Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 1: Kami yang Terbangun di Hari Senin

Laki-laki yang terlelap itu merasa keram pada punggungnya. Panas, membara, sendi-sendinya terasa kaku seakan siap untuk putus kapan saja. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi dia merasa sudah duduk sangat lama.

Merasakan sesuatu pada tangan serta kaki, keduanya ternyata terikat dengan kencang. Membuat si laki-laki segera membuka mata, mendapati dirinya sedang duduk di atas kursi dalam keadaan terikat.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?" tanya laki-laki itu kebingungan, menoleh ke sekitar yang ternyata juga ramai dipenuhi orang-orang sepertinya. Orang-orang yang duduk dan terikat di atas kursi kayu.

Beberapa orang yang dia lihat sedang memberontak. Berkeringat. Menjerit dan berteriak. Tidak ada satu pun yang terbangun dalam keadaan tenang. Suasana mendadak bising karena semua orang sepertinya terbangun dalam satu waktu. Kompak.

Tak lama setelah keributan mulai terjadi, terdengar suara tepuk tangan yang meminta semua orang agar diam. "Baiklah, baiklah. Ibu tahu kalau kalian semua sudah bangun, jadi tolong tenang agar Ibu bisa menjelaskan semuanya." Itu adalah suara wanita yang terdengar menginterupsi.

Memberikan atensi, setiap orang mulai melihat ke arah depan. Mendapati seorang wanita yang tengah duduk menyilang kaki dengan arogan. Dia memakai setelan panjang berwarna cokelat, dengan rok panjang yang cukup untuk menyembunyikan mata kakinya.

"SMA SISTEM Angkatan ke-398. Itu adalah kalian dan Ibu ingin mengucapkan selamat datang karena telah menjadi bagian dari sekolah ini." Tuturnya ramah, ekspresinya tersenyum mantap, menatap seluruh orang yang diyakininya adalah siswa.


"Ah, kalian mungkin bingung karena terbangun dalam keadaan terikat seperti ini? Kami pihak sekolah minta maaf secara pribadi atas perilaku yang tidak sopan ini. Tapi, ya, mau bagaimana lagi? Kami khawatir setiap dari kalian akan mengamuk saat terbangun. Jadi, harap tenang atau obat bius terpaksa menenangkan kalian sekali lagi," lanjut wanita itu sambil menutup bibirnya dengan telunjuk. Dia memberi isyarat agar semuanya bersikap tenang.

_______________________________

"SMA Sistem adalah sekolah yang menutup diri dari lingkungan luar sehingga para siswa dapat fokus belajar di dalamnya. Untuk menghilangkan kecemasan kalian terhadap dunia luar, kami menutup beberapa ingatan yang sekiranya harus dihilangkan. Di antaranya adalah ingatan soal keluarga, tempat tinggal, hobi, termasuk masa lalu kalian sebelum sampai di sini. Tentu saja, insting manusiawi seperti hobi atau sifat asli akan tetap ada secara alami seiring perjalanan kalian selama bersekolah."

Wanita bersetelan cokelat itu mulai menjelaskan banyak hal. Setiap orang juga mulai menyimaknya dengan perasaan tegang sekaligus khawatir. Ini adalah perasaan yang asing. Rasanya seperti amnesia. Mereka merasa aneh dan gelisah luar biasa sampai punggungnya berkeringat.

"Yap, informasi detail akan dijabarkan oleh wali kelas kalian setelah pembagian kelas. Untuk saat ini, mari kita tentukan pembagian kelasnya dengan ujian pra-sekolah," lanjut wanita itu tersenyum mantap. "Rudy, Johnny, saatnya bagi kalian."

Melirik-lirik, para siswa dapat melihat dua pria bersetelan hitam membawa sesuatu. Sesuatu itu tertumpuk dalam sebuah troli besar yang mereka dorong. Sembari keduanya membagikan "sesuatu", wanita di pusat ruangan kembali berbicara.

"Pak Rudy dan Pak Johnny saat ini sedang membagikan Helm VR. Masing-masing dari kalian akan mendapatkan satu. Helm ini akan melakukan apa terhadap kalian? Kalian bisa melihatnya sendiri dan segera mengerti. Ayo, Rudy, Johnny, pakaikan helm itu ke semuanya. Waktu kita tidak banyak."

Mereka yang dipanggil Rudy dan Johnny mulai mempercepat tempo pembagian sekaligus memakaikan helm VR untuk setiap siswa. Entah untuk apa semua ini, tetapi para siswa tak mampu berkutik. Adapun bagi mereka yang memberontak akan diberikan suntik bius dan tetap dipakaikan helm secara paksa.

"Bagaimana, kalian bisa mendengar suara Ibu? Jika kalian bisa mendengarnya maka Helm VR sudah disinkronisasi dengan otak. Ups, tidak perlu menjawabnya karena mulai dari sini, Ibu akan memandu kalian dengan siaran suara."

Suara wanita itu terdengar lagi. Bukan suaranya yang lantang dari pusat ruangan. Namun, suaranya terdengar sangat intens dan personal karena langsung bergema di masing-masing kepala.

"Mulai dari sini adalah verifikasi identitas. Kalian lihat sesuatu? Cukup pilih saja yang menurut kalian sesuai," lanjut wanita itu menyampaikan instruksi.

[NAMA: Bintang Pasha]
[UMUR: 15 Tahun]
[ELEMEN PERSONA: Bayangan]

[SETUJU] [TIDAK SETUJU]

"Ah, omong-omong, kalian tidak bisa menyangkal elemen persona. Helm VR sudah mendeteksinya. Apa pun persona yang muncul, maka itu adalah sesuatu yang ada pada diri kalian."

Mendengar suara lagi, laki-laki bernama Bintang itu pun hanya bisa memilih opsi setuju. Sesaat setelah dirinya memilih opsi setuju, muncul pertanyaan lain.

[SENJATA MACAM APA YANG PALING MUNGKIN KAMU GUNAKAN?]

[...]

Bintang yang membaca kalimat itu mendadak bingung. "Senjata?" batinnya bertanya. "Mungkin itu adalah pedang?" Dia tidak bisa memikirkan hal lain selain pedang. Dia pun menuliskan "pedang" di kolom jawaban dan segera lanjut ke tahap selanjutnya.

"YUHUU. Identitas kalian sudah terdata. Selanjutnya adalah ujian pra-sekolah. Ibu sudah merangkum peraturannya. Harap baca dengan teliti!"

PERATURAN UJIAN PRA-SEKOLAH:

- Setiap siswa harus menemukan satu soal yang tersembunyi di dalam kawah, mengerjakan soal tersebut, dan mengumpulkannya kepada Bu Safri selaku pengawas ujian.

- Setiap siswa diperkenankan untuk merebut soal yang telah ditemukan oleh siswa lainnya.

- Siswa yang tereliminasi akan otomatis diletakkan pada peringkat paling bawah dan otomatis akan masuk pada kelas terbawah.

- 33 siswa pertama yang berhasil mengumpulkan soal beserta jawaban benar akan diletakkan dalam kelas teratas. Begitupun seterusnya sampai kelas terbawah.

- Segala bentuk kekerasan selama ujian akan diperbolehkan.

"Omong-omong, Bu Safri yang disebutkan adalah Ibu sendiri. Ibu akan menunggu kalian di atas kawah. Lakukan yang terbaik untuk menjadi siswa unggulan! Jangan lupa bahwa kelas terbawah selalu memiliki konsekuensi dalam hal tertentu. Dengan ini, selamat melaksanakan ujian!"

Siaran berakhir. Tidak ada yang terjadi. Setiap siswa termasuk Bintang hanya melihat kegelapan tak berujung di depannya. Namun, terasa jelas bahwa saraf-saraf serta aliran darah mulai mengalir dalam diri mereka. Saraf-saraf ini memungkinkan mereka untuk membuka mata dan setiap orang menyadarinya.

Setiap orang membuka mata, melihat pemandangan berpasir serta terik, di bawah sinar matahari yang tak dibendung awan. Panas. Menyengat. Memaksa setiap siswa untuk berkeringat dan menyipitkan mata.

"A-apa yang ...."

Mereka semua sesungguhnya paham. Mereka semua sebenarnya sadar. Ruangan besar seperti aula adalah tempat mereka sebelumnya. Di bawah atap yang teduh, di dalam ruangan dengan pendingin suhu, serta kursi dan tali pengikat. Namun, semua itu menghilang tatkala mereka membuka mata.

Mereka berada di kawah raksasa. Kawah yang dipenuhi dengan batu raksasa sehingga terlihat seperti hutan batu. Setiap dari mereka mengenakan seragam sekolah, putih abu-abu warnanya. Sementara itu, Bintang mendapati pedang hitam seperti arang sedang tergeletak di depannya.

"Senjata? Soal? Jangan-jangan, ini adalah ...."

"Yap! Selamat mencari soal ujian. Selamat mempertahankan soal ujian. Selamat memperebutkan soal ujian. Juga, selamat melaksanakan Ujian Pra-Sekolah ke-398!"

KAMI YANG TERBANGUN DI HARI SENIN

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro