Episode 8 : Menikah?
~ ~ ~
"Sudah aku bilang dia diculik, kenapa kalian tidak percaya!"
Cho Kyuhyun mengatakannya dengan wajah cemas yang mampu menyita fokus perhatian sepasang kekasih yang katanya telah bertukar cincin. Terpaksa mereka harus menerima sambutan biasa saja atau sama sekali tak didengar, saat lelaki dengan marga Cho itu menyingkirkan dua telapak tangan dibuka lebar demi menunjukan cincin berlian dijari manis mereka.
"Seohyun hanya tinggal di flat kecil dan tidak punya sesuatu yang berharga," celetuk Yesung cukup malas.
Begitu pun dengan Yuri, dia menurunkan tangannya yang sedari tadi jari-jemari bergerak dengan harapan dapat menarik perhatian Kyuhyun. "Tunggu selama 24 jam sebelum melaporkannya sebagai orang hilang!" imbuhnya.
"Kau bilang Seohyun punya hutang pada rentenir, mungkin saja mereka mencoba menagihnya, menyuruh dia bekerja di bar atau semacamnya." Kali ini Yesung menanggapi serius.
"Bagaimana kalau mereka menjualnya, semacam perdagangan manusia!" timpal Yuri segera menekap mulut.
"JANGAN NGAWUR!" sembur Kyuhyun semakin dibuat cemas saja.
Tiba-tiba Kyuhyun bangkit dari duduknya. Yesung dan Yuri saling tatap, penuh selidik, kiranya apa yang akan lelaki itu lakukan.
"Aku akan mencarinya," putus Kyuhyun.
"Ke mana? Bar? Diskotik?"
"Pengepul budak, ah maksudku..."
"YURI!" Kyuhyun menyela sebelum wanita itu berkata macam-macam lagi. "Aku pergi." Ia menambahkan kemudian meninggalkan Yesung dan Yuri yang kembali saling tatap ditambah menghela napas kecewa.
"Nanti kita umumkan lagi saja saat berkumpul, Donghae dan Yoona juga harus diberitahu," ucap menenangkan Yesung.
"Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Seohyun," ujar Yuri.
Yesung merangkul kekasihnya sambil berkata. "Tentu saja."
♫♫♫
Sementara itu di restoran Lee Hyukjae tengah melaporkan pertemuan antara Seohyun dan Donghae. Duduk bersilang kaki dengan wajah tertutup daftar menu, dia berbicara melalui ponselnya dan meyakinkan bahwa perjodohan kali ini pasti akan berhasil, dilihat dari kedekatan secara natural pasangan yang sejak awal telah diawasinya.
"Baik Daepyo-nim." Hyukjae mengakhiri panggilan, segera sigap mengintip dari balik daftar menu. "Aku jadi ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan, setahu ku Donghae tidak asyik diajak bicara."
Memang tidak terlalu mengasyikan, tapi Seohyun menikmatinya karena lelaki di hadapannya itu tengah menceritakan kencan keduanya bersama Yoona. Bukankah pembicaraan tersebut cukup menarik, hingga mampu melupakan perjodohan mereka.
"Sungguh Yoona berbeda dari wanita lain yang pernah ku kencani." Kata Donghae mendadak diam ketika dilihatnya mata Seohyun mendelik.
"Awas saja kalau kau berpikir untuk menyakitinya, habislah kau!"
"Bukankah nantinya aku yang akan tersakiti, dia akan segera menikah dan sekarang kita dijodohkan." Donghae menghela napas berat.
"Kau tahu, aku baru saja menerima pengakuannya." Kata Seohyun.
"Siapa?" Tanya Donghae segera menambahkan. "CHO KYUHYUN!" serunya mengalihkan pandangan pengunjung lain.
"Ya, kecilkan suaramu." Tegur Seohyun agak merasa malu, memangnya itu hal yang luar biasa sampai harus berteriak.
"Daebak, lalu apa saja yang sudah kalian lakukan. Kiss?" Seohyun baru saja akan menegak minumnya, syukur dia tidak tersedak ketika harus mendengar pertanyaan Donghae. "Oh sebelum itu kalian sudah melakukannya." Ingat Donghae yang kini membuat wajahnya tersembur air.
"Auh, jorok sekali." Keluh Donghae sembari meraih tisu.
"Ba, bahkan kita tidak sempat bertemu. Aku menghilang tepat di hadapannya dan berakhir di sini bersamamu." Jelas Seohyun tergagap. "Mungkin dia sedang mencariku, mengira seseorang menculikku. Pasti dia mengkhawatirkanku..."
"Kalau begitu kau harus menghubunginya." Tukas Donghae.
"Mengatakan bahwa aku dijodohkan denganmu, begitu? Dia pasti terkejut mengetahui identitas asliku. Apa pun yang terjadi kau jangan memberitahunya, biar nanti aku yang akan mengatakannya." Pinta Seohyun sedikit tak yakin.
"Lebih baik begitu. Untuk sementara kita rahasiakan dulu perjodohan ini. Bagaimana?"
♫♫♫
Malam begitu gelap, tak ada bintang maupun bulan yang terlihat di atas langit sana. Rasa gelisah bercampur dengan khawatir masih menyelimuti hati Kyuhyun. Semua terasa baru dirasakannya, setelah sepuluh tahun kepergian seluruh anggota keluarganya. Dimana dia harus tinggal di panti asuhan menerima semua penyiksaan dari kepala pengasuh.
Hidup seorang lelaki berusia enam belas tahun menjadi berantakan, sungguh Kyuhyun berusaha keras untuk kabur dari tempat tersebut dan suatu hari seseorang menolongnya. Dia bekerja siang dan malam, tak lupa mengikuti kelas secara diam-diam di sebuah sekolah.
Langkah terburu Kyuhyun terhenti tepat di depan Yoona yang sedang berada di counter chasier. Nampak menghitung beberapa lembar uang, sepertinya baru saja menutup café dan bersiap pulang.
"Cho Kyuhyun-sshi, ada apa kemari selarut ini?" Tanya Yoona cukup terkejut akan kehadiran tamu yang tak diundang.
"Seohyun menghilang, dia telah diculik." Jawab Kyuhyun selagi mengatur napas. "Aku melihatnya sendiri!" ia menegaskan sebelum ucapan tak percaya terlontar.
"Ya ampun! Sekarang apa lagi... ah, maksudku, kau bisa duduk dan tenangkanlah dirimu dulu. Biar aku mencoba menghubunginya,"
"Tenang, kau menyuruhku tenang saat temanmu diculik." Ucap tak terima Kyuhyun, kehilangan seseorang untuk ke sekian kalinya, dia tidak ingin membiarkannya. "Dia mengangkat teleponmu?"
Yoona mengangguk. Namun sebenarnya bukan Seohyun yang dihubunginya, melainkan si pelaku penculikan.
Dia berbicara sepelan mungkin. "Apa kau sedang bersama Seohyun?"
Di dalam sebuah mobil yang sedang melaju, Hyukjae berbicara melalui earphone yang terpasang ditelinga. "Daepyonim menyuruhku untuk membawanya ke sebuah pertemuan, sekarang kami sedang diperjalanan pulang."
Dari jok belakang Seohyun mencuri dengar. "Yoona-ya!" panggilnya ada nada meminta bantuan, karena dia tahu setelah ini Hyukjae pasti tidak akan membiarkannya pergi lagi.
"Seohyun-ah kau baik-baik saja?!" Yoona tak lagi memedulikan suara kerasnya, menarik perhatian Kyuhyun yang telah mengambil spekulasi bahwa benar para rentenir yang waktu itu tengah bersama Seohyun sekarang. "Berikan teleponnya pada Seohyun!" ia memerintah dan tentu saja Hyukjae menuruti.
"Sepertinya Siwon Oppa berniat untuk mengurungku di kamar, apa yang harus aku lakukan." Cerocos Seohyun setelah benda persegi itu ia dekatkan di telinganya. "APA?" ia memelankan suara ketika dilihatnya Hyukjae memicingkan mata, sebagai rasa penasaran. "Kyuhyun ke café mu, jangan... jangan berikan ponsel padanya. Nanti aku akan menghubungimu lagi!"
Sambungan segera diputus. Sontak Kyuhyun mengerutkan dahinya. "Kenapa?"
"Dia bilang akan menghubungi lagi, sebaiknya kau pulang saja dan jangan terlalu mengkhawatirkannya."
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Dia tidak sedang berada di diskotik atau tempat semacamnya, kan? Rentenir itu tidak melakukan sesuatu yang buruk, kan?" Kyuhyun tidak merasa lebih lega sebelum memastikan keberadaan gadis itu, mungkin sampai dia bisa melihat keadaan Seohyun yang baik-baik saja.
"Rentenir, ah... iya iya." Tukas Yoona kikuk. Disusul suara rintik hujan deras, menyeruak dari luar sana. "Kau butuh ini." Ia meneruskan sembari menyodorkan sebuah payung yang baru diambilnya.
"Terima kasih." Tukas Kyuhyun.
♫♫♫
Mobil yang dikemudikan Hyukjae oleng, akibat perbuatan Seohyun yang terus mengganggunya. Permintaan untuk menepi sebentar saja diabaikan sepenuhnya oleh Hyukjae, laki-laki itu yakin bahwa Seohyun pasti akan mencoba kabur lagi.
Menjadi anak pembangkang untuk sekian lama tak pernah membuat Seohyun merasa bebas, ditambah sekarang ia harus melaksanakan pertunangan bersamaan di hari pernikahan Siwon dan Yoona. Setidaknya dia pernah bahagia menjalani hidup sendiri tanpa harus mengikuti aturan. Dia hanya harus membangkang sekali lagi...
"Agashi kita bisa mengalami kecelakaan! Baiklah, baiklah... aku hanya akan membuka kunci pintunya!" kata Hyukjae susah payah melepaskan tangan yang menjambak rambutnya. "Aduh kepalaku..."
"Sekarang hentikan mobilnya!" kata Seohyun lagi.
"Tidak, aku bisa dimarahi habis-habisan oleh kakakmu, aku mohon kerja samanya." Suara Hyukjae terdengar putus asa.
"Maka dari itu, sudah lama aku menyuruhmu berhenti bekerja padanya. Oppa... Hyukjae Oppa." Rajuk Seohyun.
"TIDAK!" tegas Hyukjae.
"Maafkan aku, karena harus membuatmu dimarahi." Ucap datar Seohyun, dengan satu hentakan mendorong pintu dan meloncat keluar, seketika basah kuyup oleh air hujan.
"AGASHI!" seru Hyukjae selagi Seohyun berguling di atas aspal, kemudian berdiri dengan masih terhuyung menghentikan taksi. "Dia berani sekali, ini pasti karena bergaul begitu lama dengan Yoona. Apa yang akan terjadi padaku... aigoo. Haruskah aku berhenti saja dari pekerjaan ini."
Hyukjae tersadar saat klakson menyuruhnya untuk segera melaju. Saat itu pula keputusan untuk mengikuti taksi yang dinaiki Seohyun terlintas, ia harus bergegas sebelum kehilangan jejak. Sayangnya usaha Hyukjae gagal. Dia harus mematuhi rambu lalu lintas yang mengharuskannya berhenti tepat di depan lampu merah, sesaat setelah taksi berlalu lebih dulu.
"Sial!" umpatnya memandang mobil kuning kecil semakin menjauh.
♫♫♫
"Untung aku menyimpan sisa uang belanja dari supermarket." Ujar Seohyun berjalan dibawah guyuran hujan. "Tapi aku tidak bisa membawa kembali barang belanjaanku." Sesalnya kemudian memasuki gedung kusam, sesekali melihat sekeliling.
Orang yang ditakutkan mengikutinya, ternyata memilih untuk beristirahat. Lee Hyukjae tak sempat mengisi perutnya dan sekarang tengah menikmati ramyeon cup di dalam mini market. Rupanya ia tengah mempertimbangkan perkataan Seohyun untuk berhenti kerja.
"Aku merasa bersalah pada Hyukjae Oppa." Hela Seohyun menaiki tangga, bergidik saat hembusan angin dari celah pintu utama yang hendak tertutup itu menerpa.
Usulan Donghae agar dirinya kabur dari pengawasan Siwon terngiang. Perbuatan nekatnya keluar dari dalam mobil yang tengah berjalan membuat rasa ngeri tersendiri. Seohyun bersyukur tak mendapat luka parah. Setelah kepergian ibunya, hanya seorang pembantulah yang selalu mengkhawatirkan keadaannya.
Bahkan Siwon yang dulu sangat lembut dan penyayang hanya berlalu menyuruh agar Seohyun mengurus lukanya sendiri, lebih parahnya dia menganggap adiknya berpura-pura sakit dan terus mengabaikan ajakan bermain.
Sewaktu diculik -pun baik ayah dan kakaknya tak pernah mengunjungi Seohyun saat dirawat di rumah sakit. Hingga berlanjut sampai sekarang, egois. Pikir Seohyun selagi pandangannya mendapati Kyuhyun yang mondar-mandir di depan pintu flat-nya. Seperkian detik kemudian lelaki itu menyadari kedatangannya,
"Hei, Kau baik-baik saja?"
Pertanyaan bernada khawatir itu sangat ingin didengarnya, selain dari Yoona, sahabatnya yang telah banyak membantu. Satu langkah, dua langkah dan langkah-langkah selanjutnya semakin cepat. Seohyun berlari, berhambur memeluk Kyuhyun yang kontak tersentak.
"Biarkan seperti ini selama satu menit saja." Pinta Seohyun mengeratkan pelukannya di sekeliling pinggang Kyuhyun. "Dan namaku Seohyun, Choi Seohyun. Bukan Hei..."
"Kau membuat baju ku kebasahan juga." Gugup Kyuhyun berbicara sedikit melantur, disaat seperti ini siapa yang akan peduli dengan kondisi pakaian mereka.
"Mian (Maaf)." Singkat Seohyun masih membenamkan wajah di dada bidang Kyuhyun yang terasa begitu hangat. "Dan terima kasih sudah mencemaskanku."
"Satu menitmu sudah habis." Kata Kyuhyun.
Seohyun berdesis. Menarik tubuhnya sambil melonggarkan tangan, ia mencibir. "Pelit sekali. "Tangannya yang belum sempat menjauh diraih kembali oleh Kyuhyun.
"Katakan apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?"
Pikiran Seohyun tak sejalan dengan maksud dari pertanyaan yang Kyuhyun ajukan. Wajahnya berubah serius dan tubuhnya menegang, haruskah dia mengutarakan apa yang ada dipikirannya itu.
"Gyeolhon (menikah). Menikahlah denganku." Ia pun mengatakannya.
"Gyeolhon?" ulang Kyuhyun tanpa sadar melepaskan pegangannya pada tangan Seohyun. "Kau ingin kita menikah, benar... dengan begitu hutangmu menjadi hutangku juga."
"Hutang, ahh tentu saja, bukankah kau ingin membantuku." Tukas Seohyun lalu menunduk merutuki perkataannya, bodoh, kenapa juga dia harus mengajak menikah lelaki yang belum sampai sehari menjadi kekasihnya.
"Masuklah dulu, kau harus segera mengganti pakaianmu. Kalau kau sakit, nanti aku yang repot." Tanpa berkata apa-apa lagi Kyuhyun memasuki rumahnya diikuti Seohyun yang terus menyesali perkataannya.
"Memalukan."
♫♫♫
Jam dinding menunjukan bahwa sekarang sudah tengah malam, jarum panjang baru saja melewati angka dua belas. Ruang tamu yang merangkap sebagai ruang bersantai masih dihuni oleh dua orang dalam diam, hanya suara televisi yang memenuhi ruangan.
Rambut Seohyun sudah hampir kering, dia juga sudah mengenakan pakaian kering berupa kaos kebesaran milik Kyuhyun dengan lengan menutupi sampai siku. Sebelumnya Seohyun juga sudah pernah memakai kaos tersebut, namun kali ini terasa berbeda. Tapi kenapa? Apa karena ajakan menikah yang tadi sempat dilontarkannya. Pokoknya malam ini terasa begitu panjang...
"Benar kau ingin menikah denganku?"
Suara itu terdengar sehabis Seohyun keluar dari kamar mandi yang lalu hanya mematung untuk beberapa saat, berjalan pelan menuju sofa yang tengah diduduki Kyuhyun.
"Iya." Jawab singkat Seohyun, dengan begitu dia bisa menggagalkan perjodohannya. "Kau bilang menyukaiku, jadi apa kau tidak ingin menikah denganku."
Kyuhyun bangkit dari duduknya, berbalik menghampiri Seohyun yang mendadak diam. Bukankah lebih baik jika menikah dengan seseorang yang kita sukai dan balik menyukai. Saling mencintai satu sama lain... Namun Seohyun melangkah mundur ketika Kyuhyun semakin dekat, hingga punggungnya membentur tembok, entah kenapa kelopak matanya mencoba memejam.
Detik berikutnya Seohyun merasakan bibirnya dikecup lembut. Kyuhyun baru saja memperpendek jarak di antara mereka, meletakan tangannya pada tengkuk Seohyun dan mulai memperdalam ciuman dengan mengulum bibir bawah Seohyun yang sontak membulatkan mata. Merasa tak sanggup mengatur debaran dalam hatinya, gadis itu hanya membiarkan Kyuhyun mengusai bibirnya selagi tubuhnya terasa kaku.
Tahu tak ada gerakan balik dari lawannya, Kyuhyun melepaskan tautan. "Aku tak yakin kita bisa menikah."
"A, apa?" Seohyun benar-benar dibuat gugup.
"Kau tidak balas menciumku," kata Kyuhyun menurunkan tangan beralih ke pundak Seohyun, gadis itu mendadak berdiri lebih tegak. "Pikirkan lagi saja, apa benar kau ingin menikah denganku. Kau tahu aku tidak memiliki cukup banyak uang untuk melunasi hutangmu, tapi... aku akan berusaha membantumu."
Kyuhyun berbalik menuju sofa. "Kemarilah, tanganmu harus diobati..." Segera saja Seohyun memeriksa kedua lengannya dan mendapati luka gores di siku tangan kanannya.
Dengan telaten Kyuhyun mengoleskan salep, sesekali dia juga meniup luka tersebut dan terakhir menempelkan plester. "Kalau rentenir itu datang lagi kau harus berlari sekencang mungkin. Saat itu juga segeralah hubungi aku, mengerti." Ujar Kyuhyun seperti sebuah omelan.
"Nde." Singkat Seohyun menatap penuh haru.
"Aku izinkan kau tidur dikamarku. Cepat pergilah sebelum aku berubah pikiran." Lanjut Kyuhyun mengedikan kepala ke arah pintu kamar.
"Kita tidur bersama." Tiga kata itu mampu menyihir pendengarnya, tak hanya itu Seohyun juga mencium bibir Kyuhyun, mengulumnya lembut sampai ia rasakan tubuhnya terdorong perlahan kemudian menempel ke sofa.
Lelaki itu kini berada di atas tubuhnya, menatap lekat-lekat demi mencari ketulusan dalam diri Seohyun. Mata itu mengerjap, berkedip dan tak lama Kyuhyun memangut bibir ranum Seohyun menyalurkan perasaannya. Mereka saling balas mengecap dengan tangan bergerak konstan demi membantu memperdalam ciuman.
Satu kaki jenjang Seohyun pun terlipat, menyentuh sisi bagian tubuh Kyuhyun. Hal seperti ini baru pertama kali dilakukannya, berciuman di rumah seorang lelaki dengan mengenakan pakaian lelaki tersebut, mendapat perlakuan lembut penuh kasih sayang.
Aku hanya akan menikah dengannya. Batin Seohyun menerima sentuhan tangan yang menggelitik dileher jenjangnya.
Sementara Kyuhyun yang kini mengulum bibir atas Seohyun mulai membatin. Akan aku pastikan kau baik-baik saja bersamaku. Ia mengecup lama bibir gadisnya, sekedar menempelkannya sembari merasakan debaran menggebu dalam dada, sama halnya dengan apa yang sedang dirasakan oleh Seohyun. Mereka pikir sesuatu yang bergemuruh itu harus segera dihentikan, selanjutnya tautan bibir terlepas. Baik Kyuhyun mau pun Seohyun tersenyum, tersipu malu menyadari apa yang baru saja terjadi.
"Gyeolhon-haja, uri (Ayo kita menikah)." Ajakan kali ini keluar dari mulut Kyuhyun.
♫♫♫
Oke, dilanjut lagi di bagian berikutnya. jangan bosan buat ngasih vote dan comment ya ^^
Question: Pernikahan Kyuhyun dan Seohyun bakal terjadi tidak?
Dan berlangsung seperti apa menurut kalian?
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro