Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[22] Menang Satu Langkah

"Yaaaa ... ulang aja terus."

"Bosen gils nonton adegan kayak gitu terus."

"Ini orang mau bangun berapa kali, sih?"

Bora gerah banget dengar semua komentar dari anak-anak geng nggak jelas yang duduk di belakangnya. Nggak bisa menikmati film! gerutu Bora dalam hati. Memang sih, ada adegan yang terus diulang di film Korea A Day yang lagi mereka tonton sekarang, tapi harusnya mereka diam aja dan tunggu kelanjutannya. Bukannya berisik kayak gitu.

Beberapa dari anggota geng itu memang sempat mengeluh pas tahu film yang akan mereka tonton itu film Korea. Padahal mereka udah excited banget minggu lalu, pas pembina ekskul umumin kalau kegiatan hari ini nonton film. Nggak heran deh sekarang mereka malah bikin rusuh. Atau memang udah jadi kebiasaan mereka aja ya ngerusuh?

Setelah adegan pemeran utama yang berulang kali bangun tidur lalu berlomba sama waktu buat cegah kematian anaknya nggak diputar ulang lagi, mereka mulai diam. Apalagi pas anaknya udah berhasil diselamatkan. Bora sendiri berpikir keras kelanjutannya apa lagi, karena kelihatannya ceritanya udah selesai, tapi waktu baru berjalan bentar sampai tiba-tiba taksi yang menabrak anak pemeran utama itu datang lagi dan menabrak mereka berdua.

Mulai dari sana, semua yang ada di ruangan itu memasang ekspresi serius, sambil sesekali keningnya berkerut. Mereka menebak-nebak apa lagi yang akan terjadi di film itu. Yang awalnya berisik, akhirnya jadi hening banget selama kurang lebih satu jam sampai sekarang. Bora yang awalnya duduk diam mulai memainkan jari-jarinya. Nggak tenang, gregetan nunggu kelanjutan. Dia bahkan beberapa kali menahan napas ketika adegan terlalu tegang.

Sampai akhirnya film itu selesai, mereka semua masih diam. Tercengang. Takjub sama cerita yang begitu keren. Semua alur disusun rapat. Yang awalnya bikin bingung jadi terjawab satu-satu. Sama sekali nggak nyangka kalau segala sesuatu yang di film itu berhubungan dan terjalin dengan sangat baik. Kalau Bora disuruh bikin cerita kayak gitu, kayaknya dia nggak bakal sanggup.

"Nah filmnya udah selesai. Sekarang gue mau minta pendapat kalian buat film ini. Coba siapa yang mau kasih komentar duluan?" tanya pembina mereka.

Selama beberapa saat, semua yang ada di kelas itu masih diam. Bora sendiri pengin banget langsung komentar. Mulutnya udah gatal, tapi dia masih harus nunggu. Kata-kata di otaknya masih mutar-mutar, belum sempurna buat diomongin. Biasa dia kalau terlalu excited sama satu hal jadi terlalu berapi-api sampai kata-kata kayaknya kekumpul semua dan nggak tahu mana yang harus dikeluarin duluan.

"Kalau menurut gue, film itu bagus, cuma agak berbelit di awal. Harusnya adegan itu nggak usah diulang berkali-kali, karena walau ujungnya bagus, tapi kalau awalnya bikin bosan, bisa ditinggalin kapan aja sama yang nonton." Akas yang pertama kedengaran suaranya. Anak-anak lain mengangguk-angguk setuju, termasuk Bora.

"Justru itu poin penting. Inti cerita di awal kan emang gimana dia cegah kematian anaknya, dan itu ngejelasin banget kalau itu nggak gampang, bikin kita ikut putar otak. Kalau itu nggak ada, plotnya berubah. Kita juga jadi nggak tahu kalau tujuan sebenarnya bukan itu." Reksa membantah pendapat Akas barusan. Anak-anak yang lain mengangguk-angguk lagi. Kalau begini mereka jadi bingung. Mereka setuju sama yang diomongin Akas tadi, tapi pendapat Reksa juga benar.

"Harusnya mereka bisa bikin adegan yang lebih menarik, biar penonton nggak bosan lihat pemeran utamanya bangun tidur, jalan di bandara, konferensi pers, telepon anaknya, lewatin jalan tol, dan lain-lain."

"Bagi gue itu menarik, dan penting. Karena tiap kegiatan yang dilakuin pemeran utama berpengaruh ke waktu, walau cuma satu detik, semua bisa aja berubah. Dan di sana diliatin banget gimana pemeran utamanya cari cara buat ngurangin waktu dia buat sampai ke depan anaknya, walau ujung-ujungnya selalu telat."

Reksa dan Akas yang awalnya saling jawab sambil duduk sekarang udah sama-sama berdiri. Mereka saling tatap, dari biasa aja sampai makin tajam. Anak-anak lain saling menengok. Semuanya bingung melihat tingkah dua cowok itu. Sebenarnya ini lagi adu argument tentang film atau apa, kenapa mereka berdua serius banget?

"Tapi ..."

"Udah ... Udah ..." Pembina ekskul mereka memotong omongan Akas. Dia nggak mungkin diam lagi, melihat kondisi dua cowok itu yang makin berasap. "Kalian nggak lagi saingan lho ini. Kalem aja, jangan pake urat."

"Gue setuju sama Akas!" Baru juga dilerai, Rama tiba-tiba nyeletuk kayak gitu, bikin suasana kerasa lagi persaingannya.

"Kalo gue sih setuju sama Reksa, pastinya." Karin menimpali sambil senyum centil. Lalu anak-anak yang lain mulai kebawa suasana dan ikut komentar. Jawaban yang didapat juga macam-macam. Ada yang di pihak Reksa, ada juga yang setuju sama Akas. Sekarang semua orang melihat Bora, yang masih duduk diam dengan muka bingung dan belum kasih komentar.

"Kalau kamu gimana, Ra?" Karena semua udah komentar tanpa bisa dicegah, sekalian aja pembinanya tanya biar bisa menyimpulkan pendapat anak-anak binaannya.

"Emm ..." Bora masih ragu. Dia benar-benar nggak bisa milih, karena setuju sama dua pendapat itu, walau sebenarnya bertolak belakang, sih. Sebenarnya dia lumayan bosan memang pas nonton adegan yang diulang-ulang terus itu, tapi habis dengar pendapat Reksa, semua jadi masuk akal. Kalau nggak ada adegan itu, semuanya jadi kurang.

"Adegan itu emang ngebosenin, sih." Dengar itu, Akas merasa di atas angin. "Tapi ... rasanya adegan itu emang perlu." Kali ini Reksa yang ketawa lebar. Tangannya dilipat di depan dada dan dagunya diangkat tinggi sambil menatap Akas tajam, seolah lagi menyombongkan kemenangannya. Padahal ini cuma masalah komentar film.

"Oke ... Oke. Di sini nggak ada yang menang dan kalah, ya. Kita nggak lagi lomba." Lagi, pembina mereka menengahi. "Pendapat kalian semua bisa diterima, kok. Kalian udah lumayan kritis buat komen sampai ke plot segala. Nah, yang mau kita pelajarin hari ini, cara buat nilai film itu ada tiga. Premis, yang ngomongin soal cerita dan pesan moral dalam filmnya. Lalu teknis. Di sini kita nilai kesulitan pembuatan filmnya. Kayak ... pengambilan gambarnya susah apa nggak, gitu-gitu lah. Kita bakal belajar lagi sih soal teknis. Terus yang terakhir itu estetika. Yang ini kita lihat keseluruhan film, natural apa nggak, terus ceritanya masuk akal apa nggak, gitu. Nah abis nilai itu semua, kita bisa deh kasih kesimpulan penuh."

Pembina mereka mengakhiri pidato panjang-lebarnya dengan senyum lebar. Apalagi pas melihat anak-anak yang duduk di depannya bengong. Kayaknya dia lupa ngerem mulut sendiri jadi ngomong segitu panjang tanpa selingan. Tapi memang nggak ada yang bisa kontrol diri kalau udah ngomongin hal yang disuka, kan?

"Oke, makasih banget kalian udah mau dengerin sampai bengong kayak gitu." Pembina mereka nyengir lagi. "Kalau gitu, sebelum kita bubar, gue mau kasih kalian tugas. Coba kalian tulis penilaian kalian buat film itu. Bagian teknis dilewatin aja, karena kita belum belajar. Yang bawa flashdisk boleh ambil filmnya dulu ya, biar bisa ditonton di rumah kalau udah keburu lupa."

Mereka semua mulai maju satu-satu, tapi Bora masih sibuk di tempat duduknya. "Sini gue ambilin sekalian, Yong." Karin datang dan menawarkan bantuan, yang disambut senyum lebar sama Bora. Nggak nyangka ternyata Karin anaknya baik juga.

Habis ambil filmnya, anak-anak itu mulai bubar satu per satu. Bora juga udah siap-siap mau pergi pas Akas mendekat. "Kamu kemarin kenapa telepon? Sorry aku udah ketiduran, capek banget kemarin."

Bora baru buka mulut mau jawab, tapi tiba-tiba Reksa datang. "Masalahnya udah selesai. Dia nggak butuh lo lagi." Lalu dia beralih ke Bora yang masih bengong. "Ayo ke rumah, mama nyariin."

Dengar nama Merry, mata Bora langsung berbinar. "Aku duluan ya, Kak."

Akas cuma bisa memandang Bora yang makin menjauh. Kali ini Reksa menang satu langkah darinya, tapi lain kali dia nggak akan kalah lagi.

_____________________________________________

Yeay Reksa menang! Siapa yang seneng? Tapi jangan kelewat seneng ya, ingat tuh si Akas nggak mau kalah lagi lain kali 😆

Di part ini aku bahas ekskul mereka dan film Korea berjudul A Day. Ada yang tau atau nonton? Kalau belum, cobain deh, biar bisa komentar kayak mereka 😂
Filmnya seru, kok. Pesan moralnya juga banyak. Recommended! 👍


Sampai lupa, bisa diliat trailernya yaa siapa tau tertarik 😅

Ditunggu vote, komen dan sarannya ya!

Sampai ketemu Senin di tahun yang baru! 😄

junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro