Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🐣28. Dia yang Sebenarnya

Tak ada perbincangan sama sekali di dalam mobil. Nusa masih fokus menatap jalan, sementara Bu Doremi sibuk dengan ponselnya. Ziva hanya bersender di kaca, tak ada niat untuk melihat gawainya juga. Tidak ada mood rasanya, apalagi berada di satu mobil yang sama dengan Nusa.

Gue kangen sama Ziva yang nggak tau malu, bukan yang pendiem kayak sekarang, batin Nusa.

Gue nggak yakin apa hari ini bakal jadi kunci dari semuanya? Kalo memang ternyata Kak Nusa cuman mau nunjukkin kebahagiaan dia sama Sora gimana? Apa gue ditakdirkan berjodoh sama si Nazril yang nggak jelas itu? tanya Ziva dalam hati. Tanpa sadar, air matanya lagi-lagi meleleh. Dengan cepat punggung tangannya mengusap sebelum ada yang menyadari hal paling memalukan dalam hidupnya.

Diam-diam Nusa melirik ke belakang. Hatinya sedikit merasa bersalah. Mungkin karena semua kesalahpahaman yang terjadi, ia dapat merasa bahwa Ziva tak lagi memiliki harapan hidup.

Maaf, Ziva. Gue juga nggak mau kayak gini, tapi lo harus tau fakta yang sebenernya, ucap Nusa dalam hati.

Dalam diam Ziva menyadari apa yang baru saja dilakukan oleh sang lelaki. Ya ... ia sadar ada yang mengintip. Tapi biarlah, mungkin cowok itu hanya penasaran dan tidak benar-benar peduli.

Ternyata gini, ya, rasanya si Sora deket-deket sama mantan. Nggak ada enaknya, kata Ziva salam hati. Tersiksa kali rasanya sekarang. Andai saja bukan karena suruhan Mela, tak akan sudi ia berada di mobil yang sama dengan Nusa.

Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Sora. Bangunan bercat putih dengan dua buah jendela tampak di luar. Hanya satu tingkat, pagarnya pun tak sampai satu meter. Dihiasi oleh sedikit ilalang cukup tinggi di dekat pintu masuk.

Ada sesuatu yang janggal di sana, sebuah motor ninja sudah terparkir rapi di dalam garasi rumah itu.

Motor yang sepertinya tak asing, karena kerap dibawa setiap hari ke sekolah. Karena tak mau merusak rencana, Bu Doremi turun terlebih dahulu setelah mobil diparkirkan di tempat yang sedikit tak terlihat dari rumah Sora.

Langkahnya berderap pelan. Hampir tak terdengar oleh siapa pun, apalagi pintu pagar yang tak terkunci membuat Bu Doremi semakin mudah untuk masuk.

Sementara Nusa dan juga Ziva yang terduduk diam dalam mobil masih tak membuka suara. Masih sibuk dengan pemandangan jalan komplek.

"Aku mau turun," ucap Ziva tiba-tiba yang langsung menyusul kehadiran Bu Doremi. Tak lama, Nusa ikut turun. Mengikuti gadis itu dari belakang.

Ketika mereka akhirnya berkumpul di balik pintu kayu bercat cokelat tersebut, memanfaatkan  sedikit celah yang terlihat untuk mengintip, bahkan mendengar perbincangan kedua remaja.

"Gimana kabar Ziva di sekolah, Kak? Mukanya makin murung, nggak?"

Biru mengangguk pelan. "Jelas, hubungan dia sama Nusa lagi retak banget. Akting lo, sih, bagus banget, Ra. Gue suka. Teruskan itu."

Biru bertepuk tangan di udara seolah puas dengan apa yang Sora perbuat selama ini. Tak salah ia memilih orang, aktingnya sudah seperti pemain sinetron.

"Kalau begitu, kapan skenarionya selesai? Gue capek harus kayak gini terus. Pura-pura hamil depan mereka. Gue malu tau, Kak. Tapi ini semua gue lakuin demi lo." Suara yang dikenal oleh mereka bertiga. Ya ... itu adalah Sora yang tengah menjamu pria tercintanya.

Biru mengambil sepotong martabak yang sudah disuguhkan oleh perempuan di hadapannya sekarang. Mengunyahnya sampai habis dengan penuh kenikmatan, baru ia lanjutkan menjawab pertanyaan Sora.

"Sampe gue bisa dapetin Ziva, terus tinggalin dia, dan balik, deh, ke lo." Tentu saja Biru menipu. Seandainya Ziva sudah berada di pelukkan, tak mungkin ia menyia-nyiakan begitu saja. Lagi pula Biru tak suka pada perempuan di hadapannya sekarang, hanya menjadikan ia sebagai alat untuk mendapatkan Ziva.

"Kalo nggak bisa dapet gimana? Gue hamil terus gitu sampe dunia kiamat?" tanya Sora yang sudah mulai kesal. Apakah pria di hadapannya ini tak tahu seberapa keras perjuangan Sora dalam menutupi ini semua?

"Lo tinggal pura-pura lahiran aja atau gimana, kek. Atur aja dah, suka-suka lo mau apain itu bayi bohongan."

"Loh, mana bisa kayak gitu, sih, Kak? Nggak masuk akal, dong."

Biru mengangkat kedua bahu seperti tak peduli. Yang terpenting baginya adalah Ziva tak bisa kembali bersama Nusa, dan ia bisa berjuang untuk mendapatkan gadis itu ketika keadaan hatinya sudah membaik.

"Ya ... dimasuk-masukkin aja. Lagian lo juga bisa kali manfaatin testpack yang gue beli di toko online ilegal waktu itu, atau mungkin juga lo bisa bohong kalau diperkosa sama cowok lain waktu di diskotik, terus lo panik, makanya lo salahin Nusa. Easy, right?"

"Gue nggak mau  nikah sama Nusa, Kak. Gue nggak suka sama cowok songong kayak gitu. Najis banget anjir, sok dingin," celoteh Sora panjang lebar.

Bodo amat, batin Biru. Lagi pula seharusnya Sora juga sadar diri kalau ia itu tak pantas untuk Biru. Dari segi wajah saja tidak bagus, sifat apalagi. Hanyalah seorang gadis bodoh yang mau-maunya disuruh atas dasar cinta. Iya, Biru tahu kalau cinta itu buta, tapi terkadang juga harus menggunakan logika.

Wajahnya sama sekali tak menunjukkan reaksi apa pun. Santai. Sepertinya jika Sora jujur soal kehamilan palsunya pun Biru tak peduli asal namanya tak ikut dibawa.

"Kak? Gue ngomong sama manusia, 'kan?"

"Ya ... gampang, tinggal bilang aja sama dia kalau lo bohong, lo hamil sama cowok lain. Jadi lo nggak nikah sama dia, deh."

"Terus hubungan kita?" tanya Sora tak terima.

"Tenang aja, pasti gue bakal tanggung jawab sama apa yang udah gue omongin." Kedua alis Biru terangkat naik. Dengan penuh percaya diri ia berucap. Selama lawan mainnya adalah Sora, maka ia bebas melakukan apa pun. Toh, tak mungkin juga gadis itu menaruh dendam.

Sora tampak menyesal sepertinya sudah menjalin hubungan kerja sama menyesatkan dengan Biru. Nyatanya laki-laki itu sama sekali tak sportif. Semua ucapannya berbeda dengan apa yang ia sampaikan ketika pengajuan perencanaan saat pulang kamping waktu itu.

Karena sudah tak kuat harus menahan emosi lebih lama, Nusa dan Ziva mendobrak pintu rumah gadis bodoh tersebut. Sungguh tak habis pikir jika ini semua adalah perbuatan tidak senonoh keduanya. Mereka pikir, ini semua benar-benar nyata, bahkan sampai membuat dugaan tak senonoh.

Ziva menatap Sora tak percaya. Sudah ia relakan perasaannya hancur diterpa angin kencang, kini semuanya hanyalah kebohongan. Ziva tak terima. Jika ada pisau di tangannya, mungkin tak segan ia tancapkan di dada perempuan busuk itu.

"Jadi gini?!" pekik Ziva. Jujur, hati si gadis berusia 16 tahun ini sakit, seperti ada yang meremas tanpa henti. Napasnya pun kian menjadi sesak, terlalu suram rasanya hidup di dunia bersama seorang sahabat.

Sora yang masih terkejut akan kedatangan Ziva masih terduduk diam dengan wajah tak berdosa. Tampang sepolos pantat bayi ditunjukkan dengan bangga, sedangkan Biru mulai bangkit berdiri dan berusaha menenangkan keduanya.

"Duduk dulu, Sa, Ziv. Ini semua cuman salah paham. Bisa gue jelasin." Biru masih terlihat tenang. Berusaha memanipulasi keadaan.

Ziva memijat pelipisnya. Tak mengerti lagi dengan keadaan. Sungguh miris. Begitu mudahnya sebuah kepercayaan dihancurkan begitu saja tanpa rasa bersalah ataupun kata maaf. Manusia apa yang sedang hadir di hadapannya sekarang?

"Gue kecewa berat sama lo, Sora! Kenapa harus kayak gini?! Kenapa harus gue?! Hah?!" teriak Ziva tak terima yang sudah mulai berjalan melangkah mendekati gadis itu.

Kelima jarinya sontak mendarat dengan sempurna di pipi Sora hingga meninggalkan bercak merah di sana. Lantas Bu Doremi ikut masuk—bergabung dalam suasana riuh dan kacau di rumah sepupunya tersebut.

Sora mengusap pipinya lembut. "Gue cuman disuruh! Gue nggak salah dan ini demi cinta ke Biru!"

Sedangkan Nusa yang masih berdiri di samping Ziva pun tak dapat menyuruh kesabarannya bertahan lebih lama. Napasnya terus memburu. Sudah menyiapkan berbagai macam cara untuk menghabisi mantan sahabatnya tersebut.

"Tetep aja! Bukan berarti lo bisa ngancurin hidup gue gitu aja! Pemikiran lo tuh emang sempit dari dulu! Cuman tau belajar tapi otak nggak pernah dipake, Jablai!"

"Udah, Ziva. Sabar dulu. Ayok kita omongin baik-baik," ujar Biru santai sembari menyuruh gadis itu untuk ikut duduk. Menyelesaikan segalanya sesuai kebenaran yang dianut oleh Biru, bukan semua orang.

Sora berbalik menatap Ziva penuh emosi. Mengenang segala kebahagiaan yang selama ini mendekam di dalam hatinya dan enggan untuk berpindah ke tubuhnya.

"Maaf, Ziva. Gue cuman disuruh, dan gue ngelakuin ini semua juga demi kebahagiaan gue sendiri. Lo tau, 'kan hidup gue nggak pernah bahagia kayak lo? Sekali-kali gue pengen ngerasain itu, Zivanna," jelas Sora dengan wajah tak berdosa. Iya, kalau dunia tidak adil, maka ia yang harus menciptakan keadilan itu dengan sendirinya.

Ziva menghela napasnya kasar. Sebuah tamparan kini ia buat mendarat di pipi Sora untuk yang kedua kalinya.

Tatapan Nusa masih tajam—mengarah ke wajah Biru. Segala rasa kecewa pun juga menimpa pria itu sekarang walau sesekali bersyukur karena tak perlu menikah dengan seorang perempuan yang tak ia cintai sama sekali.

"Sudah ...!" teriak Bu Doremi yang masih berusaha menenangkan keadaan. "Tidak perlu bertengkar lagi!"

Tanpa mendengarkan ucapan dari guru tersebut, dengan cepat Nusa menarik Biru keluar. Sudah tak kuat jikalau harus menahan segala gejolak yang ia pendam dalam diam. Membiarkan kupingnya panas soal pertanyaan tentang pernikahan ia dan juga Sora.

Membuat Zea untuk pertama kali dibentak hanya karena Sora. Gadis kecil itu pun sampai harus ikut meneteskan air mata yang tak seharusnya jatuh hanya karena seorang perempuan murahan.

Nusa sudah di luar kendali, jika bisa membuat Biru mati sekarang juga, maka itulah yang akan ia perbuat. Tak lagi ingat apa itu dosa, tapi yang terpenting adalah emosi.

HAHAHAHAHAHAHA SEKARANG TEBAKKAN KALIAN UDAH ADA JAWABANNYA. JADI PELAKU SEBENARNYA ADALAHHHHH

SORA ITU ADALAHHHHHHHH

CIE KAGET CIE KAGET CIEEE

HAPPY READING BTW!

BAB SELANJUTNYA BAKAL BERLANJUTS KOK, TENANG AJYA. LEBIH PANAS MALAH

DEAR KALIAN YANG TEROR BONGBONG DI WA, DI KOMEN, INI UDAH DIUPDATE. BAIK KAN UP JAM SEGINI🥰

Lav u,

Bong-Bong

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro