"

"Ini masih lebih baik daripada senjata yang bahkan tidak bisa kau angkat. Ini bisa untuk menjahit pakaian yang rusak, atau mungkin menjahit luka," jelas Oase mengenai fungsi benang dalam ujian ini yang sebenarnya biasa-biasa saja. Terlihat senyumnya melebar dan ekspresi angkuh terlukis di wajahnya.

Sementara itu, Bintang menghela napas dan menanggapinya dengan satu kalimat. "Itu tidak berguna."

"Benarkah? Bagaimana jika aku menggunakan benangnya seperti ini?" Menunjukkan kebolehannya, gulungan benang itu terbuka dan terpatri di setiap jemari Oase. Membuatnya terlihat seperti pengendali yang kuat tatkala menancapkan setiap benang sampai menembus batu raksasa.

"Sebelumnya sudah kubilang. Elemen persona milikku adalah omniscientist. Kau bisa menyebutnya sebagai, maha tahu. Aku adalah maha tahu tentang cara mengendalikan benang yang tidak berguna, tentang cara mengangkat pedang yang terlampau berat, tentang cara menemukan sebuah soal, tentang cara lulus dari ujian ini, bahkan tentang caranya lulus dari sekolah ini. Penasaran?"

"Ke-kemampuan macam apa itu? Kau sangat curang!"

"Jangan bersikap seperti itu. Kau sendiri sangat berpotensi dengan elemen persona shadow milikmu. Itu adalah potensi yang sangat besar, sayangnya masih terkubur di dasar bumi. Tidak, mungkin inti bumi. Tugasku adalah menggali potensi itu sampai keluar!"

"Kemampuanmu itu sangat mengerikan. Kau bahkan bisa tahu elemenku tanpa bertanya. Batas-batas apa saja yang bisa kau ketahui?"

"Jangan pikirkan detailnya karena aku bahkan tidak mau memikirkan warna celana dalammu atau tipe gadis kesukaanmu! Intinya, aku dapat mengetahui apa pun selama aku ingin mengetahuinya. Sayangnya, kemampuan ini tidak bisa digunakan untuk melihat masa depan. Setiap kali aku ingin melihat masa depan, itu sangat buram dan tidak jelas."

Dia membeberkan banyak hal. Memberitahukan berbagai hal yang seharusnya tidak pernah diberitahukan. Tidak aneh untuk menyebut seseorang bernama Oase ini sebagai orang yang ceroboh.

"Membicarakan sebanyak itu pada orang yang baru saja kau temui?" tanya Bintang.

Oase kemudian menjawab, "Karena aku percaya dengan Bintang. Kau tahu? Ketika aku mencoba melihat tentang masa depan Bintang, yang terlihat hanyalah cuaca yang cerah di atas padang rumput. Secerah itu sampai aku ingin berteman denganmu dan mengeluarkan seluruh potensimu. Jadi, boleh aku ikut bersamamu?"

"Kau bilang sebelumnya tidak bisa melihat masa depan? Lalu apa yang kau lihat dengan masa depanku?"

"Entahlah! Itu benar-benar abstrak ketika aku melihat masa depan. Seperti yang kubilang, aku hanya melihat padang rumput dan cuaca yang cerah di masa depanmu."

Melipat tangannya di dada, Bintang bersikap ketus dan mengatakan sesuatu. "Ini sesi wawancara. Apa yang bisa kau lakukan jika ikut denganku?"

"Ah, pedang itu bisa aku angkat hanya dengan satu jari. Lihat," tutur Oase sambil mengarahkan telunjuknya ke arah pedang hitam. Mengaitkan benang kepada senjata itu, kemudian mengangkatnya, menariknya, dan memainkannya seakan-akan itu adalah benda yang ringan.

Oase kemudian menyambung, "Mau tau caranya? Aku bisa saja mengajarimu sebagai guru privat."

SEORANG GURU MUDA DAN GURU PRIVAT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro