BAB 3
Happy reading😚
Jangan lupa pencet gambar bintang yang ada di pojok sebelah kiri yah ;)
****
"Kamu jogingnya sendirian aja, ya? Aku di sini aja nungguin kamu." Alfi menatap Syabil dengan cengiran yang menurut Syabil terlihat sangat menjengkelkan.
"Kamu gimana, sih? Masa udah rapih pake pakeaan olahraga, kamu malah mau duduk-duduk aja. Lagian, ya Al olahraga itu sehat tahu."
"Ya gak apa-apa. Aku cuman gak mau keringetan, gerah nanti. Lagian kamu, sih kan semalam kita udah rencanain mau ke mall, tapi kamu malah ngajak ke sini," ucap Alfi agak kesal.
Semalam mereka memang janjian untuk ke mall, tapi Syabil tiba-tiba berubah pikiran dan menyuruh Alfi untuk datang ke rumahnya pagi-pagi dengan alasan genting. Karena jika dia memberitahu Alfi kalau mereka batal ke mall dan diganti dengan joging keliling taman yang tidak jauh dari rumahnya, sudah dipastikan Alfi tidak akan datang dengan berbagai alasan.
"Bosan tahu ke mall terus. Minggu lalu, kan kita ke mall juga. Jadi hari ini beda tempat dulu. Udah, ah ayo! Nanti mataharinya makin panas." Syabil menarik tangan Alfi, tetapi wanita berpipi tembam itu justru menahan tubuhnya.
"Gak, kamu aja. Please lah, aku beneran gak mau keringetan. Gerah nanti, Bil."
"Ya Allah, Alfi." Syabil dibuat geram sendiri dengan Alfi. "Masa aku jogingnya sendirian, gak seru tahu!" Syabil memasang wajah memelas agar Alfi mau menemaninya.
Alfi akhirnya menghela napas kasar. "Ya udah aku temenin, tapi aku gak lari, ya? Cuman jalan aja."
Syabil mengangguk beberapa kali. Itu lebih baik daripada dia harus joging seorang diri.
****
"Ya Allah capek banget," ujar Alfi lalu mendudukan dirinya di atas rumput.
Sementara Syabil yang mendengar keluhan Alfi langsung mencibirnya. "Capek apaan? Kamu tuh cuman jalan santai. Napas aja gak ngos-ngosan."
"Jalan juga menguras tenaga tahu, walaupun gak sampai ngos-ngosan. Dahlah, ada baiknya kalau sekarang kamu beliin aku es krim, anggap aja ini bayaran karena tadi aku udah temenin kamu joging."
Syabil mengernyit tidak terima, tapi dia tetap pergi membeli es krim untuk Alfi dan juga dirinya, mumpung saat ini dia tidak dilihat oleh Abid.
Setelah sampai di penjual es krim, dia langsung memesan dua cup es krim rasa cokelat. Sembari menunggu pesanannya disiapkan, Syabil mengedarkan pandangan, dan atensinya langsung tertarik pada seorang anak lelaki yang terlihat kebingungan sembari memegang es krim cone yang mulai mencair.
"Mas, itu anak siapa? Kayaknya lagi bingung." Syabil bertanya pada penjual es krim seraya menunjuk anak lelaki yang baru saja diamatinya.
"Gak tau juga saya, Mbak. Tadi dia ke sini sama Omnya, cuman pas anak itu mau bayar es krim, omnya tiba-tiba gak ada. Udah hampir sepuluh menit dia terus berdiri di situ."
Syabil hanya mengangguk, kemudian membayar es krimnya juga es krim anak lelaki itu yang ternyata belum dibayar. Setelah itu Syabil berjalan menghampiri anak lelaki tadi yang menarik perhatiannya.
"Hai." Syabil mengulas senyum sembari sedikit membungkuk.
"Kakak siapa?" Anak lelaki yang jika Syabil prediksikan masih berumur lima tahun itu mendongak menatapnya.
"Kenalin nama Kakak Syabil. Kamu ngapain di sini? Kata mas-mas es krim, om kamu tadi tiba-tiba ngilang, ya? Terus sekarang om kamu belum balik juga?"
Serentetan pertanyaan itu, membuat anak lelaki di depannya hanya diam dengan mata yang terus berkedip. Seolah sadar dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan, Syabil lalu meminta maaf.
"Kakak liat om aku tidak?"
Syabil langsung menggeleng. Jelas dia tidak lihat karena dia tidak tahu siapa om anak lelaki itu. Karena takut Alfi menunggu lama, akhirnya Syabil mengajak anak itu untuk ikut dengannya dan untungnya saja anak itu mau ikut.
"Heh, kamu bawa anak siapa?" Alfi yang semula duduk di atas rumput kontan berdiri.
"Kamu di sini dulu ya sama Kakak, kita makan es krim bareng-bareng. Habis itu kita cari om kamu." Lagi-lagi anak itu hanya menurut. Dalam hati Syabil bersyukur anak ini ditemukan olehnya, bagaimana jika orang lain yang menemukannya dan berbuat jahat?
"Kamu belum jawab aku. Dia anak siapa? Kenapa bisa sama kamu?" Alfi sedikit berbisik pada Syabil, karena tidak ingin membuat anak itu merasa tidak nyaman.
Akhirnya Syabil menjelaskan pada Alfi bagaimana bisa dia menemukan anak yang tidak dia tahu namanya siapa, karena kasihan melihat Alfi yang sangay penasaran.
"Kamu punya foto om kamu gak?" Alfi mulai bertanya setelah es krim mereka habis.
Syabil berdecak pelan saat melihat anak itu menggeleng. "Kamu pikir dia harus bawa-bawa foto omnya setiap mau ke mana-mana gitu?"
"Ya, gak juga. Tapi, kan siapa tahu dia punya HP dan ada foto omnya di dalam."
"Aku dilarang main HP sama ummi."
"Terus ini gimana caranya kita bisa nyari om dia. Di sini rame banget."
"Nama om kamu siapa?"
"Om Azam."
"Azam?" ulang Syabil memastikan dan mendapat anggukan dari lelaki.
Syabil terdiam beberapa saat setelah mendengar nama Azam. Saat ini ada satu orang yang terngiang di kepalanya. Sebenarnya Syabil tidak yakin, karena ia tahu nama Azam tidak hanya ada satu di Indonesia, tetapi mencoba menunjukkan Azam yang dikenalnya kepada Zul sepertinya tidak ada salahnya.
Syabil mengambil ponsel dari saku treningnya lalu membuka galeri dan mencari sebuah foto yang dia ambil beberapa hari lalu di bandara. Untung saja wajah Azam saat itu terlihat jelas karena pria itu menatap ke arahnya saat dia memotretnya.
"Sebenarnya Kakak ada kenal satu orang yang namanya Azam. Kakak juga ada fotonya, tapi Kakak kurang yakin kalau ini Azam om kamu," jelas Syabil. Detik berikutnya dia pun memperlihatkan foto itu.
"Om Azam," ujar anak itu setelah melihat foto Azam yang Syabil tunjukkan.
"Hah?"
"Jadi benar Azam di foto ini, Azam om kamu?"
Belum sempat anak itu menjawab pertanyaan Alfi, namanya sudah lebih dulu dipanggil.
"Zul!"
Ketiganya menoleh saat mendengar teriakan dari sebelah kanan. Syabil dan Alfi seketika membisu setelah melihat seseorang yang memanggil anak tadi yang ternyata bernama Zul. Zul langsung berlari menghampiri orang yang sangat dikenali oleh Syabil dan Alfi itu.
"Ternyata bener, ya kata orang. Kalau dunia cuman selebar daun kelor." Alfi menggeleng takjub setelah tersadar dari keterpakuannya.
"Pak Azam," ujar Syabil saat pria itu sudah berdiri di hadapannya dan Alfi sembari menggendong Zul.
"Terima kasih sudah menemani Zul dan maaf merepotkan," ujarnya dengan nada seperti biasanya.
Syabil dan Alfi mengangguk serempak seraya tersenyum. "Sama-sama, Pak."
"Ini ponselmu, kan?"
Mata Syabil seketika membulat saat layar ponselnya menampakkan foto Azam yang dia perlihatkan tadi kepada Zul. Dia menggulum bibirnya, lalu tersenyum canggung ke arah Azam dan detik selanjutnya mengambil ponselnya dengan cepat dan segera mematikannya. Walau hal itu percuma karena dia yakin jika Azam sudah melihatnya.
"Iya, Pak," jawab Syabil.
"Ya sudah, saya duluan. Sekali lagi terima kasih." Syabil dan Alfi kembali mengangguk.
"Dah ... Kak. Assalamualaikum," salam Zul seraya melambaikan tangannya.
"Waalaikumsalam."
Syabil memejamkan mata seraya mengembuskan napas lega, saat Azam tidak mengatakan apa pun tentang fotonya yang masih dia simpan. Entahlah, Syabil merasa tidak rela jika dia disuruh untuk menghapus foto sebagus itu.
"Oh, iya ...." Syabil seketika membuka mata saat mendengar kembali suara Azam. Di sana satu meter di hadapannya Azam sedang berbalik seraya menatap lurus ke arahnya.
Entah mengapa Syabil tiba-tiba saja menahan napas, belum lagi dia kesusahan menelan salivanya sendiri saat netra hitam legam itu menatap tepat ke netranya. Perasaan Syabil mendadak tidak enak, entah apa yang akan dikatakan oleh dosennya itu.
"Lain kali, jangan mengambil foto tanpa seizin orang itu."
Deg!
Memang ucapannya terdengar biasa saja, tetapi entah mengapa terdengar menusuk ke rungu Syabil. Melihat raut wajah Azam tadi membuat Syabil bingung, apakah pria itu marah atau tidak. Pasalnya tidak ada ekspresi yang bisa Syabil baca dari wajah dosennya itu. Lantas? Apakah dia harus menghapus foto pria itu? Apakah ucapannya barusan menandakan jika dia tidak senang fotonya diambil diam-diam?
To be continued.
Haluu, assalamualaikum! Malam semuaaaa.
Seperti biasa yah, jangan lupa tinggalin jejak setelah membaca. Setiap ada yang komen cerita ini tuh ngebuat aku semakin semangat buat ngelanjutin cerita ini, wkwkw. Pokoknya kalian harus ramein deh biar aku makin semangat, wkwwk.
Seeehuu di BAB 4.
Wassalamualaikum.
Jazakumullah Khairan.
Ay.
Pinrang, 14, Agustus, 2021.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro