Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[20] Kalah Telak

Sekian lama Bora masih berdiri diam di tempatnya. Harusnya dia pamit dan pulang kayak yang Merry suruh barusan, tapi faktanya dia juga nggak yakin bisa menghadapi orangtuanya malam ini. "Aku boleh nginap di sini nggak, Tante?" tanyanya memberanikan diri.

Merry kelihatan agak kaget dengar pertanyaan Bora. "Nggak mendingan pulang aja, Sayang? Orangtua kamu pasti khawatir."

Bora menarik napas sambil mengangkat bahunya pelan. "Nggak yakin." Begitu melihat perubahan ekspresi Merry, dia cepat-cepat menambahkan, "Nggak yakin bisa kontrol emosi maksudnya, Tante."

Merry menimbang-nimbang sebentar. "Tante teleponin orangtua kamu, ya?"

"Eh nggak usah, Tante. Malah jadi repot. Nanti aku Whatsapp papa aja."

"Ya udah, kamu telepon papa kamu sekarang ya, buat minta izin."

"Emm ... Tante ... aku nggak pernah teleponan sama papa, apalagi sekarang keadaannya ..." ujar Bora sambil memelintir jari dan menggigit bibir bawahnya.

"Segala sesuatu harus tetap dicoba, Sayang. Oke kalau kamu belum siap sekarang, tapi janji, besok habis pulang dari sini, kamu harus coba komunikasi sama orangtua, terlebih papamu. Mungkin dia juga kesepian. Siapa tahu nanti kalian malah jadi pengusir kesepian masing-masing, ya, kan?"

Bora cuma bisa mengangguk-angguk sambil tersenyum. Sekarang dia tahu kenapa si nyebelin Reksa kadang-kadang keluar bijaksananya. "Siap, Tante."

"Oke, deal. Sekarang kamu tidur, ya."

Merry mengantar Bora ke kamar tamu, yang posisinya berada tepat di sebelah kamar Reksa. Ruangannya gede, rapi, dan tetap didominasi warna putih. Setelah membereskan dikit, Merry keluar. Dan barusan Bora dengar suara pintu dari sebelah, yang artinya Reksa udah masuk ke kamarnya. Diam-diam, Bora menyelinap keluar. Dia berhenti tepat di depan pintu kaca yang menghadap taman dan duduk di sana.

"Kayaknya ini spot favorit lo di rumah gue, ya?"

Bora langsung noleh dan lihat Reksa yang sekarang udah duduk di sebelahnya. "Lo kenapa di sini?"

"Nggak bisa tidur," jawab Reksa singkat. Gimana dia bisa tidur kalau ingat Bora ada di kamar sebelahnya. Apalagi nggak yakin kalau cewek itu udah baik-baik aja. "Lo juga?"

Bora mengangguk pelan. "Lebih tepatnya nggak pengin tidur." Kening Reksa berkerut. "Hari ini gue sedih, tapi abis itu bahagia. Gue nggak tahu kapan lagi bakal ngalamin kayak hari ini, jadi mending nggak secepat itu berlalu."

Cewek ini benar-benar unik, pikir Reksa. Biasanya kalau lagi ada masalah orang malah lebih suka tidur biar bisa lupa, tapi Bora malah kebalikannya. Nggak heran dia bisa suka sama cewek ini. "Kalau gitu, kita kerjain tugas aja, gimana? Jahitan kita udah tinggal dikit, kan."

"Lo nggak pernah pacaran, ya?" tembak Bora yang bikin mata Reksa jadi segaris. Melihat itu, Bora malah ketawa. "Pasti bener! Lagian lo tiap kali ngajakin gue ngerjain tugas. Nggak ada yang lebih romantis?"

Reksa bersedekap sambil menatap jengkel. "Lo yakin tadi baru abis ada masalah? Sekarang bisa-bisanya ngakak dan ngeledek orang."

"Prinsip gue, hidup jangan terus diratapin. Lagian jarang-jarang gue bisa menang dari lo." Lagi, Bora ketawa. Tapi sedetik habis itu tawanya berhenti, diganti tepukan jidat dan muka merana. Ngomongin tugas, dia jadi ingat rangkuman Biologi. "Eh, Nyebelin, gue boleh pinjam buku Biologi sama laptop nggak? Gue baru inget ada tugas ngerangkum."

"Terus tugas ngejahit kita gimana?" tanya Reksa yang cuma bisa dijawab muka cemberut Bora. "Ya udah, gue selesaiin jahitan, lo kerjain tugas rangkuman. Tapi yang bener lo ngerjainnya."

"Tumben lo baik banget?" Bora sampai kebingungan. Apa mungkin besok kiamat, si nyebelin tiba-tiba baik begini? Eh apa dia mau diisengi lagi? Biasa kan siklusnya kayak gini. Di awal kesannya baik banget, tapi ujung-ujungnya dikerjai.

"Anggap aja hiburan karena lo abis sedih."

"Berarti gue harus sering-sering sedih, ya," timpal Bora sambil mengangguk-angguk.

"Jangan coba-coba!"

"Gue anggap itu tanda perhatian, ya. Makasih, lho." Bora menatap Reksa sambil mengedip-ngedip dan tersenyum lebar.

Reksa cuma bisa mengembuskan napas kencang sambil menggeleng-geleng. Lalu dia cepat-cepat pergi, dan itu malah bikin Bora terbahak. Pas balik dan nyodorin buku Biologi beserta laptop, Bora masih juga ketawa kecil. "Segampang itu lo seneng?"

"Selama ada hiburan, kenapa nggak," jawab Bora sambil mengangkat bahu santai. "Pasti abis ini lo mikir nggak apa-apa malu, asal bisa jadi hiburan buat gue."

Reksa kehabisan kata-kata. Baru kali ini dia ketemu cewek super percaya diri dan blak-blakan kayak Bora. Dan masalahnya, apa yang ditebak cewek itu kebanyakan benar. Kalau nggak pintar atur ekspresi, dia pasti udah ketangkap basah entah berapa kali sama Bora. Yang pastinya bakal bikin dia malu nggak ketolongan.

"Udah kerjain sana itu tugas." Reksa berusaha mengalihkan, dan untungnya berhasil.

Walau di awal Bora masih suka tiba-tiba ketawa kecil sendiri, tapi sekarang cewek itu udah serius banget. Bolak-balik baca buku Biologi, ngetik, baca lagi, ngetik, dan begitu terus-terusan. Ternyata cewek konyol kayak Bora bisa juga serius. Dan muka seriusnya sama sekali nggak kalah menarik dari ekspresi dia yang biasa. Ah ... kayaknya memang Bora mau ngapain aja udah menarik bagi Reksa.

Sambil terus ngejahit, berulang kali Reksa curi pandang ke Bora. Dari mulai serius banget, perlahan mulai melemah, sampai sekarang cewek itu udah tidur pulas di atas buku Biologi yang lumayan tebal. Reksa mendekat dan lihat tugas yang cewek itu kerjain. Tinggal dikit. Reksa berdiri dan mengambil bantal dari sofa, lalu pelan-pelan pindahin kepala Bora ke bantal itu. Dan sekarang dia yang gantiin kerjaan Bora, mengetik sisanya sampai selesai.

Reksa menutup laptopnya dan menyingkirkan benda itu dari meja. Tangannya dilipat, dan kepalanya dibaringin di atasnya sambil menghadap Bora. Muka cewek itu udah kelihatan lebih damai sekarang, dan itu cukup buat bikin dia bahagia. "Selamat istirahat," bisiknya pelan.

***

Bora membulatkan tekad sebelum masuk ke rumahnya. Kayak omongan Merry, dia mau coba komunikasi sama ayahnya. Selama ini tentunya udah dia coba, tapi mungkin masih kurang. Begitu dia meyakinkan diri sendiri. Lagipula dia pengin buktiin teori batu yang bisa hancur kalau ditetesi air terus. Siapa tahu dia bisa cetak sejarah karena bikin teori itu jadi nyata, kan?

"Pa ..." sapa Bora pada ayahnya yang lagi duduk di ruang tamu sambil menonton TV. Dia menunggu sekian detik sampai hampir semenit, tapi nggak ada respons. Tatapan ayahnya masih fokus ke pertandingan bola yang ditontonnya.

Bora masuk ke dapur dan balik ke ruang tamu dengan dua gelas minum di tangannya. "Minum, Pa," ujarnya sambil menaruh satu gelas ke depan ayahnya, yang cuma dijawab dengan anggukan.

Bora memberanikan diri duduk di sebelah ayahnya, lalu berusaha fokus ke TV. "TOT itu tim apa, Pa?" Dia berusaha mencari topik pembicaraan, sekaligus benar-benar penasaran karena sama sekali nggak ngerti sepak bola. Lagi, ayahnya nggak menggubris walau udah semenit berlalu. Bora menghela napas lalu memalingkan wajah dari ayahnya. Pas di saat itu, salah satu pemain mencetak gol. "Eh, gol!" pekiknya tanpa sadar.

"Iya, gol!" Ayahnya yang terdengar semangat bikin Bora noleh seketika. Di saat itu, ayahnya lagi menggoyangkan kedua kepalan tangannya tanda kesenangan. Ada celah, pikir Bora. "Yang cetak gol siapa, Pa?"

"Rooney."

Jawaban itu singkat, tapi berhasil bikin Bora tersenyum lebar. Seenggaknya, ayahnya udah mau jawab. Anggap aja ini awal yang baik, dan Bora nggak akan nyerah sampai batu itu bisa hancur karena usahanya.

_____________________________________________

Bora kembali ceria yeay! Dia juga udah optimis lagi buat hancurin 'batu' ayahnya 😄
Enakan bikin Bora ceria kayak gini apa sendu kayak kemarin, ya?  🤔

Di part ini Reksa berulang kali kalah telak sama Bora yang kepedean, tapi nggak apa-apa, Reksa senang 😆 Kalian senang juga apa nggak?

Oh ya, minta komentar kalian dong buat DRAMA sejauh 20 part ini *sebenarnya 21 sih ditambah prolog 😅
Apa kurang greget, kurang seru, dan kurang2 lainnya? Dan yang kalian tunggu di part2 ke depannya apa?

Semoga kalian masih betah bacanya ya, karena (kayaknya) perjalanan masih panjang walau waktu update udah tinggal sebulan 😅

Ditunggu vote, komen, dan sarannya, ya!

Oh ya, Selamat Natal bagi yang merayakan 😊

Sampai ketemu Kamis!

junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro