Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

『Always Waiting For You』

"Reki, tunggu aku yaa. Aku akan segera kembali." ucap Langa. Saat ini ia sudah berada di bandara dengan Reki yang juga ada disana untuk mengantarnya.

Ibu Langa, Nanako, menatap keduanya dengan sedikit rasa kasihan. Anaknya dan kekasihnya itu baru saja menjalin hubungan beberapa minggu dan sekarang sudah harus berpisah karena impian sang anak.

"Hm! Janji oke?" Reki mengulurkan tangannya dan menunjukkan jari kelingkingnya. Meminta agar Langa melakukan "ritual" pelengkap yang biasa dilakukan saat perjanjian.

"Pfft- memangnya kita anak kecil. Janji orang dewasa itu seperti ini." Langa menarik tangan Reki yang terulur padanya, membuat jarak keduanya hilang dan...

Chup!

... Bibir mungil itu berhasil ia kecup. Ah, rasanya masih sama. Manis.

"La-Langa!"

"Haha, kalau begitu... Aku berangkat ya."

Tangan yang lebih besar itu mengusap kepala Reki penuh sayang. Senyum yang akan ia rindukan terukir jelas pada wajah blasteran itu.

Perlahan tapi pasti, bayangan Langa beserta Ibunya semakin menghilang kala keduanya semakin dekat dengan pesawat.

Itulah pertemuan terakhir Reki dengan sang kekasih. Mulai saat ini, Reki hanya bisa berharap waktu cepat berlalu hingga mereka bisa kembali bersama.

➖ 🌺 ➖

¦ SK8 The Infinity Fanfiction ¦

Dream Catcher

SK8 The Infinity ©Bones, Hiroko Utsumi / Project SK∞

Fanfict story by
dyrannosaur » That's me!

Fanart belongs to the artist

⚠️ Shounen-ai ⚠️

Hasegawa Langa x Kyan Reki

• Happy Reading •

➖ 🌺 ➖

~ Sehari sebelumnya ~

"Ini. Gantungkan ini di depan jendela kamarmu maka aku akan datang dalam mimpimu setiap malam." ujar Langa sambil memberikan sebuah benda pada Reki. Berbentuk bulat dengan bulu warna warni sebagai hiasannya.

Yah, Reki tau itu. Benda itu namanya dream catcher. Benda yang di percaya bisa menangkap mimpi indah itu memang sempat populer di daerahnya.

"Hm, baiklah. Aku akan selalu menunggumu." ujar Reki sambil menerimanya.

.

.

.

.

.

"Reki, sepertinya aku tak bisa menepati janji kita." suara Langa terdengar serak di seberang sana. Suara teriakan banyak orang juga turut terdengar dari tempat Langa berada.

"Huh? Kenapa?" tanya Reki berusaha untuk tenang. Ponsel itu ia genggam erat agar tak jatuh dari tangannya yang gemetaran.

"Aku, pesawat yang kutumpangi-" Sambungan terputus sebelum Langa sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Langa? Langa!"

Lalu cahaya putih bersinar terang, membuat Reki menutup matanya hingga latar tempatnya tiba-tiba berubah. Kalau sebelumnya Reki berada di kamar, kini ia berada di suatu ruang yang gelap.

"Reki." suara itu kembali terdengar dan menggema di seluruh tempat.

"Uh?" Reki berputar mencari sosok sang pemilik suara itu. Sampai dia menemukan siluet yang tak terlalu jelas akibat sinar terang dibelakangnya.

Sosok itu berjalan ke arahnya bersama 2 siluet lainnya. Terlihat seperti seorang wanita dan anak kecil.

"Aku, sudah bahagia disini. Bisakah kau mencari kebahagiaanmu sendiri?" pria bermanik biru kehijauan itu menatap tepat pada matanya. Tatapan dingin itu seakan menyuruh Reki untuk pergi dari hadapannya.

"Apa maksudmu, hah?!"

"Ayah. Masih lama ya?" anak kecil itu bertanya sembari menarik ujung kemeja Langa.

'A-Ayah?'

Kemudian sang wanita menggendong anak itu dan berkata. "Sabar ya, nak. Ayah segera selesai kok."

"Pergilah duluan, sayang. Aku menyusul." Langa berucap diiringi dengan ciuman mesra yang ia berikan pada sang wanita. Sejenak keluarga itu tertawa bahagia sebelum si wanita itu menjauh membawa anaknya, menjalani perintah suaminya.

"Kau mengerti, kan? Reki."

"H-Hah? Ba-Bagaimana dengan janji kita?! Apa kau lupa, hah?!"

"Aku ingat. Tapi, Reki... Kita sudah dewasa. Bukankah tak masalah jika janji itu tak dilakukan asal keduanya bahagia. Makanya, karena aku sudah bahagia, kau juga harus mulai mencari kebahagiaanmu sendiri."

Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakan, Langa berbalik. "Baiklah, keluargaku menunggu. Selamat tinggal, Reki."

"Tunggu! Kau tak bisa pergi-" Reki berusaha untuk berlari mengejar Langa, tapi kakinya terasa berat. Cairan bening yang sedari tadi terbendung kini lepas seiring dengan menghilangnya sosok yang ia cintai.

Gelap. Sunyi. Seketika suasana seperti itu menemani Reki dalam tangisnya yang diam. Sampai suara tembakan terdengar keras dan menggema.

"Langa!" seorang wanita berteriak kala melihat anaknya yang terbaring lemas di pinggir jalan.

Kerumunan orang mulai terbentuk mengelilingi korban yang tergeletak tak berdaya disertai genangan darah.

Reki yang melihat itu segera berlari kesana, beban yang menahannya tadi kini hilang hingga dia bisa sampai disana dalam waktu singkat.

"L-Langa."

"Re... Ki."

"Kau kenapa? Kenapa bisa begini?"

"Maafkan aku, Reki. Sepertinya... Aku akan mengingkari janji kita." ujar Langa lemah, tangannya terangkat mencoba meraih wajah Reki.

"Tunggu, jangan bergerak. Tenanglah. Ambulans akan segera sampai. Iya, kan... Bibi?"

"Siapa kau?" nada dingin terdengar jelas dari pertanyaan itu. Orang yang selalu melihatnya dengan senyuman kini menatapnya tajam.

"A-Aku Reki lho... Ingat-"

"Pergilah! Salahmu anakku jadi begini!"

"Huh? Apa yang-"

"Kubilang pergi! Jangan dekati anakku lagi!" teriaknya sambil mendekap erat sang anak yang sudah terkulai lemas.

Reki terdiam. Sekali lagi, tangisnya tak bisa ia tahan. Kenapa? Kenapa semua orang pergi darinya? Apa salah Reki? Tak cukupkah teman masa kecilnya saja yang pergi meninggalkannya? Haruskah Langa diambil juga dari sisinya?

Kenapa, dunia begitu kejam padanya?

"...-chan."

"Nii-chan."

"Onii-chan! Banguuunnn!"

Mata Reki mulai berkedut lalu perlahan terbuka. Bayangan samar ketiga adiknya ini mulai terlihat jelas saat dia mengambil posisi duduk.

"Ugh..." ah, kepalanya sakit. Rasanya seperti ada balok kayu yang menghantam kepalanya berulang kali.

"Onii-chan, kau baik-baik saja?" salah satu adiknya yang berciri kuncir samping kiri ini bertanya sambil menatap sang kakak penuh kekhawatiran.

"Uhm, Nii-chan baik kok. Tak usah khawatir begitu, Chihiro." jawab Reki yang kemudian mengelus lembut kepala sang adik.

"Kau menangis lagi dalam tidurmu lho, Onii-chan. Apa tidak capek?"

Reki hanya menghela nafasnya. Semenjak perginya Langa ke Kanada untuk meneruskan kuliahnya, Reki selalu mendapatkan mimpi itu. Mimpi yang sama. Terus menerus. Berulang-ulang!

Banyak cara yang di coba keluarganya agar Reki bisa kembali tidur dengan nyenyak. Tapi sayangnya, semua metode tak bisa bertahan lama. Sehari setelah pengobatan mimpi itu selalu muncul dan tak akan pernah berakhir.

Capek? Tentu saja Reki capek. Dia juga ingin bermimpi sesuatu yang lain. Kalau mimpi buruk itu tak hadir maka Reki tak akan bermimpi. Gelap. Hanya itu sampai dirinya bangun kembali.

"Hahh, jaga kesehatanmu ya Onii-chan. Walau begini aku juga khawatir, lho." ujar adik tertua Reki, Koyomi, yang berbalik meninggalkan kamar Reki.

"Onii-chan, makan yuk. Kaa-san masak makanan kesukaan Onii-chan loh..." adik ketiganya, Nanaka, berkata sambil menggenggam tangan Reki.

"Hm, baiklah. Tapi kalian duluan ya. Kepala Nii-chan sakit nanti kalau sudah mendingan Nii-chan menyusul." balas Reki dengan senyuman tipis.

"Oke. Cepat yaa~" setelah itu keduanya keluar dari kamar Reki.

"Uhn."

Keadaan kembali hening. Reki memeluk lututnya dan melipat kedua tangannya disana. Kepalanya ia sembunyikan dibalik lipatan tangan.

Beruntung Reki memiliki keluarga dan teman yang peduli padanya. Kalau tidak, mungkin Reki bisa-bisa sudah tiada akibat stres berlebihan.

Semilir angin berhembus sampai padanya melewati jendela kamarnya yang terbuka lebar. Warna jingga yang sudah mendominasi langit membuktikan kalau dia tidur terlalu lama.

Reki menatap langit itu, dan tak sengaja melihat benda bulat dengan hiasan bulu warna warni tergantung manis di depan jendela kamarnya. Benda pemberian sang kekasih itu bergoyang mengikuti arah angin.

"Kau benar, Langa. Kau datang di mimpiku tiap malam sampai-sampai aku muak melihatnya."

Reki lelah. Sampai kapan dia harus menderita seperti ini? Memangnya apa yang Reki lakukan hingga mendapatkan mimpi buruk itu tiap malam?

"Kapan kau kembali, Langa?"

🌺 Dream Catcher 🌺

Cahaya pagi terasa begitu hangat. Angin yang berhembus pun terasa masih segar walau matahari sudah menampakkan diri dilangit biru.

Lelaki berambut merah ini menyandarkan kepalanya pada sisi jendela kamar. Melihat bagaimana ketiga adiknya bermain di depan rumah mereka. Senyum manis yang lama hilang perlahan terbentuk di wajahnya yang terlihat lesu. Yah, sepanjang malam Reki memikirkan hal ini. Dia akan melupakan Langa sejenak agar setidaknya dia bisa tidur dengan nyenyak walau hanya satu malam.

Namun sayang, senyum itu tak berlangsung lama kala dia melihat sosok yang ingin ia lupakan malah berada tepat di depan rumahnya. Ketiga adiknya mulai berlarian dan satu persatu memeluk sosok itu.

Reki memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya kuat agar bayangan yang ia harapkan terjadi itu tak tervisualisasikan dimatanya.

Ketika Reki kembali membuka matanya sosok itu menghilang, begitu juga dengan ketiga adiknya.

"Onii-chan! Ayo keluar kamar!"

"Onii-chan! Langa-nii-chan pulang lho!"

"Akhirnya yaa, Onii-chan. Orang yang senantiasa kau tunggu kembali. Nah, cepat temui-"

Reki berlari keluar kamar. Mengabaikan ujaran ketiga adiknya yang datang untuk memanggilnya. Baru saja akan dilupakan kenapa malah kembali.

Dan benar saja. Sosok itu berdiri tepat di depan pintu bersama Ibunya. Kaa-san nya sedang menyambut keduanya dengan hangat.

Sosok yang dia rindukan kini menatapnya. Kedua mata mereka saling bertemu. Dengan senyum hangat lelaki itu menyapanya. "Aku pulang, Reki."

"Kau..." Reki melangkah mendekat. "Kenapa kau kembali, hah?! Aku baru saja akan melupakanmu, kenapa kau kembali?!"

Langa yang baru saja senang karena bisa melihat sang kekasih kini terdiam membeku. "Me... Lupakanku?"

"Hey, Reki!" Kaa-san nya mendekat mencoba untuk menggenggam tangannya dan tentu saja Reki menolak hal itu.

"Tidak bisakah kau belajar dengan tenang disana?! Apa harus kau datang padaku tiap malam lewat mimpi?! Dan sekarang apa yang akan kau lakukan? Mimpi apa yang akan kau tunjukkan padaku kali ini?!"

Ah, emosinya sedang tak stabil saat ini. Reki senang bisa melihat Langa kembali disisi lain dia juga takut kalau ini hanya mimpi buruk lainnya dengan awalan yang sangat ia dambakan. Karena itu, Reki memilih untuk tak terlalu berharap.

"Mimpi? Apa yang kau bicarakan?"

"Diamlah! Lebih baik kau pergi sekarang atau aku yang akan pergi."

"Apa maksudmu, Reki?" oke, Langa pusing. Ada apa dengan kekasihnya ini? Apa Reki tak senang dirinya kembali?

Dari jawaban Langa, Reki mengerti. Langa tak akan pergi. Kalau begitu, dia saja yang pergi. Dengan menghentakkan sedikit langkahnya, Reki berjalan menuju pintu rumahnya. "Baiklah. Jangan mengikutiku!"

"Tunggu, Reki!" Langa segera menyusul. Menjatuhkan tas bawaannya dan mulai berlari mengejar Reki.

➖ 🌺 ➖

"Reki!"

"Diamlah! Kubilang jangan ikuti aku!"

"Tunggu dulu, Reki-"

"Berisik!'

"Reki!"

Brak!

Dibawah jalan layang tempat dimana mereka biasa menghabiskan waktu bersama, Langa menahan Reki.

Tubuhnya yang lebih besar mengukung Reki yang jauh lebih kecil darinya. Ditatapnya sang kekasih yang menyembunyikan wajahnya.

"Reki..." Langa menunduk, mencoba melihat wajah yang ia rindukan saat tiba-tiba kerah bajunya di genggam kuat oleh Reki.

"Kapan... Kau akan kembali, Langa?" tanya Reki pelan. Suaranya sedikit bergetar karena dia bertanya sambil menahan air matanya.

"Hm?"

"Berhenti menggangguku tiap malam. Kembalilah! Jangan hanya muncul dalam mimpi!" Reki mengangkat wajahnya. Ditatapnya mata biru kehijauan sang kekasih yang juga menatap dirinya.

"Aku... Sudah pulang lho. Memangnya siapa yang ada didepanmu ini?" sungguh, apa maksudnya ini? Mimpi? Langa tak mengerti! Tapi, melihat Reki berlinang air mata sambil menatapnya membuat Langa gemas. Ah, tahan Hasegawa Langa. Sebentar saja, tunggu waktunya!

"Huh?"

"Jangan-jangan, kau baru bangun dan masih setengah tidur ya? Pfft-" Langa paham sekarang. Saat dirinya datang ketiga adiknya Reki bilang kalau kakak mereka baru saja bangun tidur, jadi mungkin Reki masih terbawa mimpinya. 'Tapi, apa yang Reki mimpikan ya? Apa kau baru saja bermimpi buruk, Reki?'

Reki terdiam sejenak. "Jadi, ini... Bukan mimpi?"

"Menurutmu?" Langa mendekati Reki, diciumnya pipi sang kekasih berulang kali. Ah, Langa tak sanggup! Kenapa Rekinya berubah? Yaa! Berubah jadi makin imut dan manja?! Apa yang terjadi saat dirinya tak ada disamping Reki?!

"Tu-Tunggu! Hhmn..." sedaya upaya Reki mencoba menahan Langa.

Mendapat penolakan dari sang kekasih, Langa menghentikan aksinya. "Baiklah, tenangkan dirimu dulu."

Reki yang terduduk mulai mencoba mengatur nafasnya yang berderu tak beraturan. Tapi, kenapa susah sekali?! Jantung Reki malah berdetak semakin kencang dan membuat nafasnya makin tak beraturan.

"Kau tak akan bisa tenang kalau seperti itu. Atur nafasmu, Reki."

Reki mulai mengaturnya. Mengambil nafas sedalam mungkin lalu dihembuskan perlahan. Begitu seterusnya sampai dirinya merasa jauh lebih tenang.

"Sudah tenang? Kau bisa peluk aku kalau masih belum percaya." ujar Langa merentangkan tangannya lebar, siap menerima Reki dalam pelukannya kapan saja.

Tapi sayangnya Reki masih meragukannya.

"Oke. Pegang tanganku dulu." Langa berkata sambil menggenggam tangan Reki perlahan. "Bagaimana? Hangat, kan?"

Reki mengangguk. Lalu Langa menariknya hingga Reki berada dalam pelukkannya. Reki tak menolak. Kehangatan ini, Reki selalu menanti kehangatan ini.

"Reki..." panggil Langa sembari mengusap rambut Reki pelan.

"Hm?"

Menarik nafas dalam, Langa mempersiapkan dirinya. Perlahan tangannya menangkup wajah Reki yang sedari tadi bersandar pada dada bidangnya. "Apa, apa kau mau menikah denganku?"

Dan pertanyaan itu pun terucap.

"Huh?" Isi kepala Reki kosong seketika. Dia... Tidak salah dengar, kan? Menikah? Reki bahkan belum memikirkannya sampai sejauh itu. Langa yang benar-benar kembali saja bagai mimpi untuknya, apalagi menikah.

Tapi, mata itu tak berbohong. Tak ada keraguan maupun guyonan yang tersirat dimata biru kehijauan itu. Rasanya, pertanyaan-bukan, pernyataan itu tulus terucap dari hati kecilnya Langa.

Reki kembali menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang kini ia yakini benar-benar memerah. "Uhm."

Tuh kan, liat kelakuan itu. Langa tak habis pikir, apa yang Reki alami selama dia tak berada di sisinya sampai sampai sifat manis Reki keluar begitu mudahnya.

"Hehe... Pulang yuk."

➖ 🌺 ➖

Lampu jalan bersinar redup, menerangi sedikit kegelapan malam itu. Di tengah udara dingin malam hari, Reki dan Ibu Langa kini tengah berjalan beriringan, kembali pulang setelah berbelanja di minimarket terdekat.

Yah, Ibu Langa tiba-tiba memintanya untuk temani dia membeli beberapa camilan.

"Hm, kenapa gelap sekali?" ujar Reki keheranan. Pasalnya, sekeliling rumahnya benar-benar gelap. Tak biasanya. Apalagi semua orang sedang berada di rumah.

Reki menoleh guna menatap Ibu Langa. Di tengah gelapnya malam, tatapan Reki itu berhasil membuat Ibu Langa gugup. "Yah aku juga tak tau... Dari tadi kan aku bersamamu haha.."

Kemudian Reki melewati pagar rumahnya tepat saat itu beberapa lampu berwarna merah membentuk pola hati menyala didepannya dengan Langa yang berada tepat ditengahnya memakai setelan jas putih.

"Langa?"

"Reki..." Langa mendekat, perlahan menarik tangan kanan Reki. Beberapa kali ia mengusap lembut tangan itu, sementara tangan satunya sibuk merogoh saku jasnya.

Di keluarkannya kotak merah itu lalu dibuka perlahan. Dan tampaklah sepasang cincin dengan permata biru dan merah tersemat disana.

"Reki, will you marry me ?" ucap Langa lantang serta nada serius.

Walaupun nilai Reki tidak bagus dalam bahasa Inggris, tapi dia tau arti kalimat yang Langa ucapkan barusan. Dia sering mendengarnya di acara TV.

Tak sengaja ia melihat Kaa-san nya yang berdiri sedari tadi di belakang Langa. Menatapnya lembut seakan tau apa yang Reki pikirkan. "Tenanglah, Kaa-san akan bilang pada Ayahmu nanti."

Helaan nafas lega keluar begitu saja. Untuk tambahan, sebenarnya Ayah Reki sangat menentang hubungannya dengan Langa. Dia bilang keturunan darinya adalah hal penting untuknya. Padahal ketiga adiknya juga bisa memberikan cucu yang mungkin saja jauh lebih imut daripada anaknya nanti.

Pandangan Reki kembali fokus pada Langa seorang. Tangan besar itu masih senantiasa menggenggam tangannya erat. "Kau tau, aku tak pandai bahasa asing. Jadi aku tak tau apa yang kau tanyakan."

Ugh, Reki membuatnya frustrasi! Ingin rasanya Langa mengendalikan mulut mungil itu agar hanya kata 'Iya' yang bisa terucap olehnya.

Dengan kasar Langa menarik tubuh itu masuk dalam pelukannya. Tepat disamping telinga Reki, Langa membisikan kalimat tadi yang tentu saja ia terjemahkan. Dan sedikit hukuman karena menggodanya terus menerus, Langa mengakhirinya dengan jilatan ringan di telinga itu.

"Ungh, kau... Ada Koyomi dan si kembar tau!" bentak Reki berbisik sembari memegangi telinganya.

"Makanya, jangan menggodaku terus."

"Siapa yang menggodamu!"

Langa hanya terkekeh senang. Ah, Langa berharap kalau bisa malam ini jadi malam pertama mereka!

Helaan nafas kembali terdengar. Langa menatap Reki dengan senyuman yang merekah di wajah tampannya. Dia mengambil cincin berhiaskan permata biru itu dan menyematkannya pada jari manis sang pujaan hati.

Begitupun dengan Reki. Dia mengambil cincin permata merah itu lalu disematkan pada jari manisnya Langa.

Keduanya tersenyum. Terutama Reki, yang belakangan ini terus di ganggu oleh mimpi mimpi buruk tentang Langa. Ada yang bilang, jika menceritakan mimpi burukmu pada orang lain maka mimpi itu akan jadi kenyataan. Maka dari itu, Reki memilih untuk memendamnya sendiri. Dia terus memikirkan mimpi itu sampai dirinya jatuh sakit beberapa kali. Dia hanya takut mimpi itu jadi nyata. Dia... Belum siap kehilangan Langa.

"R-Reki... Ada apa? Kenapa kau menangis?"

Pertanyaan dari Langa membuatnya tersadar dari lamunannya. Tangannya bergerak mengusap pipinya. Dan, benar saja. Dia menangis dan tak menyadarinya.

"Ah, aku..." belum menyelesaikan kalimatnya, Reki memeluk Langa dengan erat. "Aku takut. Jangan pergi lagi."

Pelukan itu semakin erat, seakan Reki benar-benar tak akan membiarkan Langa pergi barang seinci pun.

Disisi lain, Langa tersenyum senang. Entah apa yang Reki alami tapi dia bersyukur, karena berkat itu Rekinya menjadi lebih membuka diri.

"Baiklah, aku akan selalu disisimu."

🌺 The End 🌺

Karena ini cuma oneshot, jangan lupa vote and comment yaw~

See you next story... Bye bye~

🌺 dyrannosaur 🌺

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro