Chapter 2
Drap!
Drap!
Drap!
Langkah kaki seseorang berlari terdengar jelas di sepanjang lorong, hampir beberapa kali ia menabrak seseorang. Hari ini ia merasa senang--tidak. Setiap hari dirinya selalu merasa senang.
Siapa yang tidak senang jika selalu bersama dengan kakaknya? Dengan seseorang yang ia cintai dan kagumi. Semua pasti akan merasa senang.
Brak!
"Tenn-nii!!"
Pintu di dobrak dari luar, si pelaku malah tertawa seraya memanggil nama kakaknya dengan lantang.
"Riku! Hati-hati. Ini tempat umum!"
"Tenn-nii Ohayou!!~"
Bukannya merasa bersalah, ia malah tersenyum seraya menggaruk tengkuknya. Ia masuk ke ruang ganti.
Hari ini mereka berdua di undang ke acara Talk show yang sama dengan keduanya sebagai bintang tamu, tak hanya keduanya saja. Ada beberapa idol lagi yang juga di undang ke acara tersebut, mereka adalah--
"Uwoooo~ Kouhai ku imut sekali!"
"Momo-san! Ohayou Gozaimasu~"
"Ohayou Riku,Tenn"
"Ternyata sudah ada Kujou Tenn, Nanase-san dan Momo-san disini"
"Haruka!"
"Isumi Haruka.."
"Apa?"
Raut tidak suka di tunjukkan secara terang-terangan oleh si pemuda bersurai mint dengan manik kuning serupa warna emas.
Isumi Haruka menjawab panggilan Tenn dengan ketus, dia tidak membenci Tenn hanya tidak suka dengannya.
"Sudah-sudah~ kalian setiap bertemu selalu saja bertengkar"
"Dia itu menyebalkan tahu Momo-san!"
"Hei! Apa yang kau katakan Isumi Haruka?!"
"Tenn-nii tenanglah. Haruka juga. Ayo kita duduk disini"
Riku menarik kakaknya menjauh dari Haruka, begitu pula dengan Momo. Akhirnya ke empat idol tersebut duduk di sofa dengan Riku dan Momo berada di antara keduanya.
Canggung melanda. Riku maupun Momo tidak ada yang berbicara, Riku sendiri tidak tahu lagi harus membahas apa. Haruka asik bermain dengan ponselnya, Tenn sendiri membaca sebuah buku.
Karena tidak ada yang ingin di bahas, Riku pun menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak. Ia juga ikut membaca buku tersebut walau tidak tahu judul dan jalan ceritanya.
Momo akhirnya pun sama dengan Haruka, bermain ponsel. Ia merasa sudah tidak ada yang ingin di bahas oleh mereka berempat.
"Tenn-nii baca apa sih? Sejak tadi aku tidak mengerti dengan apa yang Tenn-nii baca"
"Novel"
"Novel apa?"
Tenn sedikit melirik Riku dari ujung matanya, ia dapat melihat sang adik tengah menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Tentang saudara kembar yang selalu bersama-sama"
"Eh? Seperti kita?"
Momo dan Haruka yang tidak sengaja mendengar kalimat itu pun menoleh ke arah si kembar.
"Tentu saja. Kita kan tidak terpisah--"
"Halah. Tidak terpisahkan tapi pernah meninggalkan Nanase-san pas masih kecil"
Haruka mengucapkan kalimat yang dapat membuat Tenn marah. Momo langsung mengambil alih agar tidak terjadi perdebatan lain.
"Haruka~ jangan memancing keributan disini"
"Apa maksud mu bocah?!"
"Te-Tenn-nii... Sudah.. Haruka kan hanya mengeluarkan pendapatnya lagipula itu benar adanya"
"Kau membelanya?"
"Bu-bukan gitu.. itu... Em.. maksud ku apa yang di bilang Haruka itu tidak salah dan juga itu sudah menjadi masa lalu jadi lupakan saja. Iya kan Momo-san?"
Momo tersentak lalu mengangguk cepat. Ia tak percaya Riku membawa namanya ke dalam perdebatan tidak jadi itu.
Tenn diam. Dia mengalihkan pandangan dari Riku, kembali membaca buku.
"Tenn-nii..."
Tenn mengabaikan panggilan adiknya ia masih fokus kepada buku novel tersebut.
"Tenn-nii"
Riku kembali memanggil namanya, Riku tahu kakaknya sedang marah karena ia membela Haruka tapi yang di katakan Haruka itu benar bukan?
"Tenn-san"
Kali ini ia memanggilnya dengan panggilan yang sedikit berbeda.
Tapi tetap saja Tenn tifak bereaksi apapun. Riku menyerah. Dia bangkit lalu duduk tepat di sebelah Haruka, melihat si pemuda bersurai mint itu yang tengah asik memainkan ponsel.
"Haruka main apa?"
"Main--Huwaa! Nanase-san! Kapan kau pindah?!"
"Lima detik yang lalu"
Haruka bersweatdrop lalu kembali melanjutkan game nya.
"Kau main game apa?"
"Ensamble Stars--ah! Miss satu!"
Haruka berteriak tertahan kala dia tidak berhasil menciptakan full combo dalam permainannya.
"Boleh aku coba?"
Haruka menatap Riku, ia mengangguk dan langsung memberikan ponselnya kepada Riku. Riku menerimanya namun ia sedikit tidak mengerti dengan game tersebut.
"Ini game ritme, jika Nanase-san ingin main maka tekan ini. Disini ada banyak sekali pilihan lagu dengan level kecepatan dari Easy hingga Expert. Nanase-san ingin main kan? Pilihlah salah satu dari sekian banyaknya lagu ini lalu pilih level kecepatan yang Nanase-san inginkan"
Riku mengikuti instruksi Haruka, dia sedang memilih lagu yang ingin ia mainkan.
Tenn yang sedikit mendengar pembicaraan Haruka dan Riku yang terlihat akrab pun sedikit kesal. Momo sudah merasakan aura tidak mengenakkan dari salah satu kouhainya itu pun sedikit menjauh.
"Aku pilih yang ini ya?"
Riku menunjukkan pada Haruka sebuah lagu yang sudah ia pilih. Haruka mengangguk dan mengatakan terserah dirinya. Ia langsung menekan level normal dan kemudian loading.
Tak lama muncul tulisan 'Grateful Alligience' yang merupakan judul lagu yang Riku pilih.
Permainan pun dimulai, Riku awalnya tidak bisa memainkannya karena banyak sekali bola-bola yang bermunculan dan ia tidak siap untuk menekan semuanya.
"I-itu Nanase-san. Ah! Miss lagi"
"Ce-cepat sekali.. padahal ini level normal.."
Jari-jari Riku bergerak cepat menekan bola-bola tersebut, Haruka yang berada di sampingnya melihat Riku dengan wajah tegang.
Tenn pun kesal mendengar keakraban adiknya dengan center Zool tersebut. Ia bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Riku lalu merebut ponsel Haruka.
"Eh?! Tenn-nii! Aku masih main!"
"Oi! Kembalikan ponsel ku!"
Tenn menatap Riku marah walau terlihat sekilas ada tatapan cemburu akibat kedekatannya. Riku yang paham itu kembali merebut ponsel Haruka.
"Siapa suruh tidak menjawab panggilan ku? Itu salah Tenn-nii sendiri"
Sekarang Riku yang marah. Tenn menghela nafas, mengapa keadaannya jadi berbalik seperti ini? Bukankah seharusnya yang marah itu dirinya? Kenapa Riku juga ikutan marah.
"Ini ponsel mu Haruka. Maaf aku jadi Miss banyak sekali.."
"Ah! Tak apa. Ini hanya permainan lagipula..."
Haruka menatap Tenn. Si surai merah muda menatapnya kembali dengan tatapan sinis.
"... Sepertinya Kujou Tenn ingin berbicara dengan mu"
"Biarkan saja. Aku tidak mau berbicara dengannya. Anggap saja tidak ada disini"
Jleb
Momo yang sedari tadi diam pun merekam aksi si kembar tak lupa mengirim video itu ke partnernya dan para juniornya.
"Ri-Riku..."
"Apa?"
Riku menjawabnya dengan nada ketus, Haruka sudah cekikikan di sebelah Riku. Ia tak tahan melihat wajah Tenn yang menurutnya lucu.
"A-aku minta maaf.."
"Pfft--"
Haruka berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya. Ia tidak tahan melihat seorang Kujou Tenn yang terkenal cuek dan dingin namun tunduk pada adiknya sendiri. Asal ia bisa merekam ini lalu menyebarkannya ke media sosial.
"Belikan dulu donat dan buku novel. Baru akan ku maafkan"
"Ba-baik"
"BWAHAHAHAHA!! SE-SEORANG KUJOU TENN YANG TERKENAL DINGIN DAN CUEK TERNYATA BISA JUGA BERTINGKAH SEPERTI INI!! PFFT-- KAU SEPERTI SEORANG ANAK KECIL YANG TAKUT DI MARAHI IBUNYA!!"
"Diam lah!"
Haruka tertawa terpingkal-pingkal, bulir air menetes dari matanya. Tenn sendiri hanya menatapnya dengan tatapan sinis lalu mengalihkan pandangan ke Riku.
Tenn berpikir hal lain apa yanh bisa membuat adiknya kembali seperti semula.
Kemudian di otaknya terlintas sebuah ide yang mungkin akan berhasil.
Ia merentangkan kedua tangan, Tersenyum manis ke arah Riku. Pemuda bermarga Nanase itu melirik kakaknya.
"Apa kau masih marah padaku?"
Tenn bertanya dengan lembut, tampang marah dan kesal itu tergantikan menjadi senyum tulus yang menawan.
Riku mendengus kesal dan tetap mempertahankan posisinya, yaitu membuang muka.
"Kau marah ya? Kepada kakakmu ini?"
Efek binar-binar yang terlihat di sekitar Tenn membuat Haruka terpana seketika. Tampang Tenn saat ini mirip sekali dengan malaikat, tak heran jika orang-orang menjulukinya sebagai 'malaikat modern'
"Riku~"
Riku masih tetap pada posisinya.
"Nanase Riku"
Masih diam dan tidak menjawab panggilan itu sama sekali.
"Adikku yang manis~"
Riku menyerah. Dia tidak bisa melawan kakaknya jika sudah masuk dalam mode 'malaikat', efek binar-binar dan rayuan itu tidak bisa ia tolak. Lantas ia langsung memeluk Tenn dan membenamkan wajahnya di dada sang kakak.
Melihat keimutan si kembar pun membuat Momo berteriak tertahan sementara Haruka hanya diam di tempat.
"Astaga~ kalian imut sekali!!~"
"Hehe~ tapi Tenn-nii harus janji akan membelikan ku donat dan buku"
Tenn mengelus rambut adiknya dengan lembut.
Tok
Tok
Tok
Riku refleks melepaskan pelukannya kala ada seseorang yang mengetuk pintu ruang ganti mereka, pintu terbuka dan menampilkan salah seorang staf.
"Kalian disini ya. Tolong untuk segera bersiap, 15 menit lagi kita akan on air"
Ke empatnya mengangguk. Pintu kembali tertutup, mereka segera mengambil kostum masing-masing dari tas yang mereka bawa. Mengganti pakaian dan tak lupa memperbaiki penampilan mereka, seperti tataan rambut dan sebagainya.
"Sudah kan? Ayo kita keluar"
Momo pun langsung membuka pintu lalu keluar, diikuti oleh Haruka dan di belakang ada Tenn dan Riku.
"Mohon bantuannya Riku"
"Um! Aku juga. Mohon kerjasama nya ya Tenn-nii"
Mereka berjalan beriringan seraya tersenyum.
"Riku.... Bangun.."
Pendengarannya menangkap suatu suara yang memanggil namanya, Riku langsung berbalik dan melihat ke belakang.
Tidak ada orang disana, hanya sebuah lorong sepi.
'siapa yang memanggil ku?...'
----------------------------------------
Yahoo~ Anggun desu~ hehe, kembali lagi di book yang sepertinya gaje ini.
Tenn: Riku UwU banget disitu.
Iori: mulai deh broconnya.
Sudah-sudah. Jadi aku sebenarnya pengen cerita yang ini bakal tamat cuman dalam beberapa chap aja dan kemungkinan besar ga nyampe 10 chap.
Gaku: lah. Kenapa?
Idenya ga nyampe kalo 10 chap lebih nanti jadinya aneh, soalnya ini tuh cerita Oneshoot yang ku pecah jadi beberapa chap dan hasilnya ga nyampe 10 chap.
Inget. Hanya kemungkinan, bisa aja aku tambah lagi chap nya:>
Riku: Jaa, Minna! Silahkan vote dan koment! Mau kritik atau saran juga boleh.
Haruka: kalau begitu. Sampai jumpa 👋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro