Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 7

Happy reading 🐥

Jangan lupa pencet gambar bintang yang ada di bagian pojok bawah sebelah kiri yaw ;)

****

"Bang, beliin martabak, dong. Laper banget nih." Syabil yang baru saja datang dari kamarnya menghampiri Abid yang sedang duduk di sofa sembari memangku laptop kesayangannya.

"Bang." Syabil kembali memanggil, lalu ikut mendudukkan tubuhnya di samping Abid.

"Apa, sih, Bil?" tanya Abid seraya memandang Syabil, tetapi detik berikutnya kembali menatap laptop.

"Laper, Bang."

"Ya, makanlah kalau lapar," jawab Abid seadanya tanpa mengalihkan tatapannya pada benda persegi di hadapannya.

"Aku pengennya makan martabak, Bang. Beliin ya, ya, ya ...." Syabil menatap Abid dengan raut memohon yang juga diikuti dengan senyum sok manisnya.

Abid yang melihat raut wajah memohon Syabil, bukannya merasa gemas atau luluh, dpia malah ingin muntah. Kemudian, tangan kanannya terangkat untuk meraup wajah adiknya itu. "Nggak usah sok manis. Udah sana, jangan gangguin Abang," ujar Abid lalu kembali fokus menatap layar laptopnya.

Syabil mendengkus lalu melipat tangannya di dada sembari netranya yang menatap Abid dengan sebal. "Dasar Bang Abid, nggak ada pengertiannya banget. Pantessan aja jomlo," umpat Syabil pelan.

"Abang denger, Bil."

Syabil kemudian berdiri lalu menatap Abid. "Boda amat, Bang!" ujarnya, lalu setelah itu berjalan menuju kamarnya, sementara Abid yang melihat kepergian Syabil hanya bisa menggeleng pelan.

Tak berselang lama, Syabil kembali turun dengan pakain yang berbeda. Sebelumnya dia hanya menggunakan piyama tidur, tetapi sekarang piyamanya sudah berganti dengan baju gamis lengkap dengan jilbab bergo berwarna hitam.

"Mau ke mana kamu?" tanya Abid saat Syabil melewati ruang keluarga.

"Nyari cowok, biar kalau mau apa-apa ada yang turutin," jawab Syabil cuek. Sebenarnya Syabil agak takut saat akan mengucapkan kalimat tadi, tetapi karena sangat kesal dengan Abid, jadilah dia sedikit ada keberanian.

"Oh ... udah berani, ya sekarang?" tanya Abid dengan kerutan di dahinya, dan jangan lupakan pula tatapannya yang terlihat sangat tajam dan menusuk. Melihat hal itu tentu saja membuat Syabil mulai ketakutan. "Masuk kamar! Nggak usah keluar."

"Hish, diseriusin lagi. Canda doang, Bang." Harusnya Syabil tidak perlu menggunakan candaan seperti tadi, karena dia sudah tahu bagaimana sensitifnya Abid jika sudah membahas tentang hal seperti barusan. "Aku cuman mau pergi beli martabak yang ada di depan kompleks," lanjut Syabil.

Abid yang tadinya masih menatap Syabil kini kembali mengalihkan pandangannya ke laptop. "Jalan kaki?" tanya Abid.

"Nggaklah! Aku naik sepeda," jawab Syabil tidak santai.


****

Saat tiba di sana dia memarkirkan sepedanya, kemudian mendekati penjual martabak tersebut. Setelah memesan pesanannya dia disuruh untuk menunggu beberapa saat karena pesanan martabaknya baru akan dibungkus oleh si penjual. Untung saja tidak ada pembeli lain selain dirinya, jadi dia tidak perlu antri berlama-lama sampai pesanannya selesai dibungkus.

"Mas, martabak spesialnya dua kotak." Syabil sedikit beringsut ke samping kiri saat seseorang tiba-tiba saja datang dan berdiri di sebelah kanannya. Detik kemudian dia menoleh dan matanya seketika membulat sempurna saat mengetahui siapa seseorang yang kini berada di sampingnya.

"Pak Azam ...," panggil Syabil.

Merasa namanya terpanggil sesosok pria berbadan tegap itu menoleh, lalu menatap Syabil dengan tatapan seperti biasanya. "Kamu."

Syabil tersenyum seraya mengangguk pelan. Lalu detik berikutnya dia menunduk karena merasa sudah sedikit lama bersitatap dengan pria yang tidak halal baginya.  Syabil memang bukan wanita yang saleha, tetapi dia sedang berusaha menjadi wanita saleha yang sesungguhnya. Ya ... salah satunya dengan tidak mendekati hal-hal yang bersangkutan dengan zina.

"Ya udah, Pak. Kalau begitu saya duluan, ya, Pak," ujar Syabil setelah menerima dan membayar martabak pesanannya. Azam hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. "Assalamualaikum," salam Syabil, lalu setelah mendengar jawaban salam Azam, Syabil segera pergi dari sana menuju sepedanya.

Setelah mengambil sepedanya Syabil tidak langsung pulang, dia justru menuju sebuah minimarket yang berada tidak jauh dari penjual martabak tadi. Saat tiba di sana, Syabil segera mencari barang yang dia inginkan, dia juga membeli beberapa camilan dan susu kotak, dan yang terakhir diia juga membeli dua es krim cokelat kesukaannya.

"Akhirnya setelah beberapa abad aku bisa makan kamu lagi," ujar Syabil hiperbola sembari menatap dua es krim di tangannya dengan tatapan berbinar.

Setelah membayar belanjaannya, Syabil segera keluar dan berhenti di sebuah meja kosong yang memang berada tepat di teras minimarket. Setelah meletakkan belanjaannya di atas meja, Syabil segera mendudukkan dirinya di salah satu kursi, lalu mulai mengeluarkan ponselnya dari salah satu saku gamisnya. Setelah membuka aplikasi Whatsaap, dia segera membuka room chat-nya dengan Alfi, lalu setelah itu memotret es krimnya dan mengirimkannya pada wanita itu.

Alfi 🐣

Heh! Kamu makan es krim malam-malam gini? Nggak takut domelin Bang Abid kamu?"

Syabil hanya tersenyum setelah membaca balasan pesan dari Alfi, setelah itu dia meletakkan ponselnya di atas meja lalu mulai menyantap es krimnya dengan khidmat. Syabil sengaja memakannya di sini, karena kalau membawa es krim itu ke rumah, maka sudah dipastikan es krim itu tidak akan bisa dia makan, karena ada Abid yang akan melarangnya.

****

Syabil mengernyit bingung saat tiba di pelataran rumahnya dan melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir rapi di depan rumahnya. "Mobil siapa?" tanya Syabil bingung. Karena tidak ingin penasaran lebih lama lagi, Syabil segera membawa sepedanya ke garasi, setelah itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah, setelah mengucapkan salam. Saat tiba di ruang tamu, Syabil seketika menghentikan langkah saat netranya lagi-lagi mendapati persensi Azam yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Kak Bil." Pandangan Syabil segera teralihkan pada Zul yang ternyata juga ada di rumahnya.

Syabil seketika tersenyum, lalu berjalan mendekati Zul. "Hai, Zul," sapa Syabil, lalu mengacak pelan rambut hitam lebat milik Zul.

"Kamu habis dari mana? Kenapa lama?" tanya Abid.

Syabil menatap Abid, lalu detik berikutnya mengangkat kantongan yang berisi belanjaannya tadi di minimarket. "Habis beli martabak, aku ke minimarket dulu," jawab Syabil.

"Kenapa lama?"

"Ya, kan naik sepeda," jawab Syabil, "udah ah, aku mau ke kamar dulu. Zul ikut Kakak ke kamar, yuk. Kita makan ini," lanjut Syabil seraya mengangkat dua kantong plastik yang berisi makanan.

"Ayo, Kak!" jawab Zul bersemangat.

"Zul jangan dikasih makan kerupuk. Dia ada alergi." Syabil dan Zul yang tadinya ingin pergi, kembali berbalik menatap Azam.

"Oh gitu, ya?" tanya Syabil dan mendapati anggukan singkat dari Azam. "Okedeh, Pak."

"Ya udah. Jadi, Zul kita makan martabak aja, ya?" Zul kembali mengangguk semangat seraya tersenyum. "Yuk!"

Setelah itu Syabil dan Zul menaiki tangga untuk sampai di kamar Syabil. Syabil sendiri tidak meletakkan martabak yang dibelinya tadi di meja tamu, karena sudah ada. Mungkin, Pak Azam yang bawa, pikir Syabil.

"Oh, iya Zul. Kok kamu bisa di sini?" tanya Syabil setelah memberikan sepotong martabak kepada Zul.

"Diajak sama Om," jawab Zul sekenannya karena sibuk dengan martabak yang sedang dia makan.

Syabil mengangguk-angguk. Mungkin saja Azam sedang ada keperluan dengan Abid, makanya datang ke sini. Syabil dan Zul tampak begitu menikmati martabak yang mereka makan.

"Alhamdulillah ...." Keduanya berucap bersamaan, lalu mengusap perut masing-masing yang terasa begitu penuh.

"Kamu mau minum susu, nggak?" tanya Syabil dan lagi-lagi mendapat anggukan semangat dari Zul.

"Susu cokelat, ya, Kak," request Zul seraya tersenyum memamerkan gigi susunya.

"Siap! Ya udah kamu tunggu di sini. Kakak ke bawah dulu buat ambil susu."

Setelah mendapat anggukan setuju dari Zul, Syabil segera beranjak dari karpet bulunya, lalu mulai berjalan menuju dapur. Saat tiba di dapur, Syabil menuju kulkas, lalu mengambil dua kotak susu cokelat berukuran sedang.

"Allahu Akbar!" Syabil sangat terkejut saat mendapati persensi Azam setelah menutup pintu kulkas. "Pak Azam. Bapak buat saya kaget aja," ujar Syabil seraya mengelus dadanya.

"Maaf."

Syabil yang mendengar satu kata itu seketika mengernyit, belum lagi saat melihat wajah Azam yang tidak berekspresi sama sekali membuat otaknya mulai berpikir. Ini Pak Azam minta maafnya serius apa gimana? tanyanya dalam hati.

"Kenapa?" tanya Azam dengan alis yang dinaikkan sebelah saat Syabil terus menatapnya dengan kernyitan dahi.

"Hah?" Syabil yang tersadar segera menggeleng dan beristighfar. Dia juga mengalihkan tatapannya, kemudian tersenyum canggung pada Azam. "Ng ... nggak apa-apa kok, Pak," ujar Syabil seraya tersenyum dan menggaruk belakang kepalanya.

"Oh, iya Bapak kenapa bisa di sini?" tanya Syabil.

"Zul mana? Bisa tolong panggilkan? Saya mau pulang."

"Oh, Bapak udah mau pulang, ya? Zul, masih di kamar saya, Pak. Ya udah kalau gitu saya panggilkan Zul dulu, ya, Pak." Baru saja syabil akan melangkah menuju kamarnya seketika gerakannya terhenti saat mendengar ucapan Azam.

"Sebentar."

Syabil kembali berbalik dan menatap Azam dengan bingung. "Ada apa, Pak?"

Azam tidak langsung menjawab, dia justru menatap Syabil, tetapi Syabil langsung mengalihkan pandangannya. "Saya boleh minta soda?" Setelah beberapa saat Azam akhirnya bersuara.

"Hah?"

"Tadi saya lihat ada soda di kantong belanjaan kamu."

"O ... oh. Soda? Ada kok, Pak di dalam kulkas. Bapak ambil aja kalau mau," ujar Syabil seraya tersenyum, tetapi kali ini senyumnya penuh dengan kebingungan dan ketidak percayaan.

Sebab, bagaimana bisa seorang Azam yang dingin, berwajah tembok, dan bicara seperlunya, tiba-tiba saja meminta soda kepadanya. Sebenarnya tidak ada yang aneh, mungkin karena Azam memang ingin minum soda itu, tetapi yang membuat Syabil tidak percaya dia bisa mengobrol dengan Azam dalam kurun waktu yang agak lama menurutnya.

To be continued.

Selamat malam! Assalamualaikum manteman😍

Waaah gimana nih perasaan kalian aku up cepet kayak gini? Seneng nggak? Jawabnya di kolom komentar ya jangan dalam hati wkwkw.

Aku nggak tau, ya sampai kapan aku rajin up kayak gini, wkwkw. Doain aja semoga bisa istiqamah up setiap malam😂. Tapi, kayaknya nggak akan bertahan lama deh, wkwwk.

Dahlah. Oh iya kalian baca cerita ini jam berapa aja? Terus kalian dari kota mana aja? Jawabnya di kolom komentar, ya😉.

Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, komen, atau follow akun ini, ya.

Jangan lupa follow juga :
Ig : @ayuniswy.story
Tiktok : ayuniswy_

Sehhuu di BAB 8

Wassalamualaikum.

Jazakumulla Khairan.

Ay.

Pinrang, 25, Agustus, 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro