EXTRA: INJUN
Pacaran itu dimana-mana berdua, kalau rame-rame itu mau manasik haji namanya. Injun sering berpikir begitu. Mereka yang memiliki, mereka yang menjalani, maka sudah tentu, wajar jika Injun menganggap hubungan mereka sebagai privasi. Tapi... apa Lala juga mikirnya begitu?
Bukan hanya fans mereka, Nana dan Jeno sering dibuat heran oleh bagaimana cara Injun memperlakukan Lala. Gimana nggak? Berbeda dengan Jeno yang paling gercep dan paling banyak minta tiket gratisan konser mereka untuk diberi kepada orang-orang terdekat—setidaknya, setengah lusin sendiri dibutuhkan buat Bongshik sekeluarga—atau Nana yang tidak pernah tidak menyebut Nenek, Tante Ryona dan Kasa dalam lembar thanks-to album mereka, Injun dikenal pelit memberi tiket pada Lala. Dia juga hanya pernah menyebut Lala satu kali, itu juga pesannya tidak manis-manis amat. Begini bunyinya;
"As always, my gratitude will always go to Komandan Toil, Tertius Senandika, missing you everyday. Terimakasih babak dua diucapkan untuk rekan-rekan serumah yang kalau tidur ngalah-ngalahin kebo sawah abis dugem, Mama, Papa, Almira adik abang yang tergemas, Bang Ali yang diam-diam suka ngedengerin lagunya walau kemudian pura-pura nggak sengaja denger juga Shavela, berhala mungil gue yang suaranya senyaring peluit kapal laut, tetap jadi ratu ular terbaik buat gue ya."
Dari sekian banyak panggilan, Injun menyebut Lala berhala mungil.
Kasa sampai melongo, apalagi Nana yang sempat manas-manasin Lala. Tapi orangnya diam saja, cuek memainkan ponsel sambil bilang. "Kayak nggak tahu aja kelakuan Injun macam gimana."
Jawaban Lala bikin bukan hanya Nana dan Kasa yang cengo, tapi Bongjun dan Bongcil pun ikut berhenti minum susu dari mangkuk mereka. Jika sudah begitu, Jeno bakal menepuk pelan kepala dua anak Bongshik itu seraya berkata. "Kan udah Pakdhe Nono bilang, jangan suka nguping pembicaraan orang dewasa!"
Urusan konser lain lagi. Injun nggak pernah menyisakan tiket buat Lala. Bilangnya sih, "Kamu war tiket sendiri ya, aku nggak mau KKN, ntarnya dosa!"
"KKN nggak dosa, Jun. KKN itu enak." Nana nyeletuk.
"Apaan?!"
"Yeu, nggak percaya KKN tuh enak? Tanya aja Bima sama Ayu coba!"
Injun memutar bola matanya begitu sadar KKN yang dimaksud Nana adalah cerita tentang KKN di dancer village yang sempat viral dan menarik perhatian khalayak ramai di internet.
Untung aja, tangan Lala wangi, jadi dia selalu menang war tiket—walau pernah juga apes dan kehabisan tiket yang viewnya bagus. Jadinya jauh banget dari panggung. Ibarat kata, panggung tempat Injun berada ada di Bandung, Lala nontonnya dari Cimahi alias paling belakang banget. Nggak apa-apa sih. Lala senang bisa lihat gimana Injun seantusias dan selincah itu di atas panggung, meski diam-diam Injun juga berusaha mencari Lala di tengah-tengah kerumunan penonton.
Kondisi itu jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kasa dan Giza—sewaktu masih pacaran sama Jeno. Mereka selalu mendapatkan posisi terdepan alias semepet-mepetnya sama panggung, deh. Pernah, Kasa dan Giza mengajak ngobrol Lala, bertanya apa kelakuan Injun masalah tiket-tiketan menganggunya atau tidak, tapi Lala hanya bilang;
"Nggak apa-apa. Kan yang punya konser Injun. Suka-suka dia."
Nah loh, bingung kan harus bilang apa?
Intinya, buat sebagian besar orang-orang terdekat mereka, Injun sama Lala tuh nggak ada romantisnya sama sekali. Lala-nya tidak pernah minta dibelai dengan penuh kemanjaan, Injunnya lebih rajin ngatai-ngatain daripada baper-baperin. Bahkan sampai fans mereka sempat menduga-duga kalau sebetulnya hubungan antara Injun dan Lala tuh cuma settingan—yang nggak masuk akal juga karena ini tuh Shavela, bukan Kekeyi kan. Waktu itu ramai banget di media sosial hingga jadi trending topic. Para Dreamies—sebutan untuk fans DLP—berlomba-lomba mengunggah foto beserta teori yang memperkuat dugaan mereka kalau Injun dan Lala nggak pacaran betulan.
Injun berpuas tertawa-tawa melihat komentar-komentar absurd para fans, ngakak sampai guling-guling ketika ada yang bilang kalau Lala itu sebenarnya janda muda. Lalu, ketika dia merasa gosip itu sudah seharusnya berhenti, Injun mengunggah fotonya bersama Lala. Foto itu diambil di backstage sebuah acara penganugerahan penghargaan yang ditayangkan di televisi. Makanya, Injun pakai jas di situ.
artajunap
❤ jevais_na, tendrilrndjwn and 158,932 others
BBM. Bersama Berhala Mungilku.
load more comments
ezekielnk injun, bongshik barusan ngomong katanya lo kalau ngetik suka ngga ada adab
tendrilrndjwn emang kan dia akhlakless @ezekielnk
fanskakajun EEEEE ITU TANGAN EEEEEE
heaterslistrik INI PASTI PENGALIHAN ISU YA
baiksyeikh tinggalkan jendes itu dan lebih baik bersamaku saja kak @artajunap
jevais_na oh, BBM teh Bersama Berhala Mungilku, dikira Blek Beri Messenger
kasalira ... walau captionnya gitu, tapi cute banget fotonya <3
jevais_na ngomong geh yang kalau mau digituin juga @kasalira
istrinyajevais kak, aku cemburu >:-(
jevais_na halo, cemburu. aku jevais. @istrinyajevais
Jujur ya, buat Injun, masalah asmara itu privasi. Hubungannya sama Lala biarlah jadi punya dia sama Lala. Nggak perlu satu RT ikut-ikutan. Kalaupun mau ikut-ikutan, ntar aja pas hajatan abis ijab kabul. Lumayan kan, ada tenaga gratisan buat masak, buat pengamanan dan buat nyawer biduan. Lala-nya juga kelihatannya paham dan tidak mempermasalahkan itu. Sampai suatu ketika, Nana tiba-tiba bertanya ke Injun.
"Lo yakin Lala-nya juga oke-oke aja dengan itu?"
"Dia nggak pernah protes."
"Bukan berarti dia terima juga." Nana membantah, disambut oleh Jeno yang kontan manggut-manggut. "Namanya cewek, banyakan mendem. Kalau ditanya, jawabnya nggak apa-apa tapi sebenarnya kenapa-napa."
Injun jadi kepikiran.
Tapi yah, walau kelihatannya nggak romantis di depan orang-orang, sebenarnya kalau lagi berdua, Injun bisa uwu-uwuan. Tapi nggak sampai maksiat level jeletet ya. Gini-gini, Injun masih takut sama Tuhan dan nggak mau ngapa-ngapain Lala lebih dari yang seharusnya sebelum waktunya.
Malam ini, Injun kembali menghabiskan waktunya di studio bareng Nana dan Jeno. Tendril sengaja menempatkan ruang studio pribadi mereka masih di gedung apartemen yang sama dengan tempat tinggal mereka, supaya setelah urusan di studio selesai, ketiganya bisa langsung istirahat. Berhubung status asmara Jeno tidak jelas dan Kasa-Nana ldr-an Bandung-Jakarta, yang datang hanya Lala.
Tadinya, Injun mengira Lala sudah pulang. Namun ternyata tidak. Lala justru menungguinya sampai ketiduran di sofa panjang luar ruang studio.
"Shavela,"
Lala tidak bereaksi.
Akhirnya, Injun berjongkok di dekat sofa tempat Lala terbaring. Dia mengulurkan tangan, perlahan menyingkirkan rambut dari tepi wajah Lala. Jarinya menyentuh pipi gadis itu lembut. "Sayang, bangun dulu, yuk... bobonya pindah ke kamarku aja..."
Alis Lala terangkat sedikit, tapi matanya masih terpejam. "Hhh?"
Injun menatap pacarnya sebentar, diam-diam tersenyum sebelum perlahan meraih Lala ke dalam gendongannya. Refleks, gadis itu berpegangan pada bagian depan kaosnya, diikuti membenamkan wajah ke dada Injun.
Jeno dan Nana sempat sikut-sikutan dan siul-siulan di lift, yang memicu Injun melayangkan death glare pada mereka untuk membungkam keduanya.
"Si Bapak," Nana meledek. "Berani romantisnya pas orangnya udah molor."
"Nggak usah sotoy, mending lo bukain pintu kamar gue."
"Jangan sekalian ehem-ehem ya. Kasihanilah gue yang pacarnya jauh ini."
"Gue mah cowok berprinsip. Nggak akan ada tuh gue megang-megang apa yang nggak seharusnya dipegang sebelum waktunya!"
"Hiya... tim menjamah setelah punya buku nikah nih ye ceritanya?"
"Diem."
Injun mendengar tawa Jeno dan Nana pecah saat dia menutup pintu kamarnya dengan kaki. Pelan-pelan, cowok itu membaringkan Lala di atas ranjangnya. Lala mengernyit, lantas matanya terbuka, kelihatan masih berat oleh kantuk.
"Injun?"
"Udah nggak apa-apa, tidur aja lagi. Kamu di kamarku. Nanti sepatu sama kaus kaki kamu aku yang copotin. Mukanya mau dibersihin juga nggak?"
"Tadi sebelum ketiduran udah cuci muka." Lala menjawab parau.
"Udah Isya?"
Lala mengangguk.
"Good." Injun tersenyum. "Udah baca doa sebelum tidur tadi?"
"Belum."
"Berdoa dulu, gih."
Lala menguap sebelum menyahut dengan suara lirih. "Allahuma bariklana fiima—"
"Shavela,"
"Mmm?"
Injun tertawa kecil. "Itu doa mau makan."
"Oh iya... doa mau tidur tuh depannya apa ya... lupa..."
Injun merendahkan suaranya, membisikkan doa buat Lala. "Bismika Allahuma Ahya Wa Bismika Amuutu..."
Lala memejamkan matanya lagi sementara Injun beranjak untuk melepaskan sepatu dan kaus kaki gadis itu sebelum lanjut menarik selimut hingga sampai ke batas lehernya. Lalu cowok itu bergerak menuju meja yang berada di sudut kamarnya, menarik salah satu laci untuk mengeluarkan sebuah kotak beludru dari sana. Ada sebentuk cincin yang tersimpan di dalamnya, yang Injun masih tidak tahu kapan akan dia beri.
[ini adalah extra untuk pre-order dan pre-sale. kelanjutannya akan terdapat di extra chapter khusus untuk peserta pre-order dan pre-sale novel dream launch project]
Kemarin ada yang nanya, apakah pre-sale novel non special package akan mendapatkan extra chapters? iya. dapat. untuk yang Gramedia, nggak ya soalnya extra-nya bukan yang ini. Bakal ada yang berbeda lagi.
Oke deh, itu aja dulu so far. Bisa dicek di masing-masing toko dan cari aja yang ada shopee-nya kalau kalian mau beli lewat shopee.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro