02/10
"Nyatsu shiyouzeee.. Nya! Nya! Nyat-..."
"Berisik!"
Suara bernada protes itu seketika menghentikan kegiatanmu yang kini tengah menonton video Trinnyar di ponselmu. Kau mendelik pada sesosok makhluk yang dengan seenak jidatnya memotong nyanyianmu beberapa saat yang lalu.
"Kalau berisik, jangan didengar." sinismu padanya. "Lagian, untuk apa kau disini? Berhentilah menjadi pengganggu dalam hubunganku dan Ryu."
"Cih. Kau pikir, aku mau mendengar suara kaleng rombengmu?!" Orang itu balas melotot padamu, "Lagipula, aku yang duluan tiba di sini. Jadi kau lah yang pengganggu."
"Aku mengganggu pacarku sendiri apa salahnya? Yang salah itu kau, dasar perusak suasana."
"Urusanku dengan Ryu lebih penting, dasar perusak gendang telinga."
"Ngajak berantem?!"
"Ayok! Siapa takut?!"
Ryu hanya bisa menghela napas melihat berdebatan tidak penting dua orang di depannya. "Sudahlah [Name], Gaku, kenapa kalian jadi bertengkar di sini?"
"Dia yang duluan!" sahutmu dan Gaku bersamaan. Kalian kembali saling melotot sebelum membuang muka secara bersamaan.
Ryu kembali menghela napas. Tidak cukup kah dengan pertengkaran GakuTenn setiap hari? Kenapa harus ditambah dengan sesi pertengkaran kalian? Jangan-jangan kalau kau dan Ryu sudah menikah, nanti malah akan ada pertengkaran suami istri?
Ryu menggeleng cepat. Tidak. Tidak. Tidak. Jangan sampai itu terjadi! Jangan pernah ada pertengkaran di antara kalian.
"Ryu, kau tidak apa-apa?"
Pertanyaan bernada khawatir itu membuat Ryu tersadar dari pikiran absurd-nya. Pria itu mengerjap sebelum melihatmu dan Gaku yang kini tengah menatapnya dengan sebelah alis terangkat.
"Apa kau sakit?" tanyamu khawatir seraya menyentuh keningnya dengan telapak tanganmu, "Tapi tidak panas."
Ryu tersenyum mendengar gumamanmu. Tangannya terangkat untuk mengacak rambutmu dengan lembut, "Aku baik-baik saja."
"Kau terganggu dengan kehadiran Gaku, ya?"
"Hey!"
Kau mengabaikan teriakan protes Gaku dan kembali berkata, "Kalau kau terganggu, aku bisa mengusirnya untukmu."
"Kau berkata seolah-olah aku tidak ada di sini." Gaku mencibir.
"Memangnya aku peduli?"
"Hah... Untungnya Ryu yang menjadi pacarmu. Dia itu sabar. Aku tidak bisa membayangkan kalau Tenn lah yang menjadi pacarmu."
"Aku juga tidak mau membayangkannya." sahutmu tanpa beban.
Gaku menghela napas kesal. Berdebat denganmu bisa-bisa membuatnya darah tinggi dan mengalami penuaan dini akibat perkataanmu yang selalu bisa membuatnya marah-marah seperti ini.
"Sudahlah. Berdebat denganmu tidak akan ada habisnya." ucap Gaku sebelum menoleh pada Ryu yang duduk di depannya, "Kita bicara lagi nanti jika makhluk bar-bar ini tidak ada di sekitarmu."
Kau melotot dan hampir melempar vas bunga ke kepala Gaku jika saja pria abu-abu itu tidak segera melesat ke arah pintu keluar apartement pribadi milik Ryu.
"Dasar uban menyebalkan." sungutmu kesal setelah Gaku menghilang di balik pintu. Kau kemudian menoleh pada Ryu dan mendapati pria itu tengah menatapmu dengan serius. "A-apa?"
"Aku tidak suka kau bertengkar dengan Gaku seperti itu."
Kau mengerjap sesaat sebelum menundukkan kepalamu, "Maaf."
Bagaimana mungkin kau tidak sadar? Mungkin saja Ryu merasa terganggu dengan perdebatan tidak pentingmu. Bagaimana jika Ryu muak denganmu? Bagaimana jika Ryu ingin putus darimu.
Oh, tidak. Kau TIDAK MAU sampai hal itu terjadi.
"Ryu, aku-... "
Kalimatmu terpotong oleh pelukan tiba-tiba dari Ryu. Pria itu memelukmu dengan erat sebelum berkata, "Aku tidak suka melihatnya. Karena entah kenapa kalian terlihat seperti pasangan yang serasi di mataku."
"Hah?" Kau hanya bisa cengo. Bagaimana mungkin Ryu mempunyai pemikiran absurd seperti itu? Pasangan yang serasi, katanya? Entah kenapa memikirkannya saja membuatmu merinding.
"Kau konyol, Ryu."
"Tapi Gaku adalah pria yang paling ingin dipeluk di Jepang."
Kau terkekeh mendengar suara Ryu yang terdengar merengek di telingamu, "Walaupun Gaku adalah pria yang paling ingin dipeluk, tetap saja kau lah yang paling ingin kupeluk seperti ini." ucapmu seraya mengeratkan pelukan kalian.
"B-benarkah?"
"Tentu saja."
Kau melihat telinga Ryu mulai memerah. Ah, kau tidak bisa membayangkan bagaimana menggemaskannya wajah Ryu yang mungkin tak kalah merah saat ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro