ARIP & MIRA
ARIP MIRA
Cerita nyata dengan rekaan. Dimohon pembaca menyiapkan cerita lain karena cerita ini banyak mengandung unsur ganek (Ngga lucu nekat). Karena biasanya yang nekat itu lebih lucu. Iya gitu.
llllllll
Alkisah tanpa kasih, hiduplah dua remaja diakhir SMA bernama seperti pada judul. Keduanya dipertemukan sejak 2 tahun lalu, dengan hobi sama membuat mereka mudah menyatu.
"Menyatu? Ya Tuhan gue bukan lelaki yang begitu! Sebejat-bejatnya gue, gue ngga pernah menyatukan tubuh dengan wanita manapun, meski itu sahabat gue sendiri, Mira!" yang bernama Mira hanya menunjukkan ekspresi bodoh khasnya.
Mir, itu kacamatanya melorot, benerin dulu cobak.
"Ih Arip, bukan menyatu yang begitu!" kaget yang terlambat.
Arip adalah pria berwajah manis dengan sedikit kutis alias kumis tipis, badan atletis kadang kelewat sinis dan kelakuannya autis. Mira, disebutkan pula dengan banyak S dibelakangnya, hanya saja tidak autis, sedikit narsis, melankolis, nasib kantongnya miris. Satu lagi, S pada Arip adalah manis maka pada Mira adalah K. Cantik.
Karena terlalu sering berdua, tidak bisa lupa masa kelas sepuluh meski dua tahun sudah berbeda kelas, tidak mengubah apapun selain, AC dikelas Mira lebih dingin daripada AC dikelas Arip. Yang mana tetap lebih dingin daripada AC dikelas si penulis. Abaikan yang terakhir.
Karena itu pula banyak yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. Yang jika benar maka sekarang berstatus LDR.
"Lo Disana, Rip." Kata Mira, flashback ke jaman perpisahan kelas sambil menunjuk kelas baru Arip.
Mereka berdua adalah anak jenius. Beraliran sama dengan kloter berbeda. MIA 1 untuk Arip dan MIA 2 untuk Mira. Sangat jenius. Arip tak pernah lupa untuk mengisi ulang char game nya dan Mira yang tak pernah lupa untuk meminta tolong pada teman untuk mengerjakan tugasnya. Jenius yang tak terbatas.
"Rip, udah bel. Lu ngga balik ke kelas?" Mira yang baik hati mengingatkan.
"Sumpeh lu? Anjir, ngapa ngga bilang dari tadi!" Arip beranjak lari dari kelas Mira.
Kemudian masuk lagi dengan santai.
"Kok balik lagi?" tanya Mira mendongak karena ia berposisi duduk.
"Males ah, ngga ada gurunya." Arip kembali duduk. Mira berfikir. Perhatiannya lekat pada Arip.
"Lu natap gue biasa dong!" Arip mulai risih.
"Tapi Rip, kelas gue udah ada gurunya." Ujar Mira polos.
"A-RIEF HAR-ZAN-TO, ngapain kamu disini?! Kembali ke kelas sekarang!" gelegar bu Timur sang pemegang angket guru ter-killer hari PGRI lalu.
llllllll
"Miraaa! DN gue menang battle!" beratnya ransel tidak mengurangi semangat berlari Arip menuju kelas Mira.
Jam pulang sekolah. waktu dimana mereka bersama lagi selain di jam istirahat. Di sana seperti biasa, Mira yang duduk dipojok belakang bertepuk tangan.
"Wih, keren" ungkap Mira.
"Lu ngapain?" tanya Arip datar. Buku berserakan di meja Mira, pertanda ia masih mengerjakan tugas.
(Selingan)
"Sok tau lu! Orang dia belum beberes!" bela Arip menghakimi Author.
Setia menunggu Mira yang merapihkan bukunya, Arip bercerita menyangkut kemenangan battle gamenya. Sisi lain Arip, sosok yang jago bercerita garis miring curhat.
"Jadi pas energi dia udah mau limit gue serang aja pake bla bla bla" maaf ga dilanjut, soalnya saya ngga tau apa aja yang ada di game Dragon Nest.
"Nah udah gitu ya Mir, gue dapet gift nyasar, Dragon Magma! Lucky banget ngga?" suara riang Arip membahana. Ngga peduli disini Author lelah ngasih efek italic buat dialog dia. Mira pendengar yang baik masih terus mengerjakan tugasnya.
Eh tunggu....
"Kok lu bebers lama banget sih, Mir?" sadar Arip akhirnya.
"Lah siapa yang ebebres? Gue lagi ngerjain tugas Seni Musik." Telunjuknya membenarkan kacamata yang turun. Pesek sih...
"ANJUU!!" dan tidak ada lanjutannya.
Eh tunggu....
Tunggu mulu, ini bukan halte ya, plis.
"Kan tadi lu jam pelajaran bu Timur, dia masih guru PKn kan? Sejak kapan bu Timur ngajar Seni Musik?" alisnya terangkat, khas Arip ketika bingung.
"Kok bu Timur ngajar PKn apaan sih, Rip! Ini tugas bu Nur!" dengan jawaban sedikit telmi.
"Kerjain dirumah aja sih"
"Di suruh kumpul sekarang." Pandangannya kembali pada buku.
Bu Timur ngajar Seni Musik bakal gini kali ya "Berapa nilai not angka yang membentuk pasal 28 A hingga J?" oke, kalau beneran gitu, gue resign jadi muridnya.
Arip pun setia menemani Mira mengerjakan tugas dengan bermain game di tabletnya. Dalam diam pun mereka menjalin ikatan. Kenyamanan meski tak ada bahasa dan sentuhan.
"PENULISNYA MESUM, ANJING!!"
Maap kak, saya Cogan bukan Anjing.
Wassalam.
llllllll
Hari berganti hari. Jadwal dan seragam berganti sesuai hari yang bergulir. Tetapi status Arip dan Mira tetaplah sama, jones yang terjebak friendzone.
"Rip, misalnya lu suka sama orang tapi ternyata....."
"Iyalah gue suka sama orang, masa sama setan" potong Arip.
"..... orang yang lu suka itu suka sama orang lain. Lu bakal gimana?" Mira tidak peduli dengan sanggahan Arip.
"Lu nanya ribet banget. Cari yang lain lah."
"Lu sekarang lagi suka sama siapa?" Mira kepo tidak seperti biasanya. Arip menghentikkan kegiatannya beralih pada Mira.
"Ngapain sih lu nanya gitu?" Mira hanya menampakkan giginya yang tidak rata, bergingsul atas bawah ke belakang sedikit. Opp, terusss, Yak sip. Lah ngapa jadi kayak tukang parkir.
"Gue lagi naksir orang, Rip." Pernyataan yang mengejutkan Arip. Cukup mengejutkan Arip.
"Sama siapa?"
"Dia itu sering bareng kita—gue, anaknya ceplas-ceplos, sedikit pecicilan tapi dia anaknya peduli banget." Mira menerawang. Arip jadi lebih serius seakan peduli dengan cerita Mira.
"Tapi ada hal yang negbatasin kita."
"Oh, dia naksir orang lain?"
Mira menggeleng "Bukan. Gue bersyukurkalau dia naksir orang lain, setidaknya berarti dia udah bisa move on dari mantan terakhirnya dan bahagia sama yang baru."
"Emang dia separah itu sampe ngga bisa move on?"
"Cuma kiasan Arip! Dia udah move on kok. Udah lama banget."
Arip menaikkan alisnya. "Terus?"
"Dibalik dia yang pecicilan banget itu sebenernya dia tertutup. Sulit buat tau dia lebih dalam." Mira tersenyum masih menerawang hal-hal yang dilakukan orang yang dia taksir.
"Suatu saat." Arip sudah bermain game lagi.
"Harzantoo... ih kelarin dulu tugasnya." Suara teman sekelas dan sekelompok Arip. Panggil saja Maria.
"Males."
"Bentar aja. Ntar baru lu main lagi." bujuk Maria.
"Udah sih, Rip. Kerjain aja dulu sono, ntar baru kesini lagi. lagian lu disini juga ngga ngapa-ngapain." Mira menasehati. Arip langsung emmatikan tab-nya.
"Iya! Gue kerjain! Ngeselin banget sih." arip berjalan cepat tidak menatap Mira. Mendahului Maria menuju kelas sambil mengomel.
"Maksud gue kan ngga gitu..." Mira bicara pada diri sendiri.
"Rip..., Arip!!" Mira memanggil Arip yang sudah jauh.
"Yah, marah de dia sama gue. Gimana ini." Mira murung terlanjur bingung.
Jam pulan sekolah hari ini adalah jadwal eskul Japan Club. eskul yang diikuti oleh Arip dan Mira. Eskul yang katanya mengajarkan kebudayaan dan serba-serbi Jepang tapi isinya manusia-manusia 'purba'.
"Dek," Arip memanggil salah satu juniornya.
"Apaan?" yang dipanggil hanya bersuara.
"Gue lagi suka sama yang depannya H belakangnya I."
Si junior tampak berfikir. Mengerutkan kening dan menengok perlahan ke arah Senpai-nya.
"Lo suka Hentai?" wajah juniornya agak menyelidik tidak percaya.
Suara tawa besar. "Gublug, bukan itu!!" tawa yang terpingkal-pingkal.
"Terus?" jawabnya lagi juga sambil tertawa.
"Aisatsuu Minna." suara Mira memecah suasana.
"Aitsasu Mira-Senpai." respon sebagian orang.
"Apasih Mir, sok iya banget deh lu. Biasanya masuk diem-diem ae, pake salam segala."
"Assalamualaikum dong, sok Jepang deh!" dan segala protes lain yang kemudian digelar gelak tawa.
"Temen lu di bully tuh kak, Bela dong." Rujukan kalimat untuk Arip. Tapi sejak tadi ia tidak tertawa atau ikut mem-bully apalagi membela.
Arip bangun dan pindah tempat ke belakang, berkutat dengan persegi hitam kesayangannya, yang kalau dicolek-colek ngga bakal marah. Ia tidak menghiraukan keadaan padahal biasanya dia biang rusuh.
"Cutt, kak Arip ngapa?" junior tadi bertanya pada temannya bernama Caca tapi dipanggil Kancutt. Hih, ng
ngga keren amat itu panggilan.
Udah dibilang isinya manusia purba jelaslah namanya begitu. Eh tapi emang Phitecan Thropus udah pake kancutt?
"Lah mana gue tau, Cog." Kata Caca emnaikkan bahu dengan wajah nyebelin banget minta dikremasi sekarang juga.
Sebelum berpanjang-panjang membahas masalah anatara Mira dan Arip atau Arip dengan Mira yang intinya sama aja itu satu orang, satu jenis. Sensei sudah masuk ke kelas. Masih bisa bercengkrama atau bahkan membakar sekolah, tetapi tidak mungkin karena kesempatan Sensei mengajar eskul jarang sekali. Eskul JC lebih sering diisi oleh manusia purba abad pertama alias para Senpai. Jadi bisa dibilang mereka memanfaatkan waktu serta kesempatan yang ada. Dan lagi, manusia purba atau yang berbau dengan sejarah sering disamakan kepada mahluk JC adalah karena di waktu mengajar normal, Sensei merupakan guru Sejarah.
Itu juga kenapa anak-anak JC banyak yang bermuka suram. Mereka tidak bisa melangkah dari masa lalu. Yang namanya sejarah sudah pasti belajar masa lalu, kalau belajar masa depan mending kamu tembak aku aja sekarang terus bawa aku ke pelaminan.
Wassalam.
"Arigatou Gozaimasu, Minna. Kita belajar lagi di kesempatan lain yaa. Materi hari ini tolong dipahami baik-baik." Pesan Sensei sebelum ia pulang. Eskul hari ini lancar dengan keadaan yang sedikit tegang karena ada perang dingin antara Mira dan Arip. Yang juga diakibatkan diluar habis hujan deras mangkannya dingin. Iya gitu.
"Arip!! Lu marah sama gue?" usaha Mira tidak berhenti.
"Ya ampun, Rip. Masa lu gitu aja marah, sih." Mira mengubah nada bicaranya berharap Arip luluh.
Nyatanya Arip malah bergegas pulang. Asal menggendong tas. Nafasnya yang berderu tercetak jelas meski dari kejauhan. Mira mengejar Arip bermaksud meminta maaf. Arip masa bodoh, semakin berjalan cepat.
Kondisi jalan yang basah, lantai yang lici, udara yang dingin, tetesan hujan yang masih tersisa hampir membuat Mira terpleset. Beruntung ia tidak jatuh. Lebih parah kalau dia jatuh pada lubang masa lalu dan tidak bsa bangkit lagi. Namun, jika ia jatuh, mungkin Arip akan berbalik dan menolongnya kemudian memaafkan Mira. Seperti drama yang ada di FTV.
Ketemu, Berantem, Pacaran, Tamat. Klise sekali. Bahkan lebih bernilai seni kisah sejarah manusia purba Phitecanthropus Javanicus yang bertemu Phitecanthropus Erectus.
"Ih... Arip." Suara Mira lirih dengan awalan Ih yang cukup panjang . Belum saatnya Arip memaafkan dia, belum juga waktu yang tepat bagi Mira untuk meminta kembali ikatan itu. Mira kembali ke kelas mengemasi barangnya yang masih bertebaran.
"Lu lagi marahan sama Arip?" tanya Kancutt. Maksudnya Caca (bukan permen).
Mira menggedikan bahu.
llllllll
Jam pulang sekolah seminggu setelah eskul dimana ada adegan Mira mengejar maaf Arip.
Authornya bikin scene pulang sekolah mulu. Ketauan banget kalo disekolah dateng yang diharepin Cuma biar bisa pulang.
Brukk....
Suara benda beradu dengan meja. Mira menengadahkan pandang.
Itu Arip.
Arip melakukan lagi kebiasaannya setelah seminggu mendiamkan teman karibnya. kebiasaan yang ia lakukan ketika akan menghampiri Mira dipulang sekolah. menaruh tas nya kasar. Arip berdiam sambil gaming, duduk menyamping bukan menghadap Mira. Belum ada suara diantara mereka. Satu sama lain masih enggan rupanya untuk memulai.
"Rip, masih marah?" Mira memberanikan diri.
Cess... Cess... Dass... Bukk.... *suara game*
"Rip, maaf dong." Resikonya ia tahu. Arip sulit diganggu ketika sudah bermain. Bukan hanya karena memamng masih ada batas pertengkaran diantara mereka.
Toeng.... Toeng.... Toeng..... *masih suara game*
Arip tetaplah Arip. Tidak ada yang bisa mengekang, menebak, menyimpulkan apa yang akan atau ia inginkan untuk—pada dirinya. Tidak mendapat tanggapan, Mira melanjutkan tugas.
Di luar kelas sudah cukup sepi sedangkan kelas tetangga, tepatnya 12 MIA 3 masih penuh dengan anak yang bernyanyi-nyanyi. Sebagian dari mereka memang anggota Band sekolah dengan sisanya yang bukan dari kelas MIA 3 saja.
"Lu ngerjain apa?"
Mira mengangkat kepala. "Lu udah ngga marah, Rip?"
"Lu ngerjain apa?" ulang Arip.
Mira menampakkan cengiran kudanya. "Serius lu udah ngga marah, Rip?"
Binar mukanya amat terang mengalahkan mentari sore. Arip jengkel, mungkin sebentar lagi meja akan melayang ke arah Mira.
"Lu nger-jain a-pa, Mi-ra?!" dengan setiap penekan serta pemenggalan.
"Anu, Anu..." Mulutnya kaku untuk menjawab padahal ia sangat tau jawabannya.
Arip mengernyit. "Anu?"
"Anu, maksud gue Seni Musik!" bagaikan seorang supir yang membanting setir menghindari kawanan bebek menyebrang seperti itulah gelagat Mira ketika berhasil menjawab pertanyaan Arip.
"Seni Musik mulu."
Bayangkan jika kedua mata pelajaran tersebut bergabung. "Berapa irama yang sesuai dengan gerakan pentermuan antara sel sperma dan sel ovum?"
Besoknya ISIS bubar. Koruptor tobat. Ekonomi Indonesia makin maju. #2016Wish
"Iya, tadi gue tugas ada yang salah. Suruh ulang sekarang." Jelasnya.
Arip menaikkan sebelah alis. Mira tau maksud gestur itu.
"Jadi, bu Nur ngasih tugas ubah not balok ke not angka. Nah..."
Flashback On
"Mir, udah dikumpul?" tanya Sahrul, teman sekelas Mira.
"Iya, udah tapi dibalikkin lagi nih sama bu Nur."
"Kok?"
"Ngga tau nih. Gue cek dulu deh." Mira menjelajahi tugasnya satu per satu. Sedangkan Sahrul sendiri sudah berfokus pada tugas yang sama.
"Rul, yang ini nilai not nya lima kan?"
"Hemm." Tanpa mengarah ke Mira. Dan tidak tau dengan pasti apa yang dipertanyakan temannya.
"Bener kok. Ngga ada yang salah, kenapa dibalikkin ya?" gumam Mira menggaruk kepala.
"Udah ah. Kumpulin lagi aja." Dengan percaya diri. Mira mengumpulkan lagi bukunya untuk dinilai.
"Mira," panggil bu Nur.
"Iya, bu?" dia tidak jadi kembali ketempat duduk.
"Ini kan udah ibu kembalikan buat kamu perbaiki. Kenapa masih begini?" bu Nur heran.
"Kan udah saya benerin, Bu." Jawab Mira ringan. Bu Nur mencoret salah satu not angka.
Mira yang melihat tugasnya dicoret bereaksi "Loh kok dicoret, Bu?"
"Kamu tau ngga ini nilai not baloknya berapa?"
"Lima, Bu."
"Iya, lima. Terus kalau ada tanda ini jadinya apa?"
"Sol, Bu." Lagi-lagi dengan ringan.
"Iya Mira, ibu tau. Kalau ada tanda ini jadinya apa?" kemudian mengulang mencoret angka dibaris lain yang bernilai sama dengan not sebelumnya.
"Tapi bu, kata ibu bener nilainya lima. Kok dicoret?" impulsnya belum menangkap maksud dari guru tersebut.
"Kamu tau ngga ini tanda apa?" Bu Nur hilang sabar. Mira terdiam bingung.
Flashback Off
"Jadi lu nggatau tanda kress? Hahahaha, najong dah Mir!" Arip terpingkal, Mira merajuk.
"Iyalah pantes dicoret, namanya juga tanda kress! Dari sol jadi sel!" Arip terus meledek, tidak bisa menghentikan tawanya.
"Lagian si Sahrul ditanyain Cuma jawab 'Hemm', gue fikir jawaban gue udah bener semua lah." Mira membela diri. Arip tidak peduli, ia terus tertawa. Temannya ini sungguh konyol!
Ya Allah Mir, tobad deh gue punya senior kayak engkau.
llllllll
"Arip, Arip, Ariiipppp...." teriak Mira memanggil temannya sambil berlari-lari. Suaranya yang cenderung lemah memang akan sulit terdengar ditengah keramaian jam istirahat.
"Apaan?"
Mira menarik seragam Arip. "Eh... Ehh, tangan yaa tangan!"
"Maap, maap. Ikut gue, buruan!" Mereka menuju papan mading yang berada tak jauh dari kelas Arip.
"Liat nih, lu dapet dadu!" Mira menunjuk gembira.
Dadu. Dari dan Untuk, rubrik majalah dinding yang berisi surat dari para anak yang bersekolah di sekolah Arip serta Mira. Rubrik yang paling laku dan biasanya berisi kode buat gebetan atau mantan diajak atau ngajak balikan. Terkadang juga isinya curhatan abege labil.
"Ini dari lu ya, Mir?" Arip membaca dadu yang ditujukan untuknya.
Mira shock. "Ngapain gue ngirim dadu buat lu?!"
Arip memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, "Yaudah lu kirim gih buat Sahrul, Raka, Mahatir, Noval atau siapa gitu. biar lu cepet laku, ngga kelamaan jones." Kemudian beranjak ke kelas, Mira yang masih membaca dadu bertambah shock.
Arip berbicara seakan dirinya tidak berstatus sama dengan Mira, mereka kan sesama jones. Apa pula maksudnya Arip menyebutkan para 'artis' sekolah, memang dikiranya seelah Mira mengirim dadu untuk salah satu diantara mereka, Mira akan langsung memiliki hubungan yang kalau kata anak jaman Relationship Goals? Itu hubungan sama pacar atau sama bola sepak?
Ah, itu anak emang kalau ngomong kan suka lupa diayak. Mending gue baca dadu lagi, fikir Mira. Ia melanjutkan kegiatannya yang terpotong akibat ucapan Arip, diantara dadu tersebut banyak yang mengundang tawa serta senyum.
"Lu senyum-senyum, bener kan lu yang ngirim dadu buat gue?"
Arip balik lagi.
Mira menoleh, matanya membulat dari balik kacamata, lalu pergi dari hadapan Arip tanpa berkata-kata. Arip tertawa karena berhasil mengerjai Mira.
Istirahat selesai. Semua anak kembali ke kelas untuk melanjutkan KBM. Meski acara istirahat masih berlangsung sebagian di kelas. Maksudnya, masih ada yang makan gitu.
Kelakuan gue banget.
"Mentang-mentang anak IIS."
Eh Rip, masuk kelas! Gue dilet dari cast cerita tau rasa lu!
Arip POV
"Wnda, ntar JC." Gue memperingatkan Winda sambil melenggang ke kursi yang ngga beda jauh kaya Mira. Berada dibelakang pojokkan.
Winda. Dia temen gue yang kalau ngga karena satu eskul (dan sekarang kelas) mungkin ngga bakal pernah 'sedeket' ini. Paling baik dan cukup perhatian. Dia prihatin kali sama kondisi sikap gue. tapi gue bukan tipe orang yang suka dikasihanin, meski suka ngembat makanan temen sendiri.
Gue orang yang keras, ceplas-ceplos tapi cuek dan kadang kelewat sinis. Benar, sikap dan sifat gue ini ngga jarang bikin orang lain pusing. Gue ngga peduli. Nyatanya masih ada mahluk-mahluk yang kadang lebih bikin gue sakit kepala. Mereka kebanyakan anak-anak JC, apalagi para junior gue. entah udah pada kemana urat malunya.
Dan kadang dengan khilafnya gue ikutan kelakuan mereka. Nyesel, kemudian tetap bersyukur karena pernah ikutan
Ampuni aku, Tuhan.
Bukti perhatiannya Winda itu kayak gini,
Flashback On
"Arief Harzanto, kalau kamu masih punya hutang sama saya, cepat ya dilunasi." Selalu manggil gue dengan nama lengkap. Siapa lagi kalau bukan bu Timur, Titan Sekolah.
Dengan tetap elegan dikursinya sembari tangan mengubek bermata fokus ke LJK UAS, doi bilang begitu. Hutang. Bukan hutang duit, melainkan nilai.
UAS PKn gue Cuma ngerjain soal nomor satu dan sepuluh, sedangkan soal yang ada satu sampai sepuluh. Yaa, lu bisa tebaklah nilai gue berapa dan kenapa doi begitu. Btw, soalnya dalam bentuk essai bukan pilihan ganda. Bisa runtuh kali ini sekolah kalau gue ngerjain begitu disoal berbentuk PG.
Iya runtuh, gue yakin bu Timur bakal jalan dengan begisnya yang menyebabkan gedung sekolah bergetar sambil bawa-bawa lembar jawaban gue, mencari gue kemudian memakan gue hidup-hidup.
'Kerjakan soal nomor 1-10 dibawah ini dengan menuliskan jawabannya di LJK yang tersedia'
Perintah yang tertera dikertas soal UAS PKn.
Sekali lagi, nomer 1-10. Cuma ada nomer satu dan sepuluh yang tertera. So, I did it. Ngerjain soal no satu dan sepuluh doang, yang laen gue tinggal.
Ngga salah kan gue?
Tapi ada tanda stripnya kak, it's mean 'sampai' -__-
Kalau Mira tau mungkin dia bakal balas lu begini, "Jadi lu ngga tau tanda strip?! Hahahah najong dah Rip!"
Arip menunjuk ekspresi kesal karena diledek Mira, "Iyalah pantes lu digituin. Namanya juga tanda strip! Kalau satu artinya 'sampai' atau 'pengurangan', kalau ada dua strip, sih yaaa gue ngga tau lu udah berbuat apa sama doi." Kemudian Mira lari sebelum dibalang meja oleh Arip.
Kak Arip doang emang yang bisa lupa sama nama belakang sendiri. A-rip, St-rip.
Setelah bu Timur ngomong gitu, gue biasa aja. Beda sama Winda yang langsung menanggapi dengan mutar badan ke belakang menghadap gue.
"Rip, lu tuh ngga boleh begitu. Kalau ada soal kerjain sesuai perintahnya. Lu ngga bisa gini terus, Rip. Lu udah kelas 12." Suara cemprengnya yang halus sarat akan kekhawatiran.
Flashback Off
Bakal beda kalau Mira yang bilang, mungkin.
"Ih, Aripp..." dengan lengkingan kemudian tertawa. Orang koplak emang. Bukannya menghibur atau nasehatin pake kata-kata bijak malah ketawa dengan 'Ih' nya yang udah melegenda. Ew.
Idih, kenapa nyambungnya ke Mira.
Ceklak........ (menurut Author bunyi pintu kelas Arip pas dibuka begitu).
Yak, gurunya udah masuk. Dengan topeng 'pendiem pasif' gue bersikap.
"Keluarkan PR kalian, kita koreksi. Ayo, siapa pun maju jawab soalnya." Baru masuk, belum duduk udah PR aja.
Kelas ramai, mereka berebutan pada mau maju. Sebagian Cuma mulut doang 'Saya Bu' tanpa bergeming dari tempatnya. Termasuk gue yang ngga tau kesurupan malaikat mana,
"Saya bu," sial. Gue teriak disaat kelas mulai tenang. Jadilah suara gue menggema.
"Ya, Arief Harzanto." Kalian pasti tau nama guru ini siapa.
Gue ngga maju, diem ditempat. Maksud gue tadi kan mau bantu kelas jadi berisik, kenapa jadi gini.
"Arief Harzanto, mana? Cepat maju. Tuliskan pasal berapa untuk soal nomor delapan." Tagih bu Timur.
"Kok saya, bu?" tanya gue pura-pura bego.
"Kamu mengajukan diri, bukan?"
"Ngga kok, bu." Kata gue mengelak.
"Arief Harzanto, ibu ngga main-main ya!"
Lah, emang titan macam ibu bisa diajak main apaan? Petak umpet? Objek tempat ngumpet sama badan aja gedean badan. Btw, bu Timur ngga serealiti itu kok. Itu Cuma gambaran Titan yang ada di anime Shingeki no Kyojin alias Attack on Titan.
"Sama bu." Asli, gue butuh rehabilitasi kayaknya.
"Maksud kamu bilang 'Saya' apa?!" bu Timur mulai naik pitam.
"Belum selesai ngomong, bu. Maksud saya, Saya belum, bu." Eh goblok malah ngaku.
"Arief Harzanto, keluar dari kelas saya sekarang juga!" lah, doi ngaku-ngaku. Jelas banget ini kelas 12 MIA 1.
Dengan senang hati gue keluar kelas. Bosen juga didalem padahal waktu istirahat belum lama abis. Kelas lumayan tegang. Semua anak diam, mata bu Timur hampir jatuh kalau aja doi ngga pake kacamata.
Mira POV
"Okay, Students. Open your book, page thirty five and answer the questions number one until fifteen."
Gue buka buku sesuai halaman yang disuruh dengan semangat. Semua bilang, gue ini anak yang baik dari segi apapun. Wajah gue juga menyiratkan hal itu. Cuma...
"Mir, lu udah makan belum, sih? lemes banget."
Orang ngeliat gue selalu seperti manusia tanpa gairah hidup. Salah kalau mereka nanya gue udah makan atau belum. Nyatanya gue ini perut karet yang bisa makan sebanyak apapun tanpa pertambahan berat badan. Banyak yang ngira juga gue cacingan. Astaghfirullahahazim. Perut karet selanjutnya disusul temen karib gue, Arief Harzanto atau sejauh ini kalian kenal dengan Arip. Bedanya Arip emang lebih tau diri ketika makan. Tapi, keseringan lupa diri itu makanan aslinya punya siapa. Cih.
Ngga salah lagi. gue emang melankolis. Beda jauh sama Arip yang selalu tampak semangat, enerjik, pasti dan gentle. Gue dan dia bertolak belakang, dan lagi-lagi orang bilang,
"Kalian pacaran ya?"
"Duh, kalian saling melengkapi yaa."
"HAH? LU BERDUA SERIUS PACARAN?"
"Amasaaaa.... pacaran beneran kali ah."
"Akhirnya jadian juga. jodohnya ngga jauh ya ternyata."
Rasanya gue mau resign jadi...
"Mira, jawaban Raka benar atau salah?" tegur bu Nur tiba-tiba. Bengong gue ilang. Eh apaan?
"Mira, are you there? What is the answer for number two?"
Gue baca soal dibuku. Oh, ini sih gampang.
"Mi, Maam." Jawab gue pasti.
"Yes you. The answer, please?"
"Mi, maam." Lah ini guru kenapa.
"Mira kamu paham tidak?"
"Paham, bu." Bu Nur emang gitu. kaang dipanggil maam kadang dipanggil ibu.
"Good. Lalu apa jawabannya?"
Seisi kelas udah ngeliatin gue. buset, ini ngga ada yang mau bantu gue gitu. jelasin ke gue gitu ini bu Nur kenapa. Dari tadi gue udah jawab, salah dimananya? Kalau pun salah kenapa masih ngincer gue buat jawab cobak.
Gue tetap menjawab dengan jawaban sama. "Mira, keluar kelas sekarang."
Sekarang mereka ngeliat gue ngga dengan kepala doang, lengkap sama badan-badannya mengarah ke gue. kacamata gue melorot, ada apa sih ini?
"Why maam?" gue bertanya sehalnya dengan tokoh protagonis meminta kejelasan karea sudah dihakimi.
"Kamu ibu suruh jawab soal nomer dua. Kenapa Me mulu? Keluar sana! Bawa bukunya, kerjakan halaman selanjutnya. Kalau sudah selesai baru boleh masuk lagi." perintah bu Nur dengan suara tidak galak namun cukup tegas.
Gue ngga ngerti deh. Apa yang salah dengan Mi? Apa yang salah dengan jawaban gue? kenapa bu Nur ngebahas Mi? Kan gue jadi laper.
Akhirnya gue keluar kelas, sebelumnya salim dulu minta restu. Gue mau cari wangsit, gue salah diamana.
Ketika gue keluar kelas. Gue ngeliat Arip ngarah ke kantin. gue kejar dia, kenapa tuh anak. "Woyy, Rip!" Arip berhenti dan berbalik badan.
Gue menghampiri dia dan berjalan beriringan ke kantin. kalau ini jam istirahat mungkin bakal dicie-ciein semua anak yang ngeliat sambil ada lagu yang biasanya dipake buat backsound nikahan,
Jeng........ Jeng........ Jeng........ Jengggg........~
Jeng........ Jeng........ Jeng........ Jengggg........~
Yang sampe sekarang gue ngga tau liriknya apa.
Setelah kita duduk dibangku kantin gue baru nanya, "Lu ngapain diluar?"
"Biasalah bu Timur." Dan Arip pun mesen minuman di mbak Eka, penjaga koperasi.
Di sekolah gue, koperasi ngga Cuma jual perlengkapan sekolah jadi jangan heran kalau Arip mesen minumannya disitu. Dia juga Cuma mesen air mineral botol. Arip emang jarang minum minuman bewarna.
Gue ngga ngerti lagi deh sama dua mahluk Tuhan ini. Kalau ketemu pasti ribut. Arip-bu Timur lebih cocok buat dikira pacaran daripada gue-Arip. Gue Cuma respon kedip-kedip mata ngga jelas. Tentunya dengan irama normal, kalau cepet-cepet ntar dkira gue lagi godain ini anak. Hih!
Btw, hidup gue kok ngga jauh-jauh dari irama, not dan bu Nur sih. perasaan gue anak IPA deh bukan seni. Ngebayangin gue jadi anak seni lucu juga. dengan rambut panjang mode gondrong gitu (Gilak! Gue bakal jaddi cantik beneran kali), kumis yang tipis ngga beda kayak punya Arip sekarang Cuma tebelan dikit lagi, kacamata frame hitam....
"Lu ngapain diluar? Bawa-bawa buku. Udah lupa letak kelas sendiri?" tanya Arip sarkas. Tampak bulir air mineral masih menempel diatas bibirnya. Kok gue kesannya mesum ya.
"Bu Nur, Rip. Ngga ngerti gue sama beliau." Gue murung.
"Maksud?" Arip menaikkan sebelah alis.
"Kan gue disuruh beliau jawab soal. Nah, gue jawab tuh 'Mi'. Sampe tiga kali ngulang tiba-tiba gue disuruh keluar."
Arip mikir. Ah dia mah kalau mikir selalu hal yang ngga berkaitan sama pelajaran.
"Mir, lu nyadar ngga sih?" dia menyipitkan mata. Menyaingi mata gue yang kebantu karena kacamata padahal aslinya Cuma segaris.
"Apaan?"
"Bu Nur kan suka ngomong pake bahasa Inggris, terus lu jawab 'Mi'. Nah, mungkin itu dia ngira'Me' alias 'Saya' bukan 'Mi' nama not angka tiga." Arip menenggak air mineralnya lagi.
Gue ikutan mikir. Mengingat kejadian tadi sekaligus menyambungkan dengan argumen Arip.
Flashback On
"Mira, are you there?" what is the answer for number two?"
"Me, maam." Iya, jawabannya 'Mi' nama dari not angka tiga.
"Yes, you. The answer, please?"
"Me, maam." Bu Nur ngiranya gue mastiin kalau itu pertanyaan emang buat gue.
Flashback Off
Yah, bu Nur! Dia ngira gue ngomong 'Me' padahal kan 'Mi'.
"Wah, iya ya, Rip! Yaudah gue balik dulu ke kelas!" gue harus meluruskan masalah ini.
Arip menaikkan alis. "Balik?"
"Maksud gue kembali ke kelas." Gue mengulang. Arip tipikal orang yang 'Gunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar'. Kalau Cuma bilang balik, menurut dia ya Cuma balik badan. Udah.
Tok.... Tok... Tok...
Ketuk pintu biar sopan.
Buka pelan-pelan biar dramatis nan mistis.
Tongolin kepala.....
JRENGGG.......
"ASTAGHFIR, MIRAAA!"
"WAAA, HANTU NOBITA!" yeee mentang-mentang gue kacamataan terus rambut cepak. Eh tunggu, di episode berapa Nobita wafat?
"WAAAA, ada apa nih guys?" ih apaan sih kagetnya latah nih si Arum.
"Has it done, Mira?" tanya bu Nur menengahi keterkejutan.
"Ini bu," gue ngga jawab doi tapi langsung ngejelasin hal tadi. Agar ngga ada lagi kesalah pahaman diantara kita.
"Oh, okay. I'm sorry, Mira. Ibu minta maaf, But are you...."
Arip POV
Dari jauh gue ngeliat sosok Mira yang menuju ke kantin. cap Manusia Tanpa Gairah Hidupnya ngga ketinggalan.
"Kok kesini lagi?" gue heran deh, bermasalah mulu dia sama bu Nur. Masalahnya juga konyol gitu.
"Bu Nur udah minta maap, Rip."
Gue Cuma naikkin alis.
"Tapi gue belum ngerjain tugas baru yang beliau suruh." Mira mulai hopeless.
"Kenapa lu ngga ngerjain di kelas aja?" kata gue ringan. Wajah hopeless Mira berubah. kepalanya mendadak ngadep ke gue dengan tempo cepat.
"YA ALLAH ARIP, GUE NGGA KEPIKIRAN!" kemudian jatuh terduduk meraung-raung.
Ya Tuhan, bego banget yak temen gue! pengen ngakak gue! HAHAHA MIRA KOPLAK!
CAST POV END
Mereka berbaikan. Kedua karib ini sudah bersendau gurau seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Arief Harzanto yang dengan sendirinya mengaku bernama panggilan Arip, enemy banyak guru especially bu Timur memang sealur dengan Mira yang bukan enemy guru tetapi sulit dipahami oleh guru, bu Nur sudah menjadi langganannya.
Pernah suatu ketika,
Flashback On
Mira yang jarang berkeliaran di sekolah, istirahat hari itu menelusuri lantai dua. Tempat dimana ruang, guru, wakil kepsek, OSIS, BK, perpustakaan dan segala lab berada. Ketika akan turun tangga ia harus berbelok dulu, dan dibelokkan itulah ia bertemu sejolinya Arip. Bu Timur.
"Mira, kamu tuh susah banget ya dicari. Ibu udah berapa kali nyuruh orang manggil kamu buat ketemu ibu, ngga pernah ketemu!" tegasnya sudah mendarah daging tapi tidak setegas untuk Arip.
"Ibu nyari saya? Ada apa bu?" menurutnya ia tidak punya hutang apapun. Hafalan pasal pun ia selalu hadir.
"Ibu mau minta copyan PPT kelompok kamu,"
Kenapa ngga minta ke anak lain yang sekelompok sama gue aja, cobak. Pikir Mira.
"Taunya kamu malah lagi pacaran."
"Hah? Pacaran, bu?" Mira bingung. Bahkan dia ngga punya pacar.
"Iya, sama Arief Harzanto."
Mira pun melotot sempurna.
Flashback Off
See? para guru juga mengira mereka berpacaran!
At least, ngga pernah ada yang tau Arip dan Mira itu beneran pacaran, friendzone atau naksir siapa. Keduanya sama-sama tertutup mengenai urusan hati. Bareng-bareng terus padahal monoton. Mereka punya dunianya sendiri, orang ngga bakal pernah ngerti kehidupan orang lain. Orang berhak menilai mereka pasangan kekasih atau apapun. Nyatanya yang tau kunci asli hanya mereka.
TAMAT.
"Ya Tuhan Jesus, Lu bikin cerita kesannya gue sama Mira pacaran atau friendzone?! Gilak!" protes kak Arip.
"Di kenyataan juga banyak yang ngira gitu kak! Ngga Cuma dicerita gue!" gue bacotin balik senior yang kata temen sebangku gue manis.
The True Story On
"Menyatu? Ya Tuhan gue bukan lelaki yang begitu! Sebejat-bejatnya gue, gue ngga pernah menyatukan tubuh dengan wanita manapun, meski itu sahabat gue sendiri, Mira!" yang bernama Mira hanya menunjukkan ekspresi bodoh khasnya.
Arip ngomongin cewek kok bawa-bawa gue?
The True Story Off
"Dek, gue disini kesannya gaming mulu deh." Arip udah setengah halaman membaca cerita yang gue buat. Cepet juga.
"Emang." Singkat, ngga peduli. Tugas gue lebih penting.
The True Story On
"Gue lagi naksir orang, Rip." Pernyataan yang mengejutkan Arip. Cukup mengejutkan Arip.
"Sama siapa?"
Yang jelas bukan lu! "Dia itu..."
The True Story Off
"Emang Mira bisa naksr orang?" dia naikkin alis sebelah. Sesuai banget sama yang ada dicerita.
"ANJIR! Depan H belakang I jadi Hentai. Siapa juga cowok yang ngga suka Hentai." Sekarang ketawa-tawa. Pengeng kuping cogan.
"Ini juga, sken macam apa alay banget!" dia nunjuk adegan Mira ngejar dia buat minta maaf disuasana hujan.
"Sken mah memindai kak, yang bener shin!"
The True Story On
"Yaudah lu kirim gih buat Sahrul, Raka, Mahatir, Noval atau siapa gitu. biar lu cepet laku, ngga kelamaan jones." Sesungguhnya Mira kaget namun berfokus pada dadu.
Ogah gue ngirim buat mereka. gue ngga sejones itu! Mau ditaruh mana harga diri gue.
"Lu senyum-senyum, bener kan lu yang ngirim dadu buat gue?"
Arip balik lagi.
Arip mulai ngga sehat. Kayaknya efek kelamaan jones gini nih, jelas gue senyum karena adda dadu dari gue, buat cewek yang gue taksir.
The True Story Off
"Mira seriusan ngirim dadu?!" Arip kaget.
"Ngga." Gue menggeleng. Kalau kak Arip, dia emang beneran dapet dadu. Kaget gue pas tau dia dapet dadu, entah mahluk asing mana yang bikin dadu buat dia.
The True Story On
Mira POV
Rasanya gue mau resign jadi...
Cowok kalau aja bu Nur ngga motong ucapan gue.
The True Story Off
"Anjirlah, siapa juga yang ngira dia cewek."
"Orang yang baca cerita ini lah, kak!" sinis gue.
The True Story On
Mira POV
"WAAA, HANTU NOBITA!" yeee mentang-mentang gue kacamataan terus rambut cepak. Iyalah, kalau panjang ntar gue kayak Rapunzel, masa Rapunzel cowok. Waria kali ah. Eh tunggu, di episode berapa Nobita wafat?
The True Story Off
"Mirajus jadi Rapunzel? Keinjek-injek kali itu rambut, buat ngelap jalan. Kusut, gimbal ngga keurus" kak Mira emang ngga pernah nyisir rambut. Rambutnya berantakan kayak anak bad boy gitu.
Bad boy kok letoy.
"HAH? GUE JADI RAPUNZEL?" yang bernama Mira datang.
"APASIH! KOK RAPUNZEL?" sedikit telmi Mira membaca cerita.
"MASYAALLAH, GUE NORMAL DEK!" Mira shock, tapi lanjut baca.
"Mangkannya kalau nyingkat nama orang jangan gitu kan jadi kayak nama cewek!" Kak Arip mencoba memperbaiki nama baik Mira sekaligus membersihkan namanya dari tuduhan yang ada dicerita. Heleh.
"Nama dia kan emang gitu. dia dipanggi gitu kok, panggilan legenda!"
"ARIP! GUE SYOK ANJIR!. Kita pacaran! Ya Allah mending gue jones!"
"Ini juga! nyingkat nama gue RIP mulu! Lu ngarep gue mati?!" ini kenapa kak Arip yang paling galak sih? kan yang diubah status gendernya kak Mira.
"Tapi, Rip. Emang lu mau jadi pacar gue?" Mira tersenyum horror. Ala orang pedofil. Arip bergedik ngeri, melempar jaketnya ke arah Mira.
Gue Cuma nyengir liat kekagetan serta protes dari mereka. Yep, Mira bukan Mira perempuan selayaknya nama Mira. Muhammad Mirajus Sobian Alhadi panjang kayak kereta, kasian juga kalau lagi ngisi LJK. Tapi murni, panggilan dia emang Mira.
Ngga jauh dari cerita, kak Arip dan kak Mira sangat karib, kayak yaoi. Serius deh mereka normal. Kedua senior gue ini emang aneh! Jelas banget, JC isinya manusia purba dan mereka bagian dari itu.
Termasuk gue -_-
Mereka berdua terus protes. I don't care ah, yang penting tugas gue selesai! Bye!
Wassalam.
BENERAN TAMAT.
"SUKMAAAA!!"
Arip mengejar gue yang udah pasti tujuannya mau balas dendam dengan cara nyubit idung gue. katanya terapi mancung gratis. Ngga ketinggalan Mira yang juga ikut-ikutan. Buang tenaga.
"ENAK AJA LO MAIN TAMAT-TAMATIN CERITA!"
Sulit, lari gue kalah cepet sama mereka. sedih juga gue kebalap sama mahluk ngga punya gairah hidup kayak Mira. Jadilah, idung gue dicubit Arip Biadab. Arip emang udah kayak setan kalau nyubit idung, bukan Cuma gue korban dia. tapi kenapa gue junior yang paling sering kena cubitan idung dari Arip?!!! Kesannya tuh kayak dia dendam banget sama idung gue! kayak pas pembagian idung dulu, gue ngambil jatah idung dia tau nggak!
Gue pulang dengan idung merah kayak badut (mulai keunguan. Kalau ngga dikasih tau sama Kak Panji, gue ngga bakal tau idung gue warna ungu). Aku butuh hidung baru. Yang lebih mancung.
Sial.
ASLI TAMAT.
Kok ending nya gue yang ternistakan, sih?!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro