Day 1: Ambang
Drabbletober2019 ||FanFiction || BoBoiBoy || BoBoiBoy FanFiction || Fang || And The Geng || Canon || Friendship
[Day 01 - Prompt: Ambang]
.
“Percaya Padaku”
.
BoBoiBoy © Monsta
Fanfiction by Cuzhae
.
.
.
Mau berapa kali pun Fang harus di hadapkan dengan situasi yang sama, jika bisa ... ia lebih memilih untuk prioritaskan kawannya— sahabatnya dibandingkan menjalani tugas dan tuntutan dari atasan. Dia bimbang harus ambil keputusan yang mana.
“Kau harus pilih, Fang. Keselamatan kawan-kawanmu atau keberhasilan dari misi ini.” Suara Kapten Kaizo begitu datar, tetapi di lain sisi juga terkesan menuntut.
Dengan berat hati Fang harus menuruti perintah. “Maaf ...,” lirihnya seraya melirik empat orang yang terkapar di sekelilingnya.
Namun, si empu kuasa bayang itu berakhir menjadi seorang pembelot kepada kaptennya dibanding harus netranya melihat orang-orang disayangi tersiksa hanya agar dia bebas dari kungkungan perintah.
Pernah pula Fang dapat suruhan untuk menggagalkan mereka dalam ujian seleksi TAPOPS —bahkan sampai harus tercipta pertarungan sengit. Namun, sekali lagi Fang tahu batas di mana ia harus berhenti.
“Ingat, kau tetap kawan kami. Tak peduli dengan misimu yang mengharuskan kita saling bersaing dan menorehkan luka.”
Terima kasih ... Terima kasih karena tetap percaya pada Fang meski ia sempat melukai.
.
.
.
.
Drabbletober2019 || FanFiction || BoBoiBoy || BoBoiBoy FanFiction || BoBoiBoy Halilintar || Ying || AU ||Romance (maybe)
[Day 01 - Prompt: Ambang]
.
“Masih Di Sini”
.
BoBoiBoy © Monsta
Fanfiction by Cuzhae
.
.
.
Halilintar tak habis pikir jika hari ini harus ditutup dengan badannya yang begitu letih. Untunglah pekerjaan di kantor cepat selesai, jika tidak ia harus lembur kembali sampai larut malam. Namun, kebahagiaan kecil itu harus terusik saat matanya tak sengaja menangkap objek seorang wanita yang siap terjun dari jembatan.
Tunggu dulu. Wanita itu ingin bunuh diri?! Dasar gila!
Refleks kakiknya berlari dan kemudian menarik si wanita agar tak jadi terjun. Jujur, Halilintar sampai deg-degan seperti ini. Apa jadinya jika tadi terlambat merenggut tubuh si wanita dari batas jembatan, mungkin ia harus terpaksa melihat kematian ... lagi.
“Lepaskan aku! Seharusnya kau biarkan saja aku mati!” teriak wanita pemilik surai biru gelap itu. Dia terus berontak dari kukungan Halilintar.
Pria tersebut tampak tak menggubris ocehan si wanita. Beralih mempererat pelukan seraya berucap lirih, “Kau bodoh, Ying. Hanya karena nenekmu meninggal bukan berarti kau cepat menyusulnya.” Ia tatap netra beriris biru yang masih tersirat keputusasaan dari wanitanya. Wanita yang berhasil mencuri perhatiannya. “Kau tidak sendirian, Ying ... Masih ada aku. Kumohon, jangan berbuat bodoh lagi.”
“Halilintar ....”
Semakin lama isakan Ying kian tarik, segera Halilintar menarik kembali dekapannya dan meredam tangisan pilu itu dengan dadanya sebagai sandaran. “Jangan pernah ulangi lagi ...,” pinta Halilintar dengan tangan sambil mendekatkan kembali kepala Ying ke dada si pria.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro