[6] Sudut Biru Bora
"Nan dorawasseo!" Bora membuka pintu rumahnya sambil berseru ala-ala drama Korea yang pernah dia tonton. Artinya sih kayak yang sering dibilang Nobita, aku pulang. Dulu sebelum kegandrungan drama Korea, Bora udah sering pakai kalimat itu, maklum aja sejak kecil kartun favoritnya emang si kucing biru itu.
"Tumben lo baru balik!" Abangnya yang lagi main ponsel langsung datang dan ngegeret Bora masuk.
Begitu sampai di ruang tamu, Ayahnya yang lagi baca koran langsung berhenti dan nepuk-nepuk sofa, nyuruh Bora duduk di sebelahnya. "Gimana sekolah hari ini, Nak?"
"Eh ... anak kesayangan Mama udah pulang. Pas banget Mama baru selesai masak makanan kesukaan kamu, nih. Ayo sini makan, Sayang." Belum juga duduk, Mamanya udah nyahut lagi, bikin Bora bingung harus nurutin siapa dulu.
Senyuman Bora sejak masuk rumah hilang perlahan, bersamaan dengan bayangan orangtua dan abangnya yang juga entah ke mana sekarang. Habis bayangan itu pergi, Bora baru sadar kalau daritadi dia nggak beranjak sedikit pun dari pintu. Semua itu cuma khayalannya, yang persis kayak adegan drama Korea yang selalu bikin dia nangis tanpa sadar.
Sekarang dia harus balik ke kenyataan kalau hidupnya sepi. Ada abangnya tapi cowok itu cuma tetap fokus sama ponselnya. Nggak pernah sekali pun dia segitu perhatian sama adiknya. Ayahnya juga ada, tapi beliau nggak akan pernah nanya kayak yang ada di khayalan Bora tadi. Bahkan menjawab kalau ditanya aja syukur. Dari dulu Bora selalu mikir, orangtuanya bisa sampai nikah tuh gimana caranya, padahal saling diam gitu. Ngelamarnya pakai telepati kali, ya?
Sejak dulu Bora selalu mendambakan keluarga hangat kayak yang dia lihat di beberapa drama. Emang sih nggak semua drama punya kehidupan keluarga yang kayak gitu, tapi sekalinya ada, pasti berhasil bikin Bora iri setengah mati. Karena kenyataannya, keluarganya hening, sepi, kosong, persis keadaan yang selalu dia benci. Kalau dengar orang cerita tentang keluarga yang menyenangkan, Bora selalu diam-diam menyelipkan doa, semoga suatu saat dia juga punya kesempatan buat ngerasain kebahagiaan kayak gitu.
Panutan keluarga bahagia versi Bora itu keluarganya Anka. Keluarga sahabatnya itu ramai, orangtua plus empat bersaudara. Dan semuanya bawel. Semuanya suka cerita. Kalau mereka semua udah kumpul, biasanya suka rebutan ngomong, saking banyaknya cerita dan pendapat yang pengin mereka keluarkan. Makanya kalau udah di rumah Anka, biasanya Bora betah sampai malam, kadang bahkan lupa pulang.
Di keluarga itu pula Bora bisa manggil orangtua teman mereka dengan sebutan Ayah dan Ibu. Seakrab itu sampai berasa orangtua sendiri. Makanya Bora sayang banget dan nggak akan pernah mau kehilangan Anka. Sahabatnya itu udah ngasih keluarga yang nggak pernah bisa dia dapatin di rumah.
Terkadang kamu butuh sebuah ilusi agar bisa bahagia.
Reply 1988
Bora masuk ke kamarnya dan langsung ngeliat pigura berisi tulisan kayak gitu. Kalimat itu dia dapat dari drama Reply 1988, dan sampai sekarang pigura itu masih setia bertengger di meja kecil samping kasurnya. Kapan pun dia merasa sedih dan nggak punya alasan buat bahagia, tulisan itu akan nyembuhin dengan ngebantu dia menciptakan ilusi-ilusi sendiri.
"Makasih ya, Oppa, udah bikin aku bahagia," ujar Bora pada poster-poster yang menempel di dinding. Foto para Oppa itulah yang bikin imajinasi Bora makin menjadi-jadi. Nggak heran kalau waktu itu dia ngaku duduk di sebelah Song Joong Ki. Dia bahkan punya foto pernikahan bareng Park Hyung Sik, yang tentu aja editan.
Bora baru menyalakan laptop dan buka folder drama buat nonton pas tiba-tiba ponselnya bunyi. Baru dibuka aja, notifikasi itu udah bikin kening Bora berkerut. Siapa yang di zaman kayak sekarang masih sealay ini buat ngirim sms dengan kata-kata menggelikan yang bikin bulu kuduk meremang.
Tubuhmu yang mungil bagai bunga cosmos, bikin aku pengin melindungi dan memilikinya.
***
"Sumpah alay banget! Bikin geli pula! Siapa sih yang ngirim sms nggak jelas kayak gitu?" Anka nggak bisa santai begitu Bora kasih lihat sms menggelikan yang dia dapat.
Bora cuma bisa angkat bahu karena dia juga nggak ada ide sama sekali siapa yang bisa jadi tersangka kali ini. Gimana pun dia baru masuk SMA ini nggak lama dan belum kenal banyak orang, dan untuk orang yang udah dia kenal sejak dulu, kayaknya nggak ada yang bisa dicurigai.
"Eh bunga cosmos tuh kayak gimana?"
"Salah fokus banget sih, Ndin." Anka keburu gemas sama Andin yang malah menanggapi hal yang nggak ada hubungannya sama apa yang mereka bicarain. Mana nggak penting pula. Tapi yang disewotin cuma nyengir, habis itu langsung ambil ponsel dan searching. Anaknya emang nggak bisa tahan rasa penasaran. "Lo nggak mau coba telepon atau selidikin pemilik nomor itu siapa?"
"Nggak usah, Yong! Nggak penting!" Bukannya Bora, malah Anka yang jawab secepat kilat. Persis kayak kebiasaan cewek itu, dia nggak akan pernah terganggu sama hal yang nggak penting. Jadi ya, wajar aja dia langsung nyahut begitu Andin nanya kayak barusan. Dan kali ini Bora setuju. Hal kayak gini emang nggak penting buat nyita perhatian.
Tapi baru juga selesai mereka omongin, ponsel Bora kembali bergetar dan pesan dari pengirim yang sama datang lagi. Kali ini omongannya nggak berlebihan, tapi tetap bikin geli. Kayaknya orang itu konsisten dalam hal yang satu itu.
Hai, Cantik. Jangan lupa makan, ya. Nanti aku sedih kalau kamu nggak masuk karena sakit.
Nah! Sekarang makin jelas. Orang menggelikan itu ada di sekolah ini juga. Bora, Anka, dan Andin saling tatap, tapi semuanya hening karena emang nggak ada bayangan satu orang pun melintas di otak mereka. Mungkin ... Akas? Duuhh semoga nggak benar! Nggak kebayang orang seganteng itu harus dicoret dari daftar idola karena alay dan menggelikan. Terus ... Reksa? Hmm buat yang satu ini Bora bingung. Kalau benar ini Reksa, harusnya Bora senang karena makin ada alasan buat sebal sama cowok itu.
Tapi kok nyatanya hati Bora agak nggak rela ya?
_____________________________________________
Hai!
Update-an kali ini agak sedih *apa aku doang yang ngerasa? 😂 pokoknya intinya part ini kita mencoba mendalami sisi lain Bora, yang biasanya ceria, bawel, tukang halu ternyata kesepian. Ada yang sama? Sini dipukpuk 😔
Dan part ini didedikasi buat sahabat authornya, yang ngerasa ngacung yaa 😂 thank you for being that best and give me a family *ini ngapa jadi curhat *maapkeun 😂
Eh tapi kalau kalian mau ikutan curcol boleh lho. Boleh mention sahabatnya, bagi yang punya wattpad atau kalau nggak punya, cerita doang juga nggak apa-apa. Author siap mendengar *author merangkap psikolog 😝😂
Oh ya, kira-kira siapa yang ngirim sms-sms itu? Ada yang bisa nebak?
Ditunggu vote, komen dan sarannya, ya!
Sampai ketemu Senin!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro