Chapter 3
Bulan bersinar terang di aras langit yang gelap, kemerlip bintang terlihat begitu jelas dari jendela kamar bagaikan taburan Glitter.
Membaca buku atau menonton sebuah film mungkin akan terdengar bagus untuk mengisi malam yang cerah namun tidak dengannya.
Pemuda berparas imut ini tengah duduk di atas kasur, menyandarkan tubuhnya ke kepala kasur. Membiarkan tubuh terkena angin malam yang tidak baik untuk kesehatan.
Pikirannya melayang entah kemana. Kepala berputar pada peristiwa pagi tadi, ia masih dapat mengingatnya dengan jelas.
Sebuah suara memanggilnya, menyuruh dirinya untuk bangun tapi..bangun dari apa? Ia baik-baik saja. Tidak pingsan, tertidur ataupun koma.
Dan..
Suara itu mirip dengan suara seseorang yang ia kenal. Seperti suara--
"Yamato-san.."
Nama sang leader terucap begitu saja setelah ia berpikir cukup lama. Kalau dipikir-pikir memang suara yang memanggilnya itu mirip dan hampir sama dengan suara sang leader.
Tapi ada yang berbeda. Suara yang ia dengar tadi pagi seperti suara seseorang yang habis menangis.
Drrt~
Getaran ponsel yang berada tepat di sebelah tangan, mengejutkan dirinya. Lantas ia mengambil ponsel ber-cassing merah itu dan melihat siapa yang menghubunginya malam-malam seperti ini.
Nama 'Tenn-nii' tertera di layar kaca, seulas senyum tipis terbentuk di wajahnya. Tak perlu menunggu ia langsung mengangkat panggilan itu dan sekarang ia terhubung dengan kakaknya.
"Konbanwaa Riku. Kau sudah tidur?"
Suara lembut yang selalu ia rindukan menyapa dirinya dari seberang.
"Konbanwa juga Tenn-nii. Belum, aku masih terjaga"
"Kenapa? Kau kambuh ya?"
"Tidak~ aku hanya tidak bisa tidur. Mungkin karena belum ngantuk sama sekali"
"Ya sudah. Cepat tidur sana"
"Tidak mau~ aku masih ingin berbicara dengan Tenn-nii"
Ia dapat mendengar Tenn yang terkikik geli di seberang sana.
"Kau ingin membicarakan apa? Aku akan mendengarkannya sampai kau mengantuk"
"Tenn-nii terbaik~ jadi tadi pagi kan kita ada pekerjaan bersama. Tenn-nii ingat kan di saat kita keluar ruangan ganti Tenn-nii bilang 'mohon kerjasamanya' itu"
"Ya. Memangnya kenapa dengan hal itu?"
"Bukan. Bukan kalimat atau Tenn-nii nya yang aku permasalahkan tapi peristiwa setelah Tenn-nii mengatakan itu"
"Peristiwa apa?"
"Aku mendengar seseorang memanggil nama ku tapi saat aku menoleh ke belakang tidak ada orang disana. Aku masih penasaran siapa yang memanggil ku"
"Mungkin saja salah satu roh jahat yang ada disana. Kau kan bisa melihat dan mendengar suara mereka"
Riku mulai berpikir lagi, memang yang di katakan Tenn itu masuk akal tapi yang mengganjal adalah suara orang itu mirip dengan Yamato dan Yamato masih hidup dalam keadaan sehat sampai sekarang bahkan dia bertemu dengannya tadi saat makan malam.
"Riku. Kau masih di sana?"
Ah! Sepertinya ia terlalu banyak melamun dan memikirkan hal yang tidak-tidak hari ini.
"Iya. Aku ada disini"
"Ada lagi yang ingin kau katakan?"
"Tidak ada~ oh ya Tenn-nii sekarang sedang apa?"
"Melihat jadwal untuk besok"
"Oh~"
Hening melanda. Riku yang biasanya selalu menceritakan banyak hal kini diam membisu, ia tak tahu harus membicarakan apa lagi.
Tenn juga terdiam di seberang sana, ia menunggu sang adik kembali bercerita tentang segala hal yang terjadi.
"Anoo.... Tenn-nii"
"Riku.."
Keduanya kembali terdiam kala sama-sama memanggil satu sama lain.
"Pfft--"
"Fufu~ kau tidak seperti biasa. Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak-tidak~ oh ya Tenn-nii"
"Apa?"
"Lusa hari ulang tahun kita"
Beberapa detik kemudian setelah Riku mengatakan itu tidak ada balasan apapun dari seberang. Riku mengernyitkan dahi, bertanya apa kakaknya masih ada di sana atau tidak.
"Um.. Tenn-nii.. kau masih di sana?"
Tidak ada jawaban apapun dari sana.
"Tenn-nii.."
"Ah! Iya. Ada apa Riku?"
"Tenn-nii pergi kemana tadi? Aku panggil kok tidak di jawab"
"Aku baru saja dari dapur untuk mengambil air"
"Oh~ Tenn-nii boleh aku minta sesuatu?"
"Apa itu? Minta saja pasti akan ku kabulkan"
"Aku ingin bersama Tenn-nii.. jadi Tenn-nii jangan tinggalkan aku lagi ya?"
Riku meminta hal itu dari hati yang paling dalam. Ia tidak mau kembali berpisah dengan kakaknya, satu-satunya Keluarga yang Riku punya karena kedua orang tua mereka sudah tidak ada.
"Baiklah. Aku berjanji tidak akan pergi dari mu lagi dan kita akan selalu bersama-sama"
"Hehe~ aku sayang Tenn-nii. Ah! Sudah malam, Oyasumi Tenn-nii"
"Aku juga sayang Riku dan Oyasumi"
Panggilan itu berakhir, Riku menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Menarik selimut dan bersiap untuk tidur.
"Rikkun..."
"Huh?"
Seseorang memanggil namanya dan ia merasa itu suara Tamaki. Ia turun dari kasur dan berjalan ke arah pintu.
"Ada apa Tamaki? Kau butuh sesu--"
Riku terdiam dan sedikit terkejut. Saat ia membuka pintu tidak ada siapapun di depan pintu kamar, lorong dorm gelap dengan suasana sedikit mencekam.
Ia menoleh ke kanan atau kiri untuk melihat mungkin ada seseorang yang menjahili dirinya namun tidak ada siapapun.
Sepi dan sunyi.
Jam kamar sudah menunjukkan pukul 10 malam, para member pasti sudah tertidur saat ini mengingat besok mereka memiliki jadwal pagi yang cukup padat. Kalau pun ada yang bangun mungkin itu adalah Sougo yang tengah mengatur jadwal Mezzo atau Yamato yang asik minum bir di malam hari.
Ia masuk ke kamar dan mengunci pintu, berjalan ke arah kasur.
"Aneh. Jelas-jelas aku mendengar suara Tamaki tadi tapi kenapa tidak ada orang di luar"
Ia berdiri tepat di sebelah kasur.
"Kalau bukan Tamaki, lalu siapa yang memanggil ku dengan sebutan 'Rikkun'?"
---------------------------------------
Pendek ya:(
Ini kenapa aku rajin up nya pas sahur gini:)
Riku: kok jadi kesannya rada horor gitu.
Aku juga mikirnya gitu padahal pengen buat yang UwU buat kalian tapi otakku hanya mentok sampe situ.
Tenn: udah diem.
Oke.
Silahkan vote dan komen. Kritik atau saran juga boleh kok (^∇^)
All: sampai jumpa 👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro