Dora dan Si Kerudung Merah! (part 2)
HEWO! kembali lagi Author Amy. Ehek OwO
Disini kita akan melihat para BoEl nge-drama! Hehehe pasti gak sabar kan? Jom saksikan ><
Solar : Kenapa harus Solar yg kece dan hemsen yg tokoh penjahatnya? Aku tak terima. Huh jgn khawafir fans2ku setelah ini selesai aku tetap cool 😎
Halilintar : Heleh. Belagu
Solar : APE KAMU CAKAP HAH? NAK NGELUD?
Halilintar : AYO?! SIAPA TAKUT?!
PLAKKK
PLAKKK
KEDUBRAK!
Gempa : :) *pegang panci legends*
Amy : Makasih Mama Gempy OwO
Gempa : Sama2 Amy
Hali+Sol : adoii s-sakitnye *kepala benjol menyangin kelapa mudah (?)*
Back to the story
Penonton : Kaizo, Papa Zola, Ochobot, Yui, Rui, Mara, Talita, Megurine, Shiro, dan Noxita
Kemudian, tampillah gambar latar belakang sebuah rumah kecil di pinggir hutan. Setelah itu, suara merdu nan bikin orang langsung stress Eden terdengar,
"Pada zaman entah kapan, hiduplah seorang gadis kecil bersama ibunya di pinggir hutan. Gadis itu dipanggil Kerudung Merah, karena dia selalu mengenakan tudung berwarna merah. Tentu saja, tidak mungkin dipanggil Kerudung Biru kan?"
Penonton meledak tertawa karena dua hal: yang pertama, karena skenario buatan Amy yang rada-rada, dan yang kedua, karena sangat lucu mendengar Eden menjadi narator skenario seperti itu (karena nada suaranya terdengar sangat tidak ikhlas membacakannya, meski harus diakui bahwa dengan suaranya yang seperti itu, Eden cocok sekali menjadi narator).
Tunggu dulu-ternyata penonton tertawa karena tiga hal!
Sebab, saat itu Thorn-dengan baju gadis desa dan kerudung merah-muncul di panggung bersama Gempa-dengan pakaian ibu-ibu desa dan membawa keranjang bambu (A/N: Tata rias dan kostum Duo Y memang sangat luar biasa dalam drama ini!). Ada rona merah di pipi sang pengguna Elemental berelemen Tanah itu, sudah jelas Gempa sangat malu karena harus melakukan hal bodoh semacam ini.
Gempa : "Thorn-mmm-eh-Kerudung Merah, anakku, tolong kauantarkan kue ini pada Nenek yang sedang sakit. Kau tahu jalannya, kan?"
Thorn mengangguk patuh. Dengan wajahnya yang memang baby-face, peran ini cocok untuknya.
"Kalau begitu, pergilah. Sampaikan salam Ibu untuk Nenek, dan katakan semoga cepat sembuh. Ingat, Thorn-Kerudung Merah, kau tidak boleh mampir ke mana-mana dulu sebelum ke rumah Nenek! Pergilah langsung ke rumah Nenek, makan kue ini bersamanya, lalu segera pulang. Jangan bermain-main dulu, oke?" Gempa menyodorkan keranjang bambu berisi kue pada Thorn
Thorn : "Ya, Bu," OwO
Seraya menerima keranjang kue dari Gempa, Ia melirik sedikit ke penonton dan langsung sangat malu ketika melihat Ochobot tertawa ngakak di sebelah Papa Zola.
Thorn ; Ayeee "Aku pergi, Bu!" OwO
Thorn berbalik, meninggalkan Gempa.
"Hati-hati pada Sweeper si serigala jahat, Kerudung Merah!" seru Gempa sambil melambai.
Kemudian lampu panggung menggelap, dan tirai menutup sejenak. Setelah tirai terbuka lagi, gambar latar belakang sudah berganti menjadi hutan. Suara Eden terdengar lagi,
"Kerudung Merah meninggalkan rumahnya dan mulai berjalan. Dia menikmati perjalanan ini, karena hutan tersebut sangat indah. Kerudung Merah sering berhenti di jalan untuk mencium harumnya bunga dan tertawa-tawa melihat kupu-kupu..."
Di atas panggung, dengan polos nya Thorn berjalan riang seolah gadis kecil, kemudian membungkuk untuk mencium bunga-bunga yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Duo Y, dan berlarian mengejar kupu-kupu plastik yang digantung dengan tali dan digerakkan oleh Yaya dan Ying dari atas. (Komentar Noxita dari bangku penonton: "Marionet murahan! Aku bisa menggerakkan kupu-kupu itu dengan Cosmic Marionette-ku yang talinya tidak terlihat!")
"Karena keasyikan bermain-main, tanpa sadar Si Kerudung Merah pun tersesat. Matahari mulai tinggi, dan akhirnya Si Kerudung Merah mulai menangis..."
Thorn duduk di panggung-menghadap ke penonton, tentu saja-lalu menutup wajahnya dengan tangan dan memperdengarkan suara menangis.
"Tetapi, para dewa dan dewi masih menyayangi Kerudung Merah. Mereka mengirim seseorang dan seekor monyet untuk menolongnya..."
Ice, dengan wajah superkaku dan berpakaian seperti Dora The Explorer (baju ungu, celana oranye, rambut shaggy hitam [wig], gelang bunga, dan menyandang tas ransel) muncul di panggung bersama Blaze yang berwajah superbete dan berkostum monyet dengan sepatu boot merah (A/N: Bayangkanlah ketika Duo Y harus merias keduanya! ^o^).
Rumah Author serasa akan runtuh karena tawa penonton, terutama para penonton yang ada di depan, dan terutama lagi Papa Zola.
Papazola : HAHAHA! Liat itu! Anak murid kebenaran saya! Ice si Dora dan Blaze si Boost! Hahahaha
"Halo. Aku Dora. Kenapa kau menangis?" tanya Ice dengan suara superdatar dan muka superjutek, sama sekali tidak ada ramah-ramahnya atau ceria-cerianya seperti Dora yang asli. Di belakang panggung, Eden tertawa-tawa melihat BoEl yang paling dingin harus berperan menjadi Dora.
"Dan aku Boots. Ya, kenapa kau menangis?" tanya Blaze dengan suara cempreng melengking, kelihatan sekali bahwa dia sangat tidak ikhlas memerankan Boots.
Thorn, yang gak menyadari ke-tidak-ikhlasan mereka hanya bingung sekarang, mengangkat wajah dan menatap mereka berdua.
"Aku harus mengantar kue ini pada nenekku, tapi aku tersesat," kata Thorn dengan suara sedih.
Ice memegang punggung Thorn (di skenario, seharusnya yang dia lakukan adalah merangkul), lalu berkata, "Jangan khawatir. Kami akan menolongmu." Kemudian ia menatap ke penonton dan matanya menyipit tajam saat melihat Talita yang sudah menangis saking gelinya. "Pada siapa kita bertanya jika kita tak tahu jalan mana yang harus ditempuh?" ujarnya datar.
"Peta, peta!" sahut Blaze dengan suara cempreng melengking yang sama, sambil memutar matanya.
"Benar. Peta. Katakan peta, katakan peta."
"Peta, peta!"
"Lebih keras."
"Peta, peta!"
Dan Halilintar masuk ke panggung, tubuhnya berbalut kain putih (cara memakainya seperti handuk). Halilintar juga kelihatan superjengkel. Yui benar-benar terbahak-bahak di bawah sana.
Halilintar menghela napas, lalu bernyanyi tidak niat, "Kalau kau mencari lokasi, akulah yang kaucari, aku Peta. Aku Peta, aku Peta. Kalau kau mencari tempat, akulah orang yang tepat, aku Peta. Aku Peta, aku Peta, aku Peta, aku Peta, aku Peta, aku Peta, aku Peta, aku Peta!"
Tawa kembali membahana. Halilintar menahan kejengkelan, lalu berkata, "Dora dan Boots harus menolong Si Kerudung Merah yang tersesat untuk mengantar kue ke rumah Nenek." Ia mengambil kertas karton putih besar yang sudah disiapkan oleh Yaya dan Ying, lalu membukanya ke arah penonton.
"Untuk sampai ke Rumah Nenek, kita harus melewati Danau, lalu melewati Kebun Bunga, dan sampailah kita di Rumah Nenek! Ayo, ulangi sekali lagi! Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek! Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek! Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek!" Halilintar beringsut cepat, kembali ke belakang panggung. Dia lega karena perannya sudah selesai.
"Jalan mana yang harus kita tempuh?" kata Ice tanpa nada. Dia benar-benar terlihat tidak berusaha sedikitpun untuk menghayati perannya. "Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek. Oke, ayo pergi, Kerudung Merah."
"Jangan menangis lagi, kita pasti akan sampai ke rumah nenekmu!" sahut Blaze.
"Ya," Thorn berdiri.
"Hati-hati dengan Sweeper si serigala jahat," kata Ice tak acuh, lalu mereka bertiga berjalan pergi. Tirai menutup, lampu panggung meredup. Penonton terbahak-bahak, bahkan tidak sedikit yang sudah menangis saking gelinya.
Suara Eden terdengar lagi,
"Dan akhirnya, Kerudung Merah menemukan jalan yang benar ke rumah Nenek dengan bantuan Dora dan Boots. Tapi, mereka tidak tahu bahwa Sweeper si serigala jahat telah mengintai sejak tadi..."
Solat muncul dengan latar belakang tirai, dan dia disorot hanya dengan satu lampu. Dia berkostum Sweeper. Sungguh cocok perannya sebagai serigala jahat ini... walaupun wajah tak ikhlas sebagai pemeran tokoh jahat
"Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek! Aku akan mendahului mereka ke Rumah Nenek. Aku akan memakan si Nenek, lalu berpura-pura menjadi Nenek. Ketika Kerudung Merah datang, aku akan mencuri kuenya, dan memakan dirinya pula sekaligus si Dora dan Boots! Setelah itu aku yg paling hemsen disini! Myowahahahahahahahahahaha!" kemudian si Serigala Jahat pergi, dan panggung menjadi gelap lagi.
Para penonton dibikin sweetdrop oleh perkataan Solar. Sungguh diluar naskah...
Eden kembali membaca,
"Tibalah Dora, Boots, dan Kerudung Merah di tempat yang pertama, yaitu Danau..."
Shiro berbisik ke Rui "Bukankah seharusnya ada adegan di mana Dora dan Boots bernyanyi, 'Ayo kawanku, ayo semuanya! Kita menuju ke sana, kutahu kita pasti bisa!'?"
Megurine, yang mendengar hal itu, memandang Shiro tak percaya sambil berkata, "Shiro... ternyata kau hobi menonton Dora The Explorer!?"
Shiro memerah, terdiam segera.
"Dia memang hobi," sahut Noxita Shiro menoleh padanya dan berbisik tertahan, "Noxita!"
Noxita hanya nyengir, lalu kembali menonton. Tirai sudah terbuka lagi, dan latar belakang panggung sekarang adalah gambar danau. Tapi, di depan Ice, Blaze dan Thorn, yang ada adalah sebuah kolam plastik besar yang penuh berisi air. (Di kedua sisi panggung, Yaya dan Ying bertukar cengiran pasrah).
"Kita sudah sampai di Danau," kata Blaze, lagi-lagi memutar matanya. "Tapi, bagaimana cara kita menyeberangi Danau yang luas, dalam dan besar ini, Dora?"
Ice diam saja. Blaze mendekatinya dan berbisik, "Kau harus mengambil sesuatu dari Ransel, Ice."
Ice menghela napas jengkel, lalu alih-alih mengambil sesuatu dari Ransel, dia malah berkata, "Mudah saja untuk menyeberanginya."
Ice mengangkat tangan, lalu berseru, "Tembakan Ais!", dan bekulah 'Danau' itu seketika.
Yui meledak tertawa, diikuti penonton yang lain. (Di belakang panggung, Eden tertawa sampai nyaris bergulingan. Dia sama sekali tidak keberatan dengan improvisasi ini sedang sang pembuat naskah alias Soyu hanya sweatdrop...)
Blaze dan Thorn sweat-drop.
Ayo kita seberangi," Ice melompati kolam plastik itu dengan mudah (A/N: Kalo gitu ngapain dia bekuin segala? Lompatin aja dari tadi... ^_^;;). Blaze dan Thorn berpandangan, saling mengangkat bahu, lalu mengikuti jejak Ice.
"Kita berhasil menyeberangi Danau!" seru Blaze setelah sampai di 'seberang', dengan suara senang dibuat-buat.
"Selanjutnya, kita ke mana?" tanya Thorn.
"Danau, Kebun Bunga, Rumah Nenek. Jadi berikutnya kita harus ke Kebun Bunga," jawab Ice dingin. Mereka bertiga berjalan lagi, dan tirai menutup. Kemudian suara tak ikhlas nan cempreng Eden terdengar,
"Sementara itu, Sweeper telah tiba di Rumah Nenek. Dia sangat cepat, sebab Sweeper yang ini punya kecepatan cahaya..."
Para penonton tertawa lagi. benar-benar sudah kacau!
Tirai membuka, dan latar belakang panggung telah berganti menjadi sebuah kamar. Di atas panggung, ada Gopal dengan kostum nenek-nenek (daster dan penutup kepala berenda) terbaring di atas tempat tidur, dan Solar sedang menghampirinya.
"Siapa itu?" tanya Dohko dengan suara parau, yg tentu saja berakting.
"Ini cucumu, KM," jawab Solar dengan suara ditinggikan.
"Solar? Aku tidak punya cucu bernama Solar," kata Gopal menahan ketawa.
"Bukan Solar, tapi KM! Kerudung Merah!" bentak Solar sebal.
Solar : (batin : Huh sabar Solar yg kece dan hemsen gak boleh marah. Nanti hilang hemsennya)
"Oh, kau, Kerudung Merah," sahut Gopal "Maaf saja, cucuku, pendengaran nenekmu ini sudah sangat berkurang..." kemudian Gopal terbatuk-batuk. Akting, tentu saja. Tapi sangat natural!
Solar menghampiri Dohko di tempat tidurnya.
"Kau pasti ingin menjenguk Nenek, benar kan?" Gopal tersenyum sambil menahan tawa, lalu terbatuk-batuk lagi.
"Nenek ge-er banget! Aku ke sini mau memakan Nenek..." Solar menyeringai sambil semakin mendekati Gopal. Lalu ia membelakangi penonton, dan beradegan seolah sedang memakan Gopal. Gopal mengeluarkan pekikan-pekikan.
Tirai menutup. Kemudian Yaya berjalan ke tengah-tengah panggung, dengan lampu menyorot dirinya. Ia membawa selembar karton putih besar dan memperlihatkannya pada penonton. Tulisannya:
DANGEROUS! PLEASE DO NOT TRY TO DO THAT AT HOME.
EDEN
Setelah itu, Yaya kembali ke belakang panggung. Penonton sweat-drop.
"Aku baru tahu, ternyata di balik ke sok coolnya, dia punya sisi gila dan kurang kerjaan seperti ini," komentar Kaizo yang duduk di sebelah Mara.
Papazola : BRAVO! Tepuk tangan untuk murid2 kebenaranku yg telah berkerja keras! Hahahaha
Ochobot : Hahaha terbaik! 👍
Mara nyengir lebar mendengar itu.
Kemudian, Eden mulai berbicara lagi,
"Setelah melewati danau, kini mereka bertiga tiba di Kebun Bunga..."
Tirai kembali membuka, dan latar belakang telah berganti menjadi padang bunga. Di panggung pun terdapat banyak bunga. Tetapi, bunga-bunga itu layu.
"Kita sudah tiba di kebun bunga," kata Blaze.
"Tapi lihatlah! Kasihan bunga-bunga ini," sahut Thorn dgn amat sedih
"Apa yang harus kita lakukan agar bunga-bunga ini segar kembali?" tanya Ice datar. Mereka bertiga terdiam sejenak, lalu berkata bersama-sama, "Kita harus menyiraminya!"
Blaze mendekati Ice dan berbisik lagi, "Ice, kali ini kau harus mengambil sesuatu dari Ransel seperti yang ada di skenario! Kasihan Taufan kalau dia tidak tampil!"
Blaze tidak tahu, bahwa sebenarnya Taufan sangat berharap agar Ice berimprovisasi lagi seperti tadi, agar dirinya tidak tampil sama sekali!
"Aku tahu, Blaze," sahut Ice dengan suara pelan. Kemudian dia berdialog dengan datar, "Kita harus menyirami bunga-bunga ini. Mari kita lihat ranselku dan melihat barang apa yang bisa kita gunakan untuk menyiram bunga-bunga ini."
Katakan ransel!" seru Blaze lelah. "Ransel! Ransel!"
Taufan naik ke panggung, sangat ogah-ogahan karena sebal mengapa Ice tidak berimprovisasi lagi. Taufan mengenakan kostum berbentuk ransel berwarna ungu. Dia kelihatan lucu sekali dgn kostum itu XD
"Ransel, Ransel," dia mulai bernyanyi ogah-ogahan, "Ransel, Ransel. Aku Ransel berisi penuh berisi barang ini dan itu. Semua barang yang kauperlu tersedia hanya untukmu. Ransel, Ransel. Ransel, Ransel. Yeah!"
Penonton terpingkal-pingkal lagi.
"Dora, Boots, dan Kerudung Merah membutuhkan sesuatu untuk menyirami bunga-bunga yang layu! Benda apa yang bisa kita gunakan?" Taufan mengeluarkan lima barang yang sudah disiapkan sebelumnya. "Apakah tempat makan? Kaos kaki? Gembor penyiram? Buku? Pita perekat?"
Dia diam sejenak, lalu berseru, "Benar sekali! Gembor penyiram!" Taufan memberikan gembor penyiram itu pada Ice. Kemudian ia segera pergi dengan lega.
"Sekarang kita punya gembor penyiram untuk menyiram bunga-bunga itu, sehingga mereka tidak akan layu lagi!" kata Blaze, masih cempreng dan melengking. "Ayo siram, Dora!"
Ice membuka tutup atas gembor penyiram dan menuangkan isinya ke atas bunga-bunga layu. Isinya adalah bunga-bunga segar yang jauh lebih banyak daripada bunga-bunga layu, sehingga terlihat bahwa setelah disirami, bunga-bunga itu segar kembali. (A/N: Duo Y cukup kreatif sebagai dekorasi ? ^o^)
"Wah, lihat! Bunga-bunga itu menjadi segar lagi!" komentar Thorn dengan suara takjub. Blaze terlihat senang dipaksakan, sementara Ice tidak berekspresi seperti biasa.
Penonton mungkin sudah hampir sekarat karena kebanyakan tertawa.
Ice, Blaze, dan Thorn melewati bunga-bunga yang 'segar kembali' tersebut, lalu berhenti.
"Kita sudah melewati Kebun Bunga, berarti yang berikutnya adalah Rumah Nenek."
"Rumah Nenek! Akhirnya!" kata Thorn riang. Dia menggoyang-goyangkan keranjang bambunya. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu Nenek!"
"Kalau begitu, ayo kita ke segera ke Rumah Nenek!" ajak Blaze segera. Supaya drama ini segera selesai, tentunya!
Tirai menutup. Suara Eden terdengar, "Sementara Dora, Boots dan Kerudung Merah berjalan menuju Rumah Nenek, mari kita lihat si Sweeper..."
Solar muncul di panggung dengan latar belakang tetap tirai, lampu menyorot dirinya. Dia berkostum Sweeper yang memakai baju nenek, baju yang tadi dipakai Gopal (bukan baju yang sama tentunya, karena ukuran tubuh mereka berbeda!).
"Sebentar lagi pasti Kerudung Merah, Dora dan Boots akan sampai kemari. Aku sudah tidak sabar untuk memakan mereka! Setelah itu Aku yg akan jadi paling hemsen! Myowahahahahahaha!" setelah tertawa dengan gaya sok iblis (atau iblis beneran?),Solar turun dari panggung.
Eden kembali bernarasi, "Dan akhirnya, ketiga jagoan kita tiba di Rumah Nenek..."
Tirai membuka, dan tampaklah Ice, Blaze serta Thorn di depan Solar yang berbaring terbungkus selimut di tempat tidur bekas Gopal tadi. Latar belakangnya adalah interior rumah yang sederhana.
"Nenek!" Thorn berlari mendekati tempat tidur, dan Solar semakin merapatkan selimutnya sehingga hanya kepalanya yang ditutupi topi berenda yang terlihat.
"Cucuku... Kerudung Merah..." kata Solar dengan suara parau sambil menahan malu "Kau datang menjenguk Nenek?"
"Ya Nek. Aku membawa kue dari Ibu. Dan aku ke sini bersama kedua temanku, Dora dan Boots," Thorn menunjuk Ice dan Blaze. Dalam hati dia merasa sangat geli melihat Solar yang terbungkus kostum Sweeper yang ditambah kostum Nenek. Blaze sudah nyaris tak kuat menahan tawa, sementara Ice-walaupun merasa geli juga-memilih untuk stay cool.
"Kue? Wah, Nenek senang sekali..." Solar menyeringai, pura2 tentu saja.
Blaze harus pura-pura terbatuk untuk menyembunyikan tawanya. Penonton sudah tertawa-tawa di bawah sana, gara-gara Blaze yang seperti itu.
"Nek, kenapa suara Nenek jadi aneh begitu?" tanya Thorn dengan wajah imutnya tampak polos.
Solar : "Karena Nenek sedang sakit, Kerudung Merah!"
"Dan kenapa mata Nenek menjadi besar begitu?" Thorn memang patut diacungi jempol untuk berakting polos seperti gadis kecil.
"Agar Nenek dapat melihatmu dengan lebih jelas, cucuku," Solar memutar matanya bete, ingin cepat selesai dari drama laknat ini :v
Thorn : "Dan kenapa telinga Nenek jadi runcing begitu?" OwO
"Untuk bisa mendengar suaramu lebih baik, Nak," Solar mulai menggeram tak sabar. (A/N: Sebenarnya hal ini bagus, karena akting mereka menjadi tampak sangat natural!)
"Dan kenapa gigi Nenek jadi tajam, besar dan kuning begitu?" Thorn masih bertanya dengan polos andalannya OwO
Kemudian, dua orang meledak. Blaze meledak tertawa, sementara Solar meledak marah, habis sabar.
"UNTUK BISA MENGUNYAHMU LEBIH BAIK, BODOH! DAN GIGIKU TIDAK KUNING, THORN!"
Penonton ikut meledak-tertawa, tentu saja. Pasti setelah drama ini selesai, toilet akan dipenuhi orang-orang yang sakit perut atau ingin kencing. Kalau sekarang, semuanya harus menahan hasrat ke toilet, karena tidak ada yang mau kehilangan satu babak pun dalam drama ini. (A/N: Ini adalah skenario Soyu juga. Setiap pergi ke toilet, setiap orang dipungut bayaran. Kalau banyak yang ke toilet, pasti uang yang terkumpul akan cukup banyak. Lumayan, sebagai pemasukan-karena drama ini sendiri gratis)
Solar langsung bangun, hendak menerkam Thorn. Thorn menghindar, keranjang kuenya jatuh. Blaze tertawa-tawa, lupa dengan perannya sebagai Boots. Ice menonton mereka dalam diam, tapi wajahnya terlihat terhibur.
"Ternyata dia adalah Sweeper si serigala jahat!" jerit Thorn. Dia menyambar keranjang kuenya, lalu mundur ke arah Ice dan Thorn. Blaze perlahan-lahan mengendalikan diri untuk berhenti tertawa.
"Serahkan kue itu padaku! Setelah itu aku akan memakan kalian, seperti aku telah memakan Nenek! Myowahahahahahahaha! DAN AKU YG AKAN PALING HEMSEN" Solar perlahan-lahan mendekat.
"Apa!? Kau telah memakan Nenek!?" pekik Thorn, benar-benar mirip seorang gadis kecil. Dia benar-benar gak menyadari karena harus berakting seperti ini.
"Ya!" Solar menepuk perutnya. Dari belakang panggung Gopal berseru, "Kerudung Merah!? Cucuku!? Hati-hati pada serigala jahat ini! Larilah, Nak!"
"Nenek!" seru Thorn, berpura-pura nyaris menangis. Dia menggenggam keranjangnya erat-erat, lalu menoleh pada Ice dan Blazr. "Bagaimana ini? Bagaimana cara kita menghentikan Sweeper?"
Ice dan Blaze memandang Sweeper, dan hal itu membuat Blaze tertawa lagi melihat Solar yang terlihat kegerahan karena memakai kostum berlapis-lapis. Wajah Solar memerah karena malu dan marah, lalu membentak,
"Monyet yang di sana! Sadar diri dong! Serigala masih lebih baik daripada monyet, tahu!"
Penonton terbahak-bahak, begitu juga dengan para BoEl lain di belakang panggung, apalagi Soyu.
"Aku akan memakan monyet itu duluan, lalu sepatu botnya akan kujadikan bahan experimenku!" seru Solar, semakin membuat penonton ngakak.
"Bagaimana cara kita menghentikannya?" tanya Thorn lagi, menetralisir suasana.
"Mudah. Katakan saja, 'Sweeper jangan mencuri'. Ayo katakan bersama-sama, 'Sweeper jangan mencuri'," kata Ice datar. Dia berharap agar drama memalukan ini segera selesai.
Lalu Thorn (gak menyadari suasanan) ice (dengan sangat ogah-ogahan), dan Blaze (menahan tawa sampai matanya berair) menjulurkan tangan ke depan, dan berkata, "Sweeper jangan mencuri! Sweeper jangan mencuri! Sweeper jangan mencuri!"
Solar, teringat naskah dan ancaman Soyu ("Kalau kau mengacaukan drama ini, aku akan menambah satu wajah di dinding koleksiku yaitu wajahmu!"), berpura-pura terkejut dan memegang kepalanya dengan kedua tangan, lalu berkata, "Ya ampun..."
Penonton sungguh-sungguh nyaris mati karena kebanyakan tertawa. Mungkin klinik juga akan laris setelah ini.
"Kita berhasil?" tanya Thorn pelan.
"Myowahahahahahaha! TIDAK!" kata Solar senang. "Aku memang tidak akan jadi mencuri kuemu, tapi LARANGANNYA KAN BUKAN 'SWEEPER JANGAN MEMAKAN KAMI'!? Jadi aku akan tetap memakan kalian! Myowahahahaha!"
"LARI!" seru Thorn, menarik tangan Ice dan Blaze. Ice tanpa ekspresi, sedangkan Blaze sudah gila tertawa.
Lalu, muncullah Fang sementara Thorn, Ice dan Blaze berlarian di panggung dengan dikejar Solar . Fang menghentikan Thorm, Ice dan Blaze
"Ada apa ini? Kenapa kalian berlari seperti itu? Ceritakan padaku, gadis kecil?"
Fang tampak gagah dengan kostum pemburu, dan dia senang sekali karena mendapat peran sebagai 'pahlawan' di sini. Dia berharap agar perannya ini bisa memesona para fansnya dan naiklah poluritis.
"Tuan Pemburu, tolong kami! Kami dikejar serigala gila itu!" Thorn mengadu, dan dia menarik Ice dan Blaze untuk bersembunyi di belakang Fang. Kini Fang berhadapan dengan Solar
"Minggir, Landak ungu..." ancam Solar. Fang tersenyum meremehkan, lalu mengambil senapan (bohongan, tentu saja), dan membidik Solar.
"Maaf saja, Sweeper, aku bukan landak ungu seperto di hutan..." dan dia menembak. Solar terjatuh, terbelalak, lalu...
...terdengar suara dengkuran.
Thorn mengerjap. Ice tetap diam. Blaze menyeka matanya yang berair.
"Aku sudah membiusnya," Fang tersenyum menenangkan ke arah Thorn, Ice dan Blaze.
"Terima kasih, Tuan Pemburu!" Thorn menatap Fang dengan berbinar-binar (Soyu: Hebat sekali akting Thorn...). "Tapi... nenekku sudah dimakan serigala jahat itu..."
"Jangan khawatir," Fang membuka ritsleting rompinya, dan memperlihatkan alat-alat untuk operasi. "Ayo kita bedah dia..."
Tirai menutup. Penonton bertepuk tangan dengan geli. Tak lama kemudian, tirai membuka lagi, dan memperlihatkan Thorn Ice, Blaze, Fang dan Gopal sedang makan kue dengan riang di atas tikar, seperti piknik. Latar belakangnya adalah hutan dan Rumah Nenek, indikasi bahwa mereka berpiknik di halaman Rumah Nenek.
"Kita berhasil!" kata Blaze, lalu mereka berlima-dengan sangat malas dan enggan-berdiri. Musik mengalun, dan kelimanya bergoyang kacau sambil menyanyi, "Berhasil, berhasil, berhasil, hore! Kita berhasil!"
Penonton terpingkal keras untuk entah keberapa kalinya. Tarian mereka sungguh kacau! Ice yang bagai robot, Thorn yang berekspresi riang dan kekanak2kan, Blaze yang malas-malasan, Fang yang tampak sama malunya dan Gopal yang nggak banget.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa tidur malam ini!" kata Talita terengah-engah di tengah tawanya.
"Tentu kau akan tertidur dengan cepat, karena tertawa telah menguras energimu!" balas Rui yang sudah menangis berulang-ulang; menangis karena geli.
Tirai menutup. Suara Eden terdengar, dan semua orang bisa menangkap kelegaan dalam suaranya karena drama ini sudah berakhir.
"Dan begitulah, Kerudung Merah berhasil mengantarkan kue dengan selamat ke Rumah Nenek dengan bantuan Dora dan Boots. Dan mereka berhasil mengalahkan Sweeper si serigala jahat!"
Lampu panggung menggelap. Kemudian, dua sosok naik ke atas panggung. Mereka adalah Ice dan Blaze. Dua lampu sorot menyorot mereka.
"Bagian mana yang paling kalian suka dalam perjalanan ini?" tanya Ice datar. Dia dan Blaze diam sejenak, lalu Blaze berkata,
"Kalau aku, aku paling suka bagian saat Sweeper berteriak, 'Tapi gigiku tidak kuning, Thorn!'" kemudian Blaze terpingkal-pingkal. "Dan aku juga paling suka saat kau membekukan Danau itu, Dora..."
Ice, tetap dingin dan tanpa ekspresi, berkata datar dengan nada sedingin es, "Kalau aku, aku paling suka bagian saat perjalanan ini sudah selesai."
Penonton tertawa lagi... bagaimana mungkin tidak tertawa?
Ice dan Blaze membungkuk ke penonton, lalu berjalan turun panggung.
Tepuk tangan membahana, komentar-komentar terdengar. Semua penonton terlihat puas dan terhibur.
Yui : "Benar-benar mengocok perut!"
Megurine : "Soyu sudah gila..."
Shiro : "Para BoEl itu lebih gila, karena mau-maunya mereka menuruti kegilaan Soyu!"
Noxita : "Aku bersyukur aku bukan BoEl....."
Rumah Author berangsur-angsur sepi, karena banyak orang menuju toilet. Sementara Talita Mara, Rui, terlihat lemas di kursi masing-masing.
"Aku tidak sanggup berdiri, aku kehabisan tenaga karena kebanyakan tertawa," keluh Talita.
"Aku belum pernah tertawa seperti ini sepanjang hidupku," komentar Rui, menyeringai.
"Kalau begitu, drama ini bagus untukmu, Rui," sahut Mara.
"Ice..Ice... bagaimana mungkin dia mau berperan sebagai Dora!? Aku tidak bisa berlatih dengannya lagi, aku pasti tertawa setiap melihat wajahnya!" Talita terbahak-bahak, air mata geli mengalir di pipinya.
"Pujian untuk Amy dan Soyu.... pujian untuk para Boel!" ujar Mara, tampak benar-benar lemas karena terlalu banyak tertawa.
Sementara itu di balik panggung, Soyi dan Zen plus memberi selamat pada BoEl yang sudah berperan dengan sangat baik. Sedangkan Duo Y terlihat sama lemasnya dengan para penonton karena terlalu geli menyaksikan rekan-rekan mereka dikerjai habis oleh Soyu. Zen sendiri tidak bisa tidak tertawa melihat drama ancur tersebut.
Soyu, yang juga kebanyakan tertawa, berkata, "Kalian tahu... sepertinya aku berbakat menjadi sutradara. Aku sedang menyusun skenario berikutnya. Bagaimana kalau..."
"TIDAK!" teriak BoEl langsung. Mereka sudah sepakat, mereka akan mengirim Soyu dan orang2 yg bikin drama ini ke Rumah Sakit Jiwa jika Soyu dan lain benar-benar berani melakukan hal ini lagi.
Hewo?! Minna-cham gimana? Maaf klau gak lucu. Amy sedang gak ade ide ;-;
Tapi Chapter berikutnya berusaha selucu mungkin.
Vote dan coment ya. Enjoyyy
Ashiapp
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro