25. MASIH DI SINI
Suara alarm dari ponselmu berdering berkali-kali, namun kamu masih terlelap di bawah selimut.
Tomi yang mendengar itu kemudian masuk ke kamar dan berencana mematikan alarm ponselmu yang di atas nakas.
Tomi hanya menggeleng nan tersenyum melihatmu masih nyenyak tertidur. Segera ia meraih ponselmu dan mematikan alarm.
Memudar senyumannya setelah melihat foto yang kamu jadikan layar kunci ponsel.
Menampakan swafoto dirimu di belakang punggung Shouri sambil memeluk bahunya. Sedang Shouri tersenyum sambil memamerkan deretan giginya. Ia yang memegang kameranya.
Di foto itu kalian terlihat bahagia. Meski kamu hanya menampakkan senyum seadanya.
Siapa? Terlihat familiar, Tomi membatin.
Segera ia letakan kembali ponsel itu dan membangunkan dirimu dengan beberapa kali mengusap pelan sisi kepalamu.
Mencoba mengusir pikiran yang tidak-tidak soal foto tadi.
Semoga aku hanya salah orang, lelaki yang ada di foto itu kan... batinnya.
Tak ia teruskan sebab kamu mulai bergerak sedikit dan mencoba membuka mata perlahan. Penglihatanmu masih samar melihat Tomi yang sedang tersenyum kini.
"Aku berangkat dulu, ya. Sarapan sudah kusiapkan." kemudian Tomi mengecup keningmu, lantas berdiri untuk keluar kamar.
"Hmm... hati-hati, Shou-chan." ucapmu pelan.
Sudah beberapa langkah Tomi sampai di dekat pintu, kemudian menoleh padamu yang terlihat memejamkan mata kembali.
Shou-chan? Lagi?
Ia putuskan keluar kamar saja dan segera berangkat bekerja.
Dalam perjalanan ke tempat ia bekerja, masih memikirkan soal foto tadi dan menerka siapa Shou-chan yang beberapa kali kamu sebut tanpa sadar.
"Kalau benar 'Shou-chan' yang dimaksud adalah orang itu... tidak mungkin kan kalau mereka punya hubungan sepupu?"
*
"Sudah kubilang, kan, kalau kamu akan dapat masalah."
"Apa maksudnya?"
"Lihat, kamu dan Shouri sudah berpisah. Kembali saja ke tempat asalmu!"
"Tidak! Aku masih mau di sini."
"Terserah kalau kamu ingin memperjuangkan Shouri, tapi akan ada yang sakit hati."
"Siapa?"
"Tebak saja. Jawabanmu sudah ada sekarang ini."
*
Terbangun kamu dengan napas terengah. Pandanganmu mengarah pada jam meja di atas nakas.
Sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
Segera kamu beranjak dari tempat tidur. Berjalan cepat menuju pantry.
"Gawat! Aku harus menyiapkan sarapan—" terhenti langkahmu karena melihat tudung saji. Segera mendekat dan membukanya.
Sarapan sudah disiapkan.
Kamu merasa de javu soal ini. Pasalnya ada karage, sup miso, ikan tuna juga tumisan sayuran.
Perlahan kamu duduk di kursi makan, mengambil sup miso dan menyendoknya. Sup yang sudah sampai di mulutmu, kamu rasakan.
Benar-benar rasanya seperti buatan Shouri.
Tanpa sadar kamu malah menitihkan air mata.
Aku rindu masakan ini, batinmu.
Kamu melanjutkan makanmu meski terisak kini.
*
Shouri membuka pintu lemari lebar-lebar. Mencari-cari sesuatu dalam tumpukan baju, juga baju yang digantung dengan hanger.
"Kok enggak ada?" katanya yang kemudian berkacak pinggang. Matanya menatap satu-satu sekat lemari.
"Ketinggalan di apartemen Takato, kah?"
Segera Shouri mengambil ponsel di atas nakas, mencari nomor kontak Takato.
Tak lama berselang, telepon tersambung.
"Halo, Takato."
"Ya?"
"Kamu di apartemen?"
"Ya. Ini baru mau keluar." Takato berjalan mendekati pintu apartemennya.
"Tunggu! Jangan keluar dulu."
Takato berhenti, "Kenapa?"
"Itu... apa hoodie-ku ketinggalan di tempatmu?"
Takato menerka sejenak, "Hoodie apa?"
"Warna hitam, dan ada nama inisialku di bagian dada kiri."
"Oh... enggak ada. Aku sudah bereskan baju-bajuku dan enggak ada hoodie-mu yang tertinggal."
Mengembuskan napas kecewa ia, "Yah... ke mana, ya? Apa jangan-jangan terbawa Ricchan?"
"Eh? Ricchan?"
"Iya, Ricchan ke apartemenku. Membersihkan seluruhnya dan membawa beberapa pakaian miliknya."
"Lalu bertemu dengannya?"
"Yah... sayangnya tidak. Aku juga enggak tahu kapan dia kemari. Mungkin saja sehari sebelum kita kembali dari Okinawa."
"Oh, begitu. Sayang sekali. Baiklah, semoga cepat selesai urusanmu."
Shouri tersenyum, "Ya, terima kasih."
Sambungan telepon terputus. Segera ia letakkan lagi ponsel di tempat semula.
Kembali ia menuju lemari pakaian. Mencari sekali lagi. Lantas berhenti pada satu jaket. Warna merah. Diambilnya perlahan dari tumpukan lipatan baju yang lain.
Itu milikmu.
Hoodie merah polos dengan ukuran yang agak kecil dibanding milik Shouri. Kemudian didekapnya.
"Ricchan, aku kangen."
*
Kamu setelah menyelesaikan sarapan dan berberes di dapur, segera ke kamar untuk mengambil pakaian dan segera mandi.
Rencana hari ini kamu ingin jalan-jalan di sekitar sini sampai sore.
Kamu meraih tas ransel dan membukanya. Langsung kentara hoodie berwarna hitam. Kamu terkejut melihat di bagian dada kiri hoodie ada inisial nama Shouri.
"Eh? Salah bawa." ujarmu.
Lantas memandang lama hoodie itu dan mengusapnya perlahan. Didekapnya sambil memejamkan mata.
"Shou-chan, aku kangen."
Keduanya kini membayangkan sedang saling mendekap. Merasakan kehadiran masing-masing meski nyatanya hanya memeluk kehampaan.
Menyalurkan rindu yang sudah menggunung.
Aku masih di sini
Aku menunggumu
Sampai kau kembali
Aku tetap begini
(Aku Masih di Sini - Tahta)
*
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Pekan ini Tomi libur bekerja dan berencana mengajakmu berpergian.
"Kita mau ke mana?" Tanyamu.
Tomi tersenyum, "Inginnya kita ke pantai, menginap di resort, tapi sebelumnya kita ke taman bermain dulu, bagaimana?"
"Mau! Pasti menyenangkan." kamu antusias mendengarnya.
"Ya sudah, siapkan bajumu, ya. Hmm kalau bisa semua baju yang kamu bawa dari apartemenmu."
Mengerutkan kening dirimu, "Kenapa?"
"Kita akan menginap beberapa hari."
Kamu mengngguk mengerti, "Oh, baiklah. Aku siap-siap dulu, ya." kemudian berlalu menuju kamar.
*
You
Yuka, bisa kita ketemu sebentar? Aku ingin bicara.
Yuka
Bisa. Di mana?
You
Taman wahana bermain saja. Aku tunggu di stasiun pkl 11 siang ini ya.
Yuka
Baiklah.
Shouri baru saja mengirim pesan pada Yuka. Ia siap untuk menerima risikonya nanti kalau Yuka akan sangat marah dan berpikir bahwa dirinya memberi harapan palsu.
Tapi lebih baik begitu, dengan cara ini mungkin Yuka tak akan mengejarnya lagi.
Shouri bersiap-siap untuk menemuinya di stasiun.
*
Kamu dan Tomi sampai di taman wahana bermain, tak terlalu jauh dari tempat mereka tinggal.
Kamu terlihat bahagia, pasalnya sudah lama tidak ke sini.
"Kamu mau naik wahana apa?" tanya Tomi.
Kamu mengedarkan pandangan, "Kita naik carousel dulu, yuk." pintamu.
Tomi mengangguk. Segera mereka menuju ke sana sembari berpegangan tangan.
*
Shouri sudah sampai di depan stasiun, tak lama berselang ia melihat Yuka yang sudah mendekat.
"Maaf, membuatmu menunggu." ucap Yuka.
Shouri menarik ujung bibirnya, "Tidak, aku baru saja sampai. Ya sudah, kita langsung saja."
Segera mereka masuk ke stasiun untuk menuju tempat wahana bermain.
Tak ada separah katapun dari mereka selama perjalanan. Yuka hanya bisa memandang raut wajah Shouri yang tanpa ekspresi.
Mereka berdua duduk bersebelahan di kereta. Shouri fokus pada pemandangan dari jendela yang di seberangnya.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Yuka hati-hati.
Shouri menoleh, "Iya, baik-baik saja."
"Ada apa sampai mengajakku ke tempat wahana bermain?"
"Yah... aku ingin mengobrol banyak denganmu dan... kamu belum pernah, kan, jalan-jalan ke sana selama di Tokyo?"
Yuka menggeleng.
Shouri menyunggingkan senyum, "Nanti akan kuceritakan semuanya setelah kita sampai sana."
*
Kamu dan Tomi sudah mulai lapar, kemudian mencari tempat makan dulu untuk kembali melanjutkan menaiki wahana permainan.
"Kamu senang hari ini?" tanya Tomi sembari tersenyum.
"Sangat! Terima kasih, ya."
Mereka kini duduk berhadapan di sebuah kedai makan.
"Sama-sama. Sebelumnya pernah ke sini?"
"Iya pernah, sama..." ucapanmu terputus karena mengingat sesuatu. Kamu dan Shouri pernah ke sini sebelumnya.
"Hm?"
Kemudian tersadar dari lamunan, "Ah, tidak. Aku pernah ke sini dengan... kakak sepupuku."
Tomi menarik ujung bibirnya, "Begitu?"
Kembali kalian melanjutkan makan setelah tak berapa lama pesanan kalian sudah datang.
Tak ada percakapan sampai makanan habis. Hanya menyisakan beberapa mililiter minuman yang kalian pesan.
"Mau naik apa lagi setelah ini?" Tomi membuka pembicaraan.
Pandanganmu mengarah ke bianglala yang sedang berputar perlahan.
"Aku ingin naik bianglala. Melihat matahari terbenam."
"Baik. Ayo."
*
"Kamu mau membicarakan apa?" Yuka membuka obrolan setelah hening menemani mereka selama perjalanan ke taman wahana bermain.
"Sebelum itu, kita coba berbagai wahana dulu, bagaimana?" usul Shouri.
"Boleh. Ingin naik apa?"
"Terserah kamu saja."
Yuka mengedarkan pandangan, "Bagaimana kalau ke stan sana saja?"
Yuka menunjuk ke arah stan permainan menembak yang akan dapat hadiah bila menjatuhkan banyak kaleng.
Shouri mengangguk. Segeralah mereka ke sana.
*
Kamu dan Tomi sudah berada di dalam kapsul bianglala. Kamu benar-benar menikmati pemandangan sore yang ditemani sekumpulan awan yang tak menutupi indahnya matahari sore.
Tomi tersenyum melihat antusiasmu. Kemudian senyumannya menguncup.
"Ri..."
"Hm?"
"Boleh kutanya sesuatu?"
"Apa?"
"Shou-chan itu... Kondou Shouri, kan?"
[Bersambung]
Terima kasih sudah mau membaca. Tak terasa tulisan ini sudah hampir setahun lamanya :")
Terima kasih buat kalian yang masih membacanya.
Kalau mau lihat karya lain, bisa ke sini
DREAM - Kageyama Tatsuya by narushinohara
DREAM - Kanai Sonde by IZUNA_AI
DREAM - Tanaka Keita by Nekomira2903
DREAM (dalam kompilasi Date With You) - Takasaki Shungo by Nopembermu
Kalau ada kritik dan saran bisa kok sampaikan di sini^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro